A.
Pengertian
Neuromuscular blocking agents adalah obat-obatan anestesi yang digunakan
untuk dalam pemasangan intubasi trakhea, untuk imobilisasi selama proses
pembedahan, dan untuk memfasilitasi penggunaan ventilasi mekanik.
B.
1.
Ketika potensial aksi berjalan sepanjang membran otot, kanal natrium akan
terbuka dan kalsium akan dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma. Kalsium
intraseluler ini akan memfasilitasi aktin dan myosin untuk berinteraksi yang
membentuk kontraksi otot. Kanal natrium memiliki dua pintu fungsional, yaitu
pintu atas dan bawah. Natrium hanya akan bisa lewat apabila kedua pintu ini
terbuka. Terbukanya pintu bawah tergantung waktu, sedangkan pintu atas
tergantung tegangan. Asetilkolin cepat dihidrolisis oleh asetilkolinesterase
menjadi asetil dan kolin sehingga lorong tertutup kembali dan terjadilah
2.
repolarisasi.
Farmakokinetik Relaksan Otot
Semua relaxan otot larut di air, relatif tidak larut di lemak, diabsorbsi
dengan kurang baik di usus dan onset akan melambat bila di administrasikan
intramuskular. Volume distribusi dan klirens dapat dipengaruhi oleh penyakit hati,
ginjal dan gangguan kardiovaskular. Pada penurunan cardiac output, distribusi
obat akan melemah dan menurun, dengan perpanjangan paruh waktu, onset yang
melambat dan efek yang menguat. Pada hipovolemia, volume distribusi menurun
dan konsentrasi puncak meninggi dengan efek klinis yang lebih kuat. Pada pasien
dengan edema, volume distribusi meningkat, konsentrasi di plasma menurun
dengan efek klinis yang juga melemah. Banyak obat relaxan otot sangat
tergantung dengan ekskresi ginjal untuk eliminasinya. Hanya suxamethonium,
atracurium dan cisatracurium yang tidak tergantung dengan fungsi ginjal. Umur
juga mempengaruhi farmakokinetik relaxan otot. Neonatus dan infant memiliki
plasma klirens yang menurun sehingga eliminasi dan paralisis akan memanjang.
Sedangkan pada orang tua, dimana cairan tubuh sudah berkurang, terjadi
perubahan volume distribusi dan plasma klirens. Biasanya ditemui sensitivitas
yang meningkat dan efek yang memanjang. Fungsi ginjal yang menurun dan
aliran darah renal yang menurun menyebabkan klirens yang menurun dengan efek
3.
ekstraokular dengan diplopia, relaksasi otot wajah, rahang, leher dan anggota
a.
b.
lumpuh.
Efek kardiovaskular
Hipotensi biasa ditemukan pada penggunaan D-tubocurarine, sedangkan
hipertensi ditemukan pada penggunaan pancuronium, takikardi pada penggunaan
c.
C.
pelumpuh
otot
nondepolarisasi
tidak
dimetabolisme
baik
oleh
oleh
tubuh
dan
administrasi
agen
pembalik
lainnya
(kolinesteraseinhibitor).
Pelumpuh Otot Depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah
sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama
menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti
relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin)
dan
dekametonium.
Didalam
vena,
suksinil
kolin
dimetabolisme
oleh
(prostigmin)
dikontraindikasikan
karena
menghambat
kerja
pseudokolinesterase.
a.
Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)
Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki
onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari
10 menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme
oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien,
sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapai
neuromuscular junction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar
atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendahnya level
pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada
kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan
blokade yang memanjang.
1)
Interaksi obat
a)
Kolinesterase inhibitor
tak
terdiagnosis,
suksinilkolin
masih
dikontraindikasikan
pada
penanganan rutin anak dan remaja. Efek samping dari suksinilkolin adalah :
Aritmia jantung
Salivasi
2)
Dosis
0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi intraoperative 0,25 mg/kg
initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif
menggantikan bolus.
Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.
Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam suhu 2-8 OC, potensinya
hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14
besar dan lama kerjanya singkat Zat anestetik ini tidak mempunyai efek akumulasi
pada
2)
pemberian
berulang
dan
tidak
menyebabkan
perubahan
fungsi
3)
memperpanjang penggunaan.
Dosis
Dosis intubasi 0,08 0,12 mg/kg. Dosis 0,04 mg/kg diikuti 0,01 mg/kg setiap 15
20 menit. Drip 1 2 mcg/kg/menit.
Umur tidak mempengaruhi dosis. Dapat memanjang durasi pada pasien post
adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.
Metabolisme dan eksresi
Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi tidak terpengaruh oleh
kelainan ginjal, tapi diperpanjang oleh kelainan hepar berat dan kehamilan, baik
untuk infusan jangka panjang (di ICU). Pasien orang tua menunjukan prolong
durasi.
Dosis
Potensi lebih kecil dibandingkan relaksant steroid lainnya. 0,45 0,9 mg / kg iv
3)
untuk intubasi dan 0,15 mg/kg bolus untuk rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat
pulih 25 menit setelah intubasi. Im ( 1 mg/kg untuk infant ; 2 mg/kg untuk anak
kecil) adekuat pita suara dan paralisis diafragma untuk intubasi. Tapi tidak sampai
3 6 menit dapat kembali sampai 1 jam. Untuk drip 5 12 mcg/kg/menit. Dapat
memanjang pada pasien orang tua.
Efek samping dan manifestasi klinis
Onset cepat hampir mendekati suksinilkolin tapi harganya mahal.
Diberikan 20 detik sebelum propofol dan thiopental.
Rocuronium (0,1 mg/kg) cepat 90 detik dan efektif untuk prekurasisasi sebelum
4)
cisatracurium
Long duration.
Contoh:
pancuronium,
D-tubocurarine,
rocuronium,
doxacurium,
pipecuronium.
Pelumpuh otot yang disarankan :
1. Untuk induksi yang cepat-suxamethonium, atau apabila dikontraindikasikan
2.
parah)-vecuronium
3.
Pada gagal ginjal
ataumivacurium
dan
hati-atracurium,
vekuronium,
cisatracurium
4.
5.
Dafpus
1. Francois Donati, David R.B. Neromuscular blocking agents. 2006. In: Paul
G.B., Bruce F.C., Robert K.S. Clinical Anesthesia. 5th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 421-50.
2. Morgan E, Mikhail M, 1996. Clinical Anesteshiology. Second Edition. The
United States of America: Prentice Hall International, Inc. 201-10.
3. Latief, Said A, dkk, (2002), Buku Praktis Anestiologi, Bagian Anestiologi
dan Terapi Intensif, FKUI, Jakarta.