Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Jantung adalah sebuah organ kompleks yang fungsi utamanya adalah memompa
darah melalui sirkulasi paru dan sistemik. Nyeri dada adalah gejala tersering yang
berkaitan dengan penyakit arteri koroner. Nyeri ini biasanya dilaporkan sebagai nyeri
tumpul dan dapat menyebar ke lengan atau rahang. Nyeri tidak bertambah parah dengan
bernapas dalam dan dapat berkaitan dengan sesak napas, diaforesis, mual dan muntah.
Keseluruhan kompleks gejala ini dinamai angina pektoris.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trigger 2 : Nyeri Dada

Minggu pagi ini cerah sekali, Tn. M yang berusia 56 tahun, bersiap-siap
berolahraga. Sesudah melakukan pemanasan ia mulai berolahraga dengan
berlari. Setelah 20 menit, Tn. M merasa tidak enak di dada sebelah kiri, dadanya
terasa berat, berkeringat dingin dengan muntah-muntah. Akhirnya Tn.Suroto
dilarikan ke Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang.
Di IGD, Tn. M diperiksa oleh dokter jaga. Dari anamnesis ringkas
didapatkan keluhan nyeri dada sebelah kiri pada saat berolahraga, nyeri menjalar
ke leher dan lengan kiri. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 170/100
mmHg, nadi 110 x/menit. Hasil pemeriksaan jantung didapatkan iktus pada RIC
VI kiri, kuat angkat. Dari EKG terlihat ST elevasi di V2, V3 dan V4. Dokter
dengan segera memasang oksigen dan infus, kemudian mengirim Tn. M ke ICU
untuk dirawat.
Di ICU dipasang monitor dan diberi beberapa macam obat diantaranya
nitrat. Setelah keadaan Tn. M agak tenang, dokter ruangan mulai melengkapi
status. Dokter mendapatkan BB 85 kg dengan lingkar perut 108 cm. Sore
harinya keluar hasil pemeriksaan laboratorium antara lain, kolesterol total 250
mg/dl, LDL 200 mg/dl, gula darah sewaktu 242 mg/dl dan troponin T yang
tinggi.
Dokter menjelaskan pada Tn. M, bahwa ia menderita penyakit jantung
koroner dan beberapa penyakit penyerta lain. Pola hidup yang salah merupakan
salah satu faktor resiko yang harus dikendalikan Tn. Surot agar tidak terjadi
gagal jantung. Tn Suroto berjanji akan mematuhi nasehat dokter, karena sejak ia
pindah ke kota Padang ini pola makannya memang tidak teratur apalagi kalau
sudah berhadapan dengan gulai “gajeboh”.
Bagaimana anda manjelaskan apa yang terjadi pada Tn. M?

2
2.1.1 Step 1. Clarify unfamiliar terms
1. Iktus : Denyut jantung yang terlihat di permukaan tubuh
2. ST elevasi : Rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat infusiensi aliran
darah koroner oleh proses degeneratif maupun dipengaruhi oleh beberapa faktor
3. Troponin T : Molekul protein yang merupakan bagian dari otot rangka dan otot
jantung.

2.1.2 Step 2. Define the problems


1.Kenapa setelah berolahraga dada pasien tidak enak disebelah kiri, terasa berat,
berkeringat dingin dan muntah-muntah?
2.Kenapa setelah diberi obat nitrat pasien merasa tenang?
3.Apa saja faktor resiko yang menyebabkan penyakit jantung koroner?
4. Apa hubungan penyakit pasien dengan pola makan yang tidak teratur?

2.1.3 Step 3. Brainstrom possible hypothesis or explanation


1. Karena pada saat berolahraga jantung akan berkontraksi lebih keras, namun karena
ada sumbatan pada arteri koroner akibat penumpukan lemak (trombus) sehingga dada
nyeri dan suplai darah di perifer berkurang mengakibatkan berkeringat dingin.
2. Karena nitrat berfungsi sebagai pelebaran pembuluh darah, sehingga sirkulasi darah
kembali normal.
3. Usia, obesitas, pola makan, kebiasaan merokok, DM, riwayat keluarga, dan lain-lain
4. Pola makan yang tidak teratur mengakibatkan obesitas dan diabetes, sehingga
meningkatkan faktor resiko

3
2.1.4 Step 4. Arrange explanation into a tentative solution

Tn. M
56 th

Anamnesa P. Fisik P. Penunjang


-KU: nyeri dada kiri, dada -Iktus pada RIC VI - EKG ST elevasi V2,V3, danV4
terasa berat, berkeringat kiri, kuat angkat -Pemeriksaan labor
dingin, dan muntah-muntah -Tekanan darah Kolesterol total 250 mg/dl
-Keluhan lain: nyeri menjalar 170/100 LDL 200 mg/dl
ke leher dan lengan kiri -Nadi 110x/menit Gula darah sewaktu 242 mg/dl
BB 85 kg, lingkar Troponin T yang tinggi
perut 108 cm

Penyakit penyerta
-DM
Diagnosa sementara
-Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner

2.1.5 Step 5. Define the learning objective


Mahasiswa mampu memahami, manjelaskan, dan menarik kesimpulan dari:
1. Analisa kasus pada trigger
a. Epidemiologi, etiologi dan faktor resiko
b. Klasifikasi
c. Patofisiologi
d. Gejala klinis
e. Pemeriksaan penunjang
f. Diagnosa
g. Diagnosa banding
h. Penatalaksanaan: promotif, preventif, kuratif
i. Komplikasi prognosis
2. Hubungan nutrisi terhadap PJK

2.1.6 Step 6. Gathering information and private study


Private study

4
2.1.7 Step 7. Share the result of informaton gathering and private study

1. Analisa kasus pada trigger


a) Epidemiologi, etiologi, dan faktor resiko
Epidemiologi
Menurut WHO setiap tahunnya PJK mengakibatkan lebih dari 11,5 juta
kematian disetiap tahunnya di negara-negara berkembang (WHO,2012). Hasil
RIKESDAS tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan
wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5% dam berdasarkan terdiagnosis
dokter/gejala sebesar 1,5%.
Etiologi
Penyakit jantung koroner merupakan ketidaksanggupan jantung akut maupun
kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan
dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner, misal adanya plak yang mengganggu
aliran darah ke jantung
Faktor resiko
Modifikasi Tidak dapat dimodifikasi
Tekanan darah Usia tua
Kadar kolesterol (total, HDL, dan LDL) Jenis kelamin
DM Ras
Dislipidemia Riwayat keluarga
Obesitas
Aktivitas fisik yang kurang
Psikososial
Kebiasaan merokok

b) Klasifikasi
1. Stemi
 Elevasi segmen ST pada J piont pada 2 lead berhubungan
 ≥ 0,25 mv pada laki-laki dibawah 40 th
 ≥ 0,2 mv pada laki-laki diatas 40 th
 ≥0,15 mv pada wanita diatas 40 th di lead v2, v3

5
 ≥ 0,1 pada lead lainnya

2. Non Stemi
Depresi segmen ST horizontal/ downsloping baru ≥ 0,1 mv pada 2 lead yang
berhubungan. T inverted ≥ 0,1 mv
3. Angina Pectoralis tidak stabil (UAP)
Nyeri yang timbul saat istirahat

c) Patofisiologi
endotel
pemb. darah
rusak

renin
inflamasi
angiotensi II

vasokonstriksi
plak
dan
aterosklerosis
vasospasme

ruptur

sindroma
koroner akut

PJK

d) Gejala klinis
Anamnesa:
-Nyeri dada yang tipikal (angina tipikal)
Rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu dan epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermitten/beberapa menit/persisten (20 mnt). Sering disertai diapkoresis,
mual/muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop
Pemeriksaan fisik:
 Regurgitasi katup mitral akut
 Hipotensi
 Diapkoresis
 Ronki basah halus (edema paru)

6
e) Pemeriksaan penunjang
 EKG
Untuk memberikan informasi yang sangat penting untuk menentukan
frekuensi, irama, dan sistem konduksi pada jantung.
Cara membaca EKG
1. Standarisasi
Kalibrasi 10 kotak kecil (2 kotak besar). Jika hanya 1 kotak besar maka dosis
hasil EKG selanjutnya tinggal 1/2 dosis
2. Irama
Sinus : gelombang P diikuti QRS. Setelah atrium berkontraksi langsung
berkontraksi ventrikel
3. Frequensi jantung
Cara 1= 300 : jumlah kotak besar antara 2 gelombang R
Cara 2= 150 : jumlah kotak kecil antara 2 gelombang R
Normal= 60-100 x /menit
4. Aksis
Untuk melihat jantung membesar ke kanan, ke kiri atau normal
Komplek QRS di lead I Komplek QRS di AVF Keterangan
+ + Normal
+ - Defiasi left
- + Defiasi right

5. Gelombang P
Lebar ≤ 0,12 detik (3 kotak kecil)
T≤0,3 mv (3 kotak kecil)
6. P-R interval
Awal gelombang P sampai awal komplek QRS
Panjang=0.12-0,20 detik
7. Komplek QRS
l=0,06-0,12 dtk (1,5-3 kotak kecil)
Q patologis jika gelombang Q yang dalamnya lebih dari 1/3 R

7
8. Segment ST
Normal: isoelektrik datar
Kelainan: elevasi (> 2 kotak kecil)
depresi (< 2 kotak kecil)
9. Interval QT
Awal kompleks QRS sampai akhir gel T
Normal < 0,40 detik (10 kotak kecil)
10. Gelombang T
Arah gelombang QT selalu positif (keatas), kecuali pada aVR negatif (ke
bawah)

 Foto Thoraks
Untuk menilai derajat kongesti paru dan jantung untuk mengetahui adanya
kelainan paru dan jantung yang lain seperti efusi pleura, infiltrat, kardiomegali
 Ekokardiografi
Memegang peranan yang sangat penting untuk evaluasi kelalaian struktural
dan fungsional jantung.
f) Diagnosa
STEMI
g) Diagnosa banding
NSTEMI dan angina pectoralis tidak stabil
h) Penatalakasanaan
 Promotif
Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga perlu diterangkan tentang
perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Perlu diyakinkan bahwa

8
kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan dan
modifikasi gaya hidup lebih baik.
 Preventif
 Atur pola makan seimbang
 Hindari faktor resiko degeneratif
 Gerakan badan teratur
 Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik
 Kuratif
Tatalaksana umum
Oksiden
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama.
Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan
dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit
Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg
Aspirin aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI
dan efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin
diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol
5mg setiap 2-5 menit samapi total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung
>60menit, tekanan darah sistolik>100mmHg, interval PR<0,24detik dengan ronki
tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam,
dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.

9
Terapi farmakologis
Antitrombotik
Tujuan primer pengobatan aalah untuk memantapkan dan mempertahankan
patensi arteri koroner yang terkait infark. Tujuan sekunder adalah menurunkan
tendensi pasien menjadi trombosis. Aspirin merupakan antiplatelet standar
pada STEMI
i) Penatalaksanaan SKA
Tindakan umum dan langkah awal
1) Tirah baring
2) Suplementasi 𝑂2 harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi
𝑂2 <95% atau yang mengalami distres respirasiasi
3) Suplement dapat diberikan kepada semua SKA dalam 6 jam pertama,
tanpa mempertimbangkan saturasi 𝑂2
4) Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
dikethui intoleransinya
5) Penghambat reseptor ADP
a. Dosis awal licagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari
b. Dosis awal clopdigrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 75 mg/hari
6) NTG (nitrogliserin)/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada
7) Morfin sulfat 1-5 mg intravena
Terapi farmakologi anti iskemik
a. Nitrat
Nitrat tidak meningkatkan kematian. Bagaimanapun nitrat
melakukan pelepasan simtomatis dengan beberapa mekanisme,
termasuk vasodilatasi koroner, meningkatkan aliran darah
kolateral, menurunkan tekanan preload, dan tekanan afterload
b. Beta-blocker
Beta-blocker diindikasikan untuk semua pasien kecuali mereka
mempunyai kontra indikasi sebagai berikut:
- Tekanan darah sistolik kurang dari 90mmHg

10
- Syok kardiogenik
- Bradikardi berlebihan
- Heartblock derajat 2 atau 3
- Asma atau emfisema yang sensitif terhadap beta agonist
- Penyakit pembuluh perifer
Beta-blocker mengurangi kebutuhan oksigen dan ketegangan dinding pembuluh.
Obat ini juga mengurangi kematian dan kejadian jantung yang merugikan. Obat
ini memungkinkan mencegah komplikasi mekanis infark myocardium, termasuk
ruptur dinding ventrikel kiri, dan septum ventrikular.
Regimen yang paling sering diberikan adalah IV metogprolol 2-5mg diberikan
setiap 5 menit (hingga total 15mg) dan diikuti dengan 25-0100mg secara oral 2
kali sehari.

j) Komplikasi
Disfungsi ventrikular
Gangguan hemodinamik

k) Prognosis
Baik

2. Hubungan nutrisi terhadap PJK


Makan makanan berlemak dapat meningkatkan terjadinya resiko aterosklerosis.
Sehingga, aterosklerosis membentuk plak di pembuluh darah coroner dan akhirnya akna
menimbulkan infark miokard dan PJK.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yakni STEMI, NSTEMI
dan angina pektoris tidak stabil dengan gejala klinis seperti nyeri dada yang tipikal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan regurgitasi mitral akut, hipotensi rnki basah hlus
(edema paru). Pemeriksaan penunjang denga melakukan pemeriksaan EKG dan
ditemuka ST elevasi. Penatalaksanaan dapat ditentukan dnegan promotif, preventif,
kurati dan rehabilitatif.

12
Daftar Pustaka

Sudoyo, Aru.W dkk,.2009, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta:


InternaPublishing.

Mcphee, Stephen. J dkk.2010. Patofisiologi Penyakit: pengantar menuju kedokteran


klinis.Jakarta: EGC.

Repositori USU. ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai