Anda di halaman 1dari 27

BAB 1 : BAB I

BAB 2 : PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Fraktur os radius ulna merupakan keadaan terputusnya hubungan
(diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan
bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur
transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai
dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti
dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Trauma tidak
langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar
fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Fraktur ada yang bersifat total ataupun
parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti
oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai
pembuluh darah, otot dan persarafan. Fraktur dapat berupa retakan, patahan, atau
serpihan dari korteks, sering patahan terjadi sempurna dan bagian tulang
bergeser.1,2
Fraktur tidak hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang dan
bagaimana mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus
diatasi secara simultan. Harus dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh,
bagaimana, jenis penyebabnya, apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah,
syaraf, dan harus diperhatikan lokasi kejadian, waktu terjadinya agar dalam
mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang optimal.3,4

1
BAB 3 : BAB II
BAB 4 : TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Anatomi lengan bawah


a. Tulang
Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam posisi
anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh. Gerakan utama
dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah telapak tangan
ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah yang berputar.
Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan untuk memutar
lengan, serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan. Ulna adalah tulang
medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon,
struktur ini membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke
bawah. 5

Gambar
2.1
Anatomi os
radius
5
dan os ulna

Radius terletak di
lateral dan merupakan tulang
yang lebih pendek dari
dari dua
tulang
di
lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan

2
tuberositas yang menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara
bertahap membesar saat ke distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika
dipotong melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus
styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki
kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami fraktur.5
2. Saraf
Nervus ulnaris
Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini menginervasi m.
flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum profundus dan otot-otot
intrinsic tangan.5
Nervus Medianus
Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan
radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus
interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum profundus,
m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus.5
Nervus Radialis
Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial (sensorik)
dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi sensorik pada
punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam menginervasi otot-
otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam menginervasi m. supinator
dan keluar sebagai n. interosseus posterior.5

3
Gambar 2.2 Nervus ulnaris, nervus medianus, dan nervus radialis.5

3. Pembuluh Darah
Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a. ulnaris.

4
Gambar 2.3 Pembuluh darah daerah antebracii.5

5.2 Fraktur Radius Ulna


Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa. Fraktur
radius-ulna tertutup adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang
disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun trauma
tidak langsung. Patahan tersebut mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau
primpilan korteks, biasanya patahan tersebut lengkap dengan fragmen tulangnya
bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika
salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka.1,2,4
5.3 Proses Terjadinya Fraktur
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan fraktur

5
dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu sendiri. Fraktur
dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah benda bergerak
menghantam suatu area tubuh di atas tulang.6,7
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus
mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan
tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi
dan tekanan memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan
tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.
Trauma bisa bersifat : 4,5
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa : 4,5


Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi
Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah
misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z
Fraktur oleh karena remuk
Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang

Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang


mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang
terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya

6
disertai kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh
darah.4,5
Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka
karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan
menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan
untuk terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat
pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya
kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang
berada pada posisi yang kaku.6,7
5.4 Klasifikasi
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada
fraktur radius dan ulna :3
Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir
tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri
saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi
petunjuk untuk mendiagnosisnya.
Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus
dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius
dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin
mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada
siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan
nyeri bila lengan berotasi.
Fraktur Diafisis Radius
Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1) Fraktur Galeazzi

7
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke
arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini
akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian
dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur
Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering
terjadi.

Gambar 2.4 Fraktur Galeazzi

2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen
distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran
deformitas “garpu-makan malam” (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai
dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna.
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke
radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna.
Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan
fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen
distal
8
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan
tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan
angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun” (garden
spade).

Gambar 2.5 Fraktur Colles dan fraktur Smith

Gambar 2.6 Gambaran radiologi fraktur Smith

9
Gambar 2.7 Gambaran radiologi fraktur Colles
4) Fraktur Lempeng Epifisis
Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di
daerah ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligament.
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan
dibagi dalam 5 tipe

Gambar 2.8 Klasifikasi Salter Harris


Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di
dorsal.
- Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur
ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi
baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan
reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang
utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat
- Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut
tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga
masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan
10
pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan
dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik,
tergantung kerusakan pembuluh darah
- Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian
sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler
dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini
bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin
yang halus.
- Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur
kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakukan.
- Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa
sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena
dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.
5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga
proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior
kaput radius.(14)

11
Gambar 2.9 Fraktur Monteggia
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang
kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,
burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan
lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya
pendarahan.8

Gambar 2.10 Jenis-jenis fraktur berdasarkan garis frakturnya.2


5.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.7,8
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.

12
Trauma bisa bersifat :
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa :


Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi
Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah
misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z
Fraktur oleh karena remuk
Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang
a. Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang
mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan.
Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya
sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak
seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Fraktur tertutup
(simple fracture) : suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar
Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne, yaitu: 7,8
a. Tingkat 0: fraktur sederhana dengan sedikit atau tanpa kerusakan
jaringan lunak sekitarnya.

13
b. Tingkat 1: fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar
pada kulit dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dibandingkan derajat 1 yang disertai
dengan kontusio dan pembengkakkan jaringan lunak.
d. Tingkat 3: fraktur berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
5.6 Diagnosis
a. Anamnesa
Dari anamnesa dapat diperoleh keluhan yang dialami pasien serta riwayat
trauma. Bila tidak ada riwayat trauma dapat dipikirkan terjadi suatu fraktur
patologis. Trauma harus diperinci jenisnya, berat ringannya trauma dan posisi
penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (MOI) (mechanism of injury).
Gejala klasik fraktur adalah: 8,9
- Adanya riwayat trauma
- Rasa nyeri dan bengkak pada bagian tulang yang patah
- Deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi)
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri
- Putusnya kontinuitas tulang
- Gangguan neurovaskular

Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.
b. Pemeriksaan fisik

Pada kasus-kasus fraktur, penanganan selalu dimulai dari survei primer


(ABC), yang dilanjutkan dengan survei sekunder secara menyeluruh. Pemeriksaan
fisik muskuloskeletal yang lengkap harus mencakup inspeksi (look), palpasi
(feel), dan lingkup gerak (move). Selain itu, pemeriksaan arteri, vena, nervus
(AVN) juga penting untuk dilakukan.
Pemeriksaan status lokalis:

 Look (Inspeksi)
 Bandingkan dengan bagian yang sehat

14
 Deformitas: angulasi (medial, lateral, posterior atau anterior),
diskrepensi (rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
 Bengkak atau kebiruan.
 Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
 Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi
hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan
luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
 Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Temperatur setempat yang meningkat/menurun
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati.
 Sensibilitas : baik/tidak
Kehilangan rasa raba dan nyeri menunjukkan adanya trauma spinal atau
saraf tepi.
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
 Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
 Pengukuran panjang tungkai
 Move (pergerakan)
 Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
 Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada
sendinya.
 Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan
nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,
disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.
c. Pemeriksaan Penunjang
 Sinar –X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya
fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri
15
serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis:


Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen


serta pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ´Rules


of Two´:
Dua pandangan (two views)
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X
tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP &
Lateral/Oblique).
Dua sendi (two joint)
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur
atau angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang
yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi
diatas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.
Dua tungkai (two limbs)
16
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis
fraktur. Foto pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
Dua cedera (two injuries)
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1
tingkat. Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga
diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.
Dua kesempatan (two occasions)
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau
ragu-ragu, sebagai akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14
hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.

Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos, CT-


Scan, MRI, tomografi, dan radioisotop scanning. Umumnya dengan foto polos
kita dapat mendiagnosis fraktur.8,9
5.7 Tatalaksana1,7,8,9
a. Pertolongan pertama membersihkan jalan napas, menutup luka
dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak
yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri
sebelum diangkut dengan ambulans
2. Penilaian klinis nilai luka, apakah luka tembus tulang atau tidak,
adakah trauma pembuluh darah atau saraf atau trauma alat-alat dalam yang
lain.
3. Resusitasi kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di
rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum
diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa transfusi darah dan cairan-
cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :


1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)
Awal pengobatan perlu diperhatikan :
 Lokalisasi fraktur
 Bentuk fraktur
 Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan
 Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan

17
2. Reduction
Mengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang
baik yaitu:
 Alignment yang sempurna
 Aposisi yang sempurna
3. Retention
Imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya
dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus
dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal
mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi
sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan
tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka
dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw.
Penatalaksanaan fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur
dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa
baik sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan
multipel trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang
setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur
adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan “ORIF”
maupun “OREF”.
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena
closed treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate
dan screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara
fleksor karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang
cukup untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang
datar, permukaan volar dari radius.
Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan bagian
dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan akses
ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi
Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi
radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil,
bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup.
 ORIF (Open Reduction internal fixation)
18
Reposisi terbuka dan fiksasi interna
Keuntungan :
 Reposisi anatomis
 Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar
Indikasi :
 Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular
nekrosisnya tinggi. Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur
 Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur
avulse dan fraktur dislokasi
 Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan

 OREF (Open Reduction External Fixation)


• Gips (plester cast)
• Traksi
Jenis traksi :
• Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur humerus
• Skin traksi
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga
fragmen akan kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg
karena bila kelebihan kulit akan lepas
• Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi
koksea, femur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris).
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi
yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12 kg, trauma saraf
peroneus (kruris) , sindroma kompartemen, infeksi tempat
masuknya pin.

Indikasi OREF :
• Fraktur terbuka derajat III
• Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
• Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
• Fraktur Kominutif
• Fraktur Pelvis
• Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
19
• Non Union
• Trauma multiple
Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima fase, yaitu :1,3
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi
ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur
akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin
avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Inflamasi dan proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada
daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis
medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak
berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan
fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi
pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari
tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi
pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan
suatu daerah radiolusen.
3. Pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
20
perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang
yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan
radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
remodelling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap
terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan
menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk ruang sumsum.
5.8 Komplikasi
Komplikasi fraktur yang penting adalah:1,2,3
a. Komplikasi segera
1) Lokal
a) Vaskuler : sindrom kompartemen (Volkmann iskemia), trauma vaskuler.
Sindrom kompartemen terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau tekanan
dalam suatu ruang yang dibatasi oleh kompartemen atau inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan dari dalam. Gejala utama dari sindrom
kompartemen adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada
pergerakan pasif dan nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain
adalah terjadinya paralysis, dan berkurangnnya denyut nadi.
b) Neurologis : lesi medula spinalis atau saraf perifer
2) Sistemik : emboli lemak. Perubahan tekanan pada fraktur menyebabkan
molekul lemak terdorong dari sumsum ke dalam peredaran darah sistemik
berakibat gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat. Gejalanya : sakit

21
dada, pucat, dyspnea, putus asa, bingung, perdarahan petechie pada kulit dan
konjungtiva.
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union.Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
1) Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis
pada ujung-ujung fraktur. Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal
dilakukan Osteotomi. Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16
minggu)
2) Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan tulang.
Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur
dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai
potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat
jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi
cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang
luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang
tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,
infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)
3) Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi.
4) Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union
sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang

22
mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa
osteoporosis dan atropi otot
5) Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan
intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa
memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada
sendi. Pembebasan perlengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada
penderita dengan kekakuan sendi menetap
6) Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)
7) Osteoporosis post trauma

BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. GJS
Umur : 25 tahun
23
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
Tanggal masuk RS :

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri lengan
bawah kanan sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang :
-Pasien datang ke IGD RSI Siti Rahmah dengan keluhan nyeri lengan
bawah kanan. Nyeri terasa berdenyut-denyut dan lengan bawah sulit
digerakkan setelah jatuh saat bermain futsal 30 menit yang lalu.
-Luka lecet (-)
-Pingsan (-)
-Perdarahan (-)
-Mual (-), muntah (-)
Mekanisme trauma :
Pasien saat bermain futsal berniat melakukan teknik tertentu untuk
mendapatkan angka, akan tetapi pasien hilang keseimbangan dan terjatuh
kemudian pasien menahan badannya dengan tangan kanan. Pasien lupa
posisi lengan kanan saat jatuh dan menahan badannya seperti apa. Lalu pada
daerah lengan bawah kanan pasien timbul tonjolan seperti tulang kearah
atas. Pasien mengaku masih dapat menggerakan pergelangan tangan dan
jari-jari tangan kanannya tetapi gerakannya terbatas dan tidak maksimal.
Pasien dalam keadaan sadar, tidak terdapat luka terbuka dan tidak disertai
memar pada daerah yang terkena. Pasien mengatakan perdarahan yang
keluar dari kepala, hidung dan telinga disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami patah tulang sebelumnya
Riwayat penyakit hipertensi sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit gula disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada dalam keluarga yang menderita keluhan seperti ini

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
24
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,7 °
Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupi bulat isokor,
refleks pupil +/+ normal
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid
clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan
dinamis simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan
kiri simetris, tidak teraba massa dan tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar simetris
Palpasi : Supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien
tidak teraba besar
Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+ ) normal
Ekstremitas atas : Status lokalis
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
Status lokalis :
a/r radius dan ulna dekstra
Look : Swelling (-), Deformitas (+), tampak bengkak (+), kulit utuh,
cedera terbuka (-), warna kulit sama dengan warna kulit
sekitarnya.
Feel : Arteri radialis teraba, Nyeri tekan (+), krepitasi (-),
sensibilitas baik, suhu sama dengan bagian lainnya
Move : Range of movement terbatas karena nyeri
- Pronasi : Normal
- Supinasi : Normal
- Fleksi : Nyeri dan terbatas
25
- Ekstensi : Nyeri dan terbatas
- Aktif : Terbatas
- Pasif : Nyeri dan terbatas

IV. Diagnosis Klinis


Suspect closed fracture os radius ulna 1/3 media dextra

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto radius ulna dekstra (supine, lateral)

Kesan : Fraktur tertutup os radius ulna 1/3 media dextra tipe spiral
Fraktur displaced, dislocatio ad longitudinam cum contractionum

VI. DIAGNOSIS KERJA


Close fracture os radius ulna 1/3 media dextra tipe spiral
VII.Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah rutin
Persiapan op : Ro thorak, EKG
VIII. Resume

Mekanisme trauma: Pasien saat bermain futsal berniat melakukan teknik tertentu
untuk mendapatkan angka, akan tetapi pasien hilang keseimbangan dan terjatuh
kemudian pasien menahan badannya dengan tangan kanan. Pasien lupa posisi
lengan kanan saat jatuh dan menahan badannya seperti apa. Lalu pada daerah
lengan bawah kanan pasien timbul tonjolan seperti tulang kearah atas.

IX. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
 Fisioterapi
 Istirahat
 Pemasangan bidai melewati 2 sendi.
 Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit
yang diderita pasien.
Medikamentosa
 Analgesik : Meloxicam tab 15 mg 2x1/hari
 Ranitidin 150 mg 2x1/ hari
Operatif

26
 Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Fraktur os radius ulna merupakan keadaan terputusnya hubungan
(diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan
bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Trauma yang terjadi
pada tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur tertutup
ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak
disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak
seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Proses penyembuhan patah
tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang.

27

Anda mungkin juga menyukai