Anda di halaman 1dari 20

Referat

MENIERE’S DISEASE
1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Telinga Dalam


Auris interna (telinga dalam) atau organum vestibulocochleare berhubungan
dengan penerimaan bunyi dan pemeliharan keseimbangan. Auris interna yang
tertanam didalam pars petrosa, salah satu bagian tulang temporal, terdiri dari
kantong-kantong dan pipa-pipa labyrinthus membranaceus. Sistem selaput ini
berisi endolimfe dan organ-organ akhir untuk pendengaran dan keseimbangan.
Labyrinthus membaranaceus berupa selaput yang diliputi oleh perlimfe terbenam
didalam labyrinthus osseus.4

Labyrinthus osseus (tulang labirin) 4


Labyrinthus osseus auris interna menempati hampir seluruh bagian lateral
pars petrosa pada os temporal. Labyrinthus osseus auris interna terdiri dari 3
bagian, yaitu :

Cochlea
Bagian labyrinthus osseus berbentuk seperti keong, berisi duktus
cochlearis, bagian auris interna yang berhubungan dengan pendengaran. Cochlea
membuat 2,5 putaran, mengelilingi sumbu tulang yang disebut modiolus dan
berisi terusan-terusan untuk pembuluh darah dan saraf. Ujungnya disebut
helikoterma yang berfungsi menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala
vestibuli. Putaran cochlea basal yang lebar menyebabkan terbentuknya
promontorium pada dinding medial cavitas timpani.

2
Gambar 2. 1

Vestibulum
Ruang yang kecil dan jorong ini (panjangnya kira-kira 5 mm) berisi
utriculus dan sacculus, bagian-bagian peranti keseimbangan. Bagian anterior
vestibulum bersinambungan dengan cochlea, ke posterior dengan kanal semi
sirkularis ossei dan dengan fossa cranii posterior melalui aqueductus vestibule.
Aqueductus vestibule melintas kepermukaan posterior pars petrosa dan disini
bermuara disebelah postero-lateral meatus acusticus internus. Didalamnya
terdapat ductus endolymphaticus dan dua pembuluh darah kecil.
Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi
akselerasi linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal
semisirkular, yakni kanal anterior, kanal posterior, dan kanal horizontal. Setiap
kanal semisirkularis terisi oleh endolimfe dan pada bagian dasarnya terdapat
penggelembungan yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, suatu
masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan endolimfe, dan melekat
pada sel rambut.

3
Gambar 2. 2

Canales semicirkulares ossei


Canalis semisirkularis anterior, canalis semisirkularis posterior dan canalis
semisirkularis lateralis berhubungan dengan vestibulum labyrinthi ossei. Canals
semisirkularis ossei terletak postero superior terhadap vestibulum yang
merupakan tempat bermuaranya canals semisirkularis ossei, ketiga terusan
ditempatkan tegak lurus terhadap satu sama lain. Dengan demikian stereometris
mereka menempati tiga bidang. Masing-masing terusan berupa kira-kira dua
pertiga dari sebuah lingkaran dengan diameter kira-kira 1,5 mm, kecuali pada satu
ujung yang melebar sebagai ampulla.
Labyrinthus Membaranaceus
Labyrinthus membaranaceus terdiri dari urutan-urutan kantung dan pipa
yang saling berhubungan dan terbenam didalam labyrinthus osseus. Didalam
labyrinthus membaranacceus terdapat endolimfe, cairan yang menyerupai air
komposisinya berbeda dari perilimfe dalam labyrinthus osseus yang meliputinya.
Labyrinthus membranaseus terdiri dari bagian utama.
- Utriculus dan sacculus, dua kantung kecil didalam vestibulum labyrinthi
ossei yang saling berhubungan.
- Tiga duktus semisirkularis didalam canals semisirkularis ossei
- Duktus cochlearis didalam cochlea.

4
Meatus acusticus interna
Meatus acusticus interna adalah sebuah terusan sempit yang melintas ke
lateral sejauh kira-kira 1 cm didalam pars petrosa. Lubangnya terdapat pada
bagian postero medial tulang tersebut, sejajar dengan meatus acusticus eksternus,
kearah lateral meatus acusticus internus tertutup oleh selembar tulang yang
berlubang-lubang dan tiptis dan memisahkannya dari auris interna. Malalui
lembar tulang tersebut melintas nervus fasialis (nervus cranialis VII), cabang-
cabang nervus vestibulocochlearis (nervus cranialis VIII) dan pembuluh-
pembuluh darah. Didekat ujung lateral meatus acusticus internus, nervus
vestbulocochlearis bercabang dua menjadi nervus cochlearis dan nervus
vestibularis.4
Vaskularisasi Telinga
Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna (a.labirintin)
yang berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari a.basilaris yang
merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.
Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu : 4
 Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli,
sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis
superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus
 Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli,
kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan
sakulus serta putaran berasal dari kokhlea.
 Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-
pembuluh arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala
vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori
interna berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus
kokhlearis berasal dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan
berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena aquaduktus vestibularis berasal dari

5
kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke
sinus sigmoid.
Persarafan Telinga
Nervus akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan n.kokhlearis.
Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada
mediolus terletak ganglion spiralis. 4
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perbandingan luas membran timpani dan
tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.1
Fisiologi Keseimbangan
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
sekitarnya tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
penglihatan, dan organ proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di sistem saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran
mengenai keadaan posisi tubuh pada suatu saat dan bagaimana mengatur posisi
tubuh seperti yang dikehendaki. Organ penglihatan menerima rangsangan melalui

6
reseptor di retina yaitu di makula lutea. Rangsang tersebut diteruskan melalui
n.optikus (N.II) sampai ke korteks visual di lobus oksipitalis. Fungsi penglihatan
memberikan informasi tentang posisi dan gerak tubuh serta lingkungan sekitar.
Organ proprioseptif menerima rangsang gerak melalui reseptor
muskuloskeletal terutama di daerah leher yang disalurkan melalui saraf spinal
kemudian medula spinalis, medula oblongata, thalamus dan berakhir di korteks
sensoris (post sentralis). Organ vestibuler menerima rangsangan gerak dari
reseptor di labirin yaitu utrikulus, sakulus (makula) dan kanalis semisirkularis
(krista ampularis). Sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier sedangkan
sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut (perubahan dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang
tersebut disalurkan melalui n.vestibularis (N.VIII) ke medula oblongata dan
berakhir di korteks serebri girus temporalis superior dekat pusat pendengaran.
Sebagian rangsangan disalurkan langsung ke serebelum dan sebagian lagi ke
medula spinalis melalui traktus vestibulospinal menuju ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung
(postural). Sistem ini berjalan dengan sangat cepat sehingga membantu
mempertahankam keseimbangan tubuh. Rangsang yang diterima oleh reseptor
ketiga sistem tersebut disalurkan melalui saraf perifernya ke sistem saraf pusat
integrasi. Koordinasi antara ketiganya dan beberapa pusat di otak seperti
serebelum, ganglia basilaris, dan formatio retikularis akan mempertahankan
fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama ketiga organ sensorik dan
susunan saraf pusat tersebut berlangsung secara involunter. Mekanisme tersebut
dapat berjalan sadar apabila dalam keadaan tertentu misalnya berjalan diatas
permukaan yang tidak rata, berlari, dan bermain ski. Dalam kehidupan sehari-hari,
mekanisme tersebut berjalan terus-menerus untuk mempertahankan tonus otot-
otot tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi tegak atau mengubah
posisi agar tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang selalu
memberi perintah melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan
ekstremitas inferior untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

7
1.2 Meniere’s Disease
1.2.1 Definisi
Penyakit ini ditemukan oleh Prosper Meniere pada tahun 1861. Penyakit
Meniere dikenal juga dengan hidrops endolimfatik adalah suatu sindrom yang
terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat
fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Penyakit ini juga merupakan salah satu
penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan posisi
berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan) rongga
endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.1,2

Gambar 2. 3 Labirin pada penyakit Meniere5

1.2.2 Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo dengan
gangguan pada telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar
47% kasus bersifat bilateral. Paling banyak ditemukan pada usia 40-60 tahun.2
1.2.3 Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Namun terdapat
berbagai teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran
darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin,

8
genetik, reaksi alergi dan autoimun, infeksi, serta psikosomatik. Penambahan
volume endolimfa diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa
dan gangguan klinik pada membran labirin.1,2
1.2.4 Patofisiologi1,2,5,6,7
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul
diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri,
berkurangnya tekanan osmotik didalam kapiler, meningkatnya tekana osmotik
ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penumpukan cairan endolimfa.1
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi
di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe
tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.5
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli, terutama di daerah apeks koklea Helikotrema. Sakulus juga mengalami
pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media
dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian
tengah dan basal koklea. Hal ini menyebabkan terjadinya tuli saraf nada rendah
pada penyakit Meniere.1
Penyakit Meniere dapat menimbulkan :
 Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian
sel rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli
sensorineural unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat
berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan kemunduran
fungsi.
 Perubahan mekanisme telinga

9
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus
dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan
perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga mengalami
pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran
skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian
tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada
rendah pada penyakit ini.1,5,6,7
1.2.5 Gejala Klinis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf.
Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha
untuk berdiri pasien merasa berputar, mual dan terus muntah lagi. Hal ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meskipun keadannya
berangsur baik. Penyakit ini dapat sembuh tanpa obat dan gejala penyakit bisa
hilang. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan, tidak
seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodik
yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya.1
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala
lain yang menyertai serangan adalah tinnitus, yang kadang-kadang menetap,
meskipuan diluar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah
perasaan penuh di dalam telinga.1
Gejala klinis vertigo pada penyakit Meniere kita sudah dapat membedakan
dengan penyakit yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti tumor
N VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibuler atau vertigo posisi paroksismal jinak
(VPPJ).1
Pada tumor N VIII serangan vertigo periodik, awalnya lemah dan
kemudian semakin kuat. Pada sklerosis multipel mengalami vertigo periodik
tetapi dengan intensitas yang sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler
serangan verigo tidak periodik dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini
diduga disebabkan oleh virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita

10
influenza. Vertigo hanya didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini dapat
sembuh total bila tidak disertai dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal
jinak (VPPJ), keluhan vertigo datang secara tiba-tiba terutama pada perubahan
posisi kepala dan keluhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai
rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak lama.1
1.2.6 Diagnosis
Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu:
vertigo hilang timbul, fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf,
menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N VIII. Bila
gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit Meniere dapat ditegakkan.1
Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis : 1
 Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada
telinga
 Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
 Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan
vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan
vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat
dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung
lama.
 Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik
telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan
dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis
didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan
hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah:6,7
 Pemeriksaan audiometri

11
Gambar 2.4 Audiogram tuli sensorineural pada penyakit
Meniere5
 Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui
secara objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada
sebagian besar pasien dengan penyakit Meniere mengalami penurunan
respons nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag
digunakan pada tes ini.
 Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam
dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda
yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit
Meniere, tes ini juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan
oleh cairan yang berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan
adanya pelebaran bentuk gelombang bentuk gelombang dengan puncak
yang multipel.
 Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada
pasien dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat penurunan
pendengaran ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut
gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut
saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya neuroma akustik.
Selain itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea dan
kanalis semisirkularis.

12
1.2.7 Diagnosa Banding
o BPPV
o Labirinitis
1.2.8 Tatalaksana
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simtomatik, seperti sedatif,
dan bila diperlukan dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan,
pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Khusus untuk
penyakit Meniere diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk mengurngi
tekanan hidrops ensolimfa. Pengobatan lain pada tekanan endolimfa ini disalurkan
ke tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat “shunt”. Obat-obat
antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat
neurotonik untuk menguatkan sarafnya.1
Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :
A. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi
sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal
untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan
keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk
kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini
diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah
transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi regulasi sodium di
endolimfe sehingga mengurangu serangan penyakit Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet
rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor
yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan
dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di
dalam telinga.
Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa
ikatan natrium klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin),
natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet).
Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin
juga merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi

13
dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga
tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga
perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan
obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat
tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras,
berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak
bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah
vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya
setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat
yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan
keseimbangan.

B. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer,
antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan
pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat
alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat
infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus
akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak
digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik
seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga
mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu
mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam
sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak makanan yang
mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan
diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

C. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi
dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya

14
menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala
yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-hari.(1,9,12)
Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) / epley
manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang
memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat
dikerjakan sendiri. Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama
adalah CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.
5,6,7

Gambar 2.5 canalit reposition treatment(CRT)5

7
D. Penatalaksanaan bedah
Gambar 2.6 brand-darroff exercise

Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak terkontrol antara


lain :
o Dekompresi sakus endolimfatikus
Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan
menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf
vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air
cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan
pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.
Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol,
20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil

15
namun jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total
dan vertigo tetap ada.
o Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf
vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell
mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang
diangkat. Setelah satu atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo
berat. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu,
pasien mengalami periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo,
sesudahnya telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan.
Operasi ini menghilangkan fungsi pendengaran telinga.
o Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan
pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan
insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan
pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf
keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena
operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan
pengawasan ketat paskaoperasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah
60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis
wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85%
vertigo dapat terkontrol.
o Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau
gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini
bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere,
diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo
dan pendengaran dapat dipertahankan.
o Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap
operasi ini merupakan plasebo
Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:

16
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara
endolimfe dan kranium
Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus
endolimfatikus dan rongga mastoid.
2.2.9 Prognosis
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi
tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini
berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam
jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara
cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.(11,15)
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga dan berenang.

17
BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Meniere’s disease merupakan suatu penyakit pada telinga dalam berupa
hirops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Gejala dari
penyakit meniere disebut trias meniere yang terdiri dari vertigo (sakit kepala
berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran berupa tuli sensori neural.
Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana gangguan pendengaran
terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Penyakit Meniere paling banyak ditemukan pada usia 40-60 tahun.
Etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui. Penyakit Meniere masa
kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga
yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus
endolimfatikus. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang
berasal dari telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti
audiometri, elektronistagmografi, elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila
perlu diberikan antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani
penyebab dari penyakit tersebut.

18
19

Anda mungkin juga menyukai