Anda di halaman 1dari 31

Pelumpuh

otot

MELATI GANEZA
1102014153
Pembimbing :
dr. Cynthia Afriany, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI
RSUD PASAR REBO
20 JANUARI 2020 – 22 FEBRUARI 2020
• Definisi • Tujuan

Obat pelumpuh otot merupakan obat mengurangi cidera tindakan


yang di gunakan untuk melemaskan laringoskopi dab intubasi trakea  serta
atau merileksasikan otot memberikan relaksasi otot yang
dibutuhkan dalam pembedahan dan
ventilasi kendali
Fisiologi
GOLONGAN NON
GOLONGAN DEPOLARISASI
DEPOLARISASI
PELUMPUH
Cara Kerja : OTOT
Menempati reseptor
Ach, tetapi tidak Cara Kerja :
dihidrolisis oleh Menghalangi Ach
kolinesterase kerja berikatan dg reseptor
di celah sinaps lama nikotinik-kolinergik
 depolarisasi terus shg Ach tdk dpt
menerus membran bekerja dan tdk tjd
pascasinap (fasikulasi depolarisasi
otot,disusul relaksasi)

Pankuronium,
Suksinil-kolin Atrakurium,
Dekametonium Alkuronium
Klasifikasi non depolarisasi
susunan molekul

1. Bensiliso-kuinolinum : d-tubokur arin,


metokurarin,atrakurium, doksakurium, mivakurium.
2.  Steroid : pankuronium, vekuronium, piekuronium,
ropakuronium, roluronium.
3. Eter-fenolik : gallamin.
4. Nortoksiferin :alkuronium.
Klasifikasi non depolarisasi
lama kerja
Obat-obat pelumpuh otot
non depolarisasi

– Tubokurarin klorida (Kurarin)


– Galamin (flaxedil)
– Alkurinium klorida/alkurium (Alloferine)
– Pankuronium bromida (pavulon)
– Atrakurium Besilat (tracrium)
– Vekuronium (norcuron)
AGEN Kelompok Senyawa Sifat Farmakologis Waktu Onset (Menit) Durasi Kerja (Menit) Cara Eliminasi

Suksinilkolin Dikolin ester Durasi sangat singkat; depolarisasi 1-1.5 5-8 Hidrolisis oleh plasma kolinesterase

D-Tubocurarine Alkaloid alami (cyclic Durasi lama; kompetitif 4-6 80-120 Eliminasi ginjal; klirens hati
benzylisoquinoline)

Atracurium (TRACRIUM) Benzylisoquinoline Durasi sedang; kompetitif 2-4 30-60 Degradasi Hoffman; Hidrolisis oleh plasma
kolinesterase, eliminasi ginjal

Doxacurium (NUROMAX) Benzylisoquinoline Durasi lama; kompetitif 4-6 90-120 Eliminasi ginjal

Mivacurium (MIVACRON) Benzylisoquinoline Durasi singkat; kompetitif 2-4 12-18 Hidrolisis oleh plasma kolinesterase

Pancuronium (PAVULON) Ammonio steroid Durasi lama; kompetitif 4-6 120-180 Eliminasi ginjal

Pipecuronium (ARDUAN) Ammonio steroid Durasi lama; kompetitif 2-4 80-100 Eliminasi ginjal; metabolisme hati dan klirens

Rocuronium (ZEMURON) Ammonio steroid Durasi sedang; kompetitif 1-2 30-60 Metabolisme hati

Vecuronium (NORCURON) Ammonio steroid Durasi sedang; kompetitif 2-4 60-90 Metabolisme hati dan klirens; Eliminasi ginjal
Tubokurarin klorida
(Kurarin)

Farmakokinetik
– Awitan aksi:  kurang dari 2 menit
– Efek puncak:  2-6 menit
– Lama aksi:  25-90 menit
– efek dipotensiasi oleh anestetik volatil, antibiotik
aminoglikosid, anestetik lokal, diuretik, magnesium, litium,
obat-obatan penyekat ganglion, asidosis respiratorius,
– Dosis  :  intubasi :  i.v. 0,3 – 0,6 mg/kg   
– Pemeliharaan : i.v. 0,05 – 0,3 mg/kg (10% - 50% dari dosis
intubasi).
– Infus : 1 – 6   g/kg/menit.
– Prapengobatan :  i.v. 10% dari dosis intubasi yang diberikan 3
– 5 menit sebelum dosis relaksan depolarisasi/
nondepolarisasi.
– Cara pemberian : terutama melalui i.v, kadang-kadang i.m.
– Eliminasi :  Ekskresi terutama melaui ginjal dan sebagian
melaui hepar.
– Kemasan : suntikan, 3 mg /ml
– Penyimpanan : suhu kamar (150 - 300 C). Jangan biarekan
membeku.
– Pengencceran untuk infus:  15 mg dalam 100 ml D5W
(0,15 mg/ml
Galamin (Flaxedil)

Farmakologi
– Lama kerja obat berkisar 15-20 menit. Kerja sangat
berhubungan dengan aliran darah otot. Mempunyai efek
yang lenah terhadap ganglion syaraf dan tidak
menyebabkan pelepasan histamin. Memiliki sifat seperti
atropin yang menyebabkan takikardi walaupun pada dosis
kecil (20mg). Karena itu glamin cukup baik dipakai bersama
dengan halotan
Faramakokinetik:
– awitan aksi: 1 - 2 menit
– Efek puncak : 3 - 5 menit
– Lama aksi : 25 – 90 menit
– Interaksi/toksisitas : efek dipotensiasi oleh prapemberian
soksinilkolin, anastetik volatil, antibiotik haminoglikosida,
anestetik lokal, diuretik ansa, magnesium, litium, obat-obatan
penyekat ganglion, hipotermia, hipokalemia, dam asidosis
respiratoriuas
– Eliminasi : Ekskreasi terutama melaui ginjal dan sebagian melaui
empedu
Dosis:
– Intubasi : i.v. 1 – 1,5 mg/kg
– Pemeliharaan : i.v. 0,1 – 0,75 mg/kg (10% - 50% dari dosis
intubasi )
– Prapengobatan : i.v. 10% dari dosis intubasi diberikan 3 – 5 menit
sebelum dosis relaksan depolarisasi / nondepolarisasi.
– Kemasan : suntikan, 20 mg/ml (hanya untuk penggunaan i.v.)
penyimpanan: suhu kamar ( 150 – 300 C ). Jangan biarkan
membeku.
Alkurinium klorida/alkurium
(Alloferine)

Farmakologi :
– Mulai kerja pada menit ke-3 untuk selama 15 – 20 menit.
tempat sibersifat pelepas histamin jaringan, tetapi dapat
menghambat ganglion simpatik sehingga dapat
menimbulkan hipotensi terutama pada pasien dengan
riwayat penyakit jantung. Alkuronium dapat berpotensi
ringan dengan N2O-tiopental-narkotik
Eliminasi:
– Ekskresi terutama melalui ginjal (70%) salam bentuk utuh dan sebagian melalui
empedu. 
Dosis :
– Dosis relaksasi pembedahan :  0.15 mg/kgBB/i.v. (dewasa)
–  0.125-0.2 mg/kgBB/i.v. (anak-
anak)                                                                                                                                       
                                                                                                                                                 
              
– Dosis intubasi trakea : 0.3 mg/kgBB/i.v
Penyimpanan : simpan pada suhu ruangan dan hindarkan dari  cahaya matahari
secara langsung.
Atrakurium Besilat
(tracrium)

– Merupakan obat pelumpuh otot non depolirasasi yang relatif


baru yang mempunyai setruktur benzilisoquinolin
– Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat
terdahulu antara lain :
a. Metabolisme terjadi di dalam darah (plasma)terutama melalui
reaksi kimia yang disebut elimiasi Hoffman. Reaksi ini tidakt
tergantung pada fungsi hati atau ginjal.
B. Tidak memberi efek kumulasi pada pemberian berulang.
C. Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang
bermakna.
– Kemasan : Dibuat dalam kemasan ampul berisi 5 ml yang
mengandung 50 mg atrakurium besilat atau 10mg/ml.
– Farmakologi : Mula dan lama kerja atrakurium bergantung
pada dosisi yang dipakai. Pada umumnya mula keraja
atrikurium pada dosis intubasi 2-3 menit, sedang dengan
dosis relaksasi 15-35 menit. Pemulihan syaraf otot dapat
terjadi secara spontan (sesudah kerja obat berakhir) atau
dibantu dengan pemberian obat antikolinesterase.
Atrakurium dapat menjadi obat pilihan dalam geriatraik atau
dengan kelainana jantung, hati dan ginjal berat.
– Eliminasi: plasama (hoffman, hidrolisi ester), hati, ginjal.
Dosis
– Dosis intubasi : 0.5-0.6 mg/kg BB/i.v.
– Dosis relaksasi otot : 0.5-0.6 mg/kgBB/i.v.
– Dosis pemeliharaan : 0.1-0.2 mg/kgBB/i.v.
– Farmakokinetik:
– Awitan aksi : kurang dari 3 menit
– Efek puncak : 3-5 menit
– Lama aksi : 20 – 35 menit
– Interaksi/toksisitas : blokade nouromuskuler dipotensiasi oleh
amino glokosida, antibiotik, anestetik lokal, diuretik ansa,
magnesium, litium, obat-obat penyekat ganglion, hipotermia,
hipokalemia dan asidosis pernapasan, dan pemberian suksinilkolin
sebelumnya
– Penyimpanan:   dinginkan (20 – 80  C). Jangan biarkan membeku.
Pada saat pengangkatan dari pendinginan kesuhu ruang, gunakan
dalam 14 hari jika didinginkan kembali.
Vekuronium (norcuron)
– merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang baru
dan merupakan homolog pankuronium bromida yang
berkekuatan lebih besar dengan lama kerja yang singkat.
Tidak memiliki efek kumulasipada pemberian erulang per
infus. Tidak menyebabkan perubahan fungsi
karduiovaskuler yang bermakan.
– Kemasan:  dibuat dalam bentuk ampul. Berisi bubuk
vekuronium 4 mg. Pelarut yang dapat dipakai antara lain
akuades, garam fisiologik, ringer laktat atau dextrose 5%
sebanyak 2 ml.
Farmakologi :
– Mula kerja terjadi pada menit ke 2-3 dengan lama kerja
sekitar 30 menit. Analog monokuartener dari pankoronium
ini merupakan suatu obat penyekat neouromuskuler non
depolariasasi dengan lama kerja menengah, vekuronium
berkompetisi dengan reseptor kolinergik pada lempang
akhiran motorik
– Farmakokinetik
– Awitan aksi : kurang dari 3 menit
– Efek puncak : 3 – 5 menit
– Lama aksi : 25 – 30 menit
Dosis :
– Intubasi :  i.v. 0,08 – 0,1 mg/kg
– Pemeliharaan : i.v. 0,01 – 0,05 mg/kg ( 10% - 50 % dari dosis
intubasi)
– Prapengobatan : i.v. 10 % dari dosis intubasi diberikan 3 – 5
menit sebelum dosis relaksan non depolarisasi/depolarisasi. 
Penyimpanan : bubuk suhu kamar ( 150 – 300  C). Lindungi dari
cahaya. Jika direkonstisusikan dengan air steril untuk disuntikan,
laruatan stabil selam 24 jam didinginkan atau pada suhu kamr.
Depolarisasi

Suksametonium (succinyl choline)

– Kemasan : falkon berisi bubuk putih 100 mg atau 500 mg. Pengenceran dapat
memakai garam fisiologik atau akuades steril 5 atau 25 ml sehingga
membenrtuk larutan 2%.
–  Indikasi : sebagai pelumpuh otot jangka pendek.
– Kegunaan : terutama untuk mempermudah /fasilitas intubasi trakea karena
mula kerja yang cepat dan lama kerja yang sengkat. Juga dapat dipaki untuk
memelihara relaksasi otot dengan cara pemberian kontinyu per infus atau
suntikan intermiten.
– Dosis : i.v. 0,7 – 1 mg/kg ( 1,5 mg/kg degan prapengobatan nondepolarisator),
untuk anak-anak  intubasi 1-2 mg/kgBB/i.v., untuk neonatus dan bayi 2-3 mg/kg,
– Cara pemberian: I.V./I.M/ intra lingual/ intra bukal.
– Mula kerja : 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit.
– Untuk mengurangi fasikulasi dan nyeri otot sering diberi
dahulu  dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi ¼
dosis relaksasi otot misalnya pankuronium 1 mg
(prekurarisasi)
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, eds. Neuromuscular
blocking agents. In: Clinical Anesthesiology. 4th ed. McGraw Hills
Company. 2006.
2. White PF, Katzung BG. Skeletal muscle relaxants. In: Basic and
clinical pharmacology. 10th ed. McGraw Hills Company. 2007.
3. Francois D, Bevan DR. Pharmacology of muscle relaxants and
their antagonists. In: Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, eds.
Clinical anesthesia. 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Stoelting RK. Neuromuscular blocking drugs. In: Pharmacology
and physiology in anaesthetic practice. 4th ed. Philadephia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
5. Taylor P. Agents acting at the neuromuscular junction and
autonomic ganglia. In: Brunton LL, ed. Goodman & Gilman’s
the pharmacological basis of therapeutics. 11th ed. New York:
McGraw Hills Company. 2006.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai