PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua
tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.
(OMSK), yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah
dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan
riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen.
tingkatan.
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen,
tipe sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid,
OMSK tipe ganas). OMSK tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat,
1
virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau
hygiene buruk. Proses infeksi pada OMSK sering disebabkan oleh campuran
ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah
aureus 25%.Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk
pasien OMSK tipe bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan
sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang
1.2. TUJUAN
penatalaksanaannya.
1.3. MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Skenario
LBM 3
“Aduh Telingaku”
keluhan keluar cairan kekuningan dari telinga kanan sejak 3 hari yang lalu,
sebelumnya ia mengeluhkan pilek sejak 5 hari yang lalu. Keluhan ini sudah
sering dialami sejak kecil, biasanya akan hilang dengan sendirinya, dan
3
Pada pemeriksaan telinga kanan dengan otoskop, dokter menemukan
sekret mukopurulen. Pemeriksaan telinga kiri tidak ada kelainan yang didapat.
hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kolesteatom pada telinga
2.3. Terminologi
disebabkan oleh kelainan atau penyakit telinga luar atau telinga tengah.1
bertambah besar.1
2.4. Permasalahan
A. Apakah ada hubungan keluhan pilek sejak kecil dengan keluhan sekarang
4
2.5. Brain Storming
anak: H.influenza) yang kemudian diikuti reaksi inflamasi dalam tubuh. Sel-sel
tympani.9,10
tahap yang lebih lanjut (fase supurasi), edema akan semakin hebat. Hal ini
sering disertai dengan hilangnya sel epitel superfisial pada membran timpani
dan terbentuk sekret yang purulen pada cavum timpani sehingga membran
timpani menonjol. Lama kelamaan terjadi iskemik dan nekrosis jaringan pada
5
membrane timpani dan terjadi perforasi membran timpani. Adanya perforasi
Jika tidak terjadi stadium resolusi, maka akan terjadi perforasi membran
timpani yang menetap dan pengeluaran sekret yang terus menerus dan hilang
timbul.9
karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak
hubungan saraf otak yang terbagi atas tuli sensorineural koklea dan tuli
tuli mendadak, tauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising tuli
6
otak lainnya. Pada gangguan pendengaran jenis ini umumnya
irreversibel.1
Aplasia (kongenital).
Trauma kapitis.
Trauma akustik.
Pemaparan bising.
Presbicusis
Neuroma akustik.
Cidera otak.
Perdarahan otak.
7
hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut
trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga
dalam.1
Infeksi adalah sebab utama perforasi membran timpani. Infeksi akut dari
bersamaan dengan tekanan yang meningkat dalam ruang telinga tengah. Pada
kondisi ini, rupture membran timpani didahului nyeri hebat pada telinga.
Perforasi traumatic dapat terjadi dari benda asing yang masuk ke liang telinga
(missal : dipukul dengan tangan, jatuh ke air dengan kepala lebih dulu masuk
ke air). Paparan tekanan tinggi dari sebuah ledakan dapat merobek membran
timpani. Perforasi membran timpani yang terjadi dari tekanan air, pada
olahraga yang menerjunkan kepala terlebih dahulu kedalam air, dapat terjadi
pada membrane timpani yang sudah atrofi karena penyakit sebelumnya. Objek
perforasi.11
timpani, yaitu:11
1. Lingkungan
8
2. Sosial ekonomi
6. Genetik
7. Autoimun
8. Alergi
oleh bakteri.
1. Pemeriksaan laboratorium
9
a) Darah lengkap
2. Pemeriksaan radiologi
a) Rontgen
B. Diangnosa Banding
C. Diangnosa Kerja
1. Anatomi telinga
10
a) Telinga luar
1) Aurikula
2,5 cm. Terletak mulai dari pintu masuk porus acusticus externus
11
Lanjutan dari aurikula
telinga.
3) Membran timpani
dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
12
propria). Pars flaksida hanya berlapis duayaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
13
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadaran,dengan menarik
garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
depan,atas–belakang,bawah–depansertabawah-belakang,untuk
b) Telinga tengah
14
Gambar 6. Struktur anatomi telinga tengah1
1) Osikula auditiva
15
Gambar 7. Osikula Auditiva8
rotundum.8
16
Saluran ini menghubungkan ruangan pada auris media dengan
c) Telinga dalam
menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibule, scala media, dan scala
pendengaran.6
17
Gambar 8. Struktur anatomi telinga tengah8
2. Fisiologi pendengaran
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
18
akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
19
B. Diangnosa Banding
telinga tengah, tuba eustakius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis
media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan
tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal
atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa
otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta othorrhea, apabila telah
yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang
20
Gambar 10. Skema kalsifikasi otitis media
Etiologi
Bakteri
21
dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada
anak-anak.
Virus
Faktor resiko
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras,
faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu
(ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain,
tuba Eustakius dan lain-lain. Faktor umur juga berperan dalam terjadinya
disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba
22
Eustakius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak
juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki
yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga
Gejala klinis
pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa
terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau
23
berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan
anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai
39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba
memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.
keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga
atau bulging. Menurut Dagan (2003) skor OMA adalah seperti berikut:
angka 0 hingga 3, berarti OMA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA
berat. Pembagian OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia
berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39°C oral atau 39,5°C
24
rektal. OMA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari
kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring
terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus
terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustakius
mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan
pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus
25
dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu
meninggi.
proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta
Stadium OMA
refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustakius
kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna
keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
26
2) Stadium hiperemis atau presupurasi
edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat
27
3) Stadium supurasi
atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel
liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai
disertai muntah dan kejang. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak
kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani
sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga
28
Gambar 12. Membran timpani bulging dengan purulent
4) Stadium perforasi
sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga
keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua
dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif
kronik.
29
Gambar 13. Membran timpani perforasi
5) Stadium resolusi
tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi
gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik.
dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis
media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media
serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani
30
2. Otitis eksterna
Definisi
ear, adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang
melapisi saluran telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi
oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di
Etiologi
31
Faktor Resiko penyakit otitis eksterna antara lain :
Patofisiologi
32
tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga
(meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang
dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4
33
↓
suhu yang tinggi ,kelembaban yang tinggi (berenang)
↓
Peningkatan kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit
apopilo sebasea
↓
menunjang pembengkakan & pyumbatan folikel
↓
berkurangnya aliran serumen kepermukan kulit
↓
Serumen bsifat asam (pH 4-5) → mencegah pertumbuhan bakteri &
jamur juga mencegah kerusakan kulit→kalau berkurang tidak ada
yang mencegah
↓
Gatal
Garuk/cedera
↓
invasi organisme eksogen melalui permukaan superficial epidermis
yang biasanya resisten terhadap bakteri
Gejala klinik
1. Otalgia.
2. Gatal-gatal (pruritus).
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada
tahap awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan
nyeri tekan daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi.
6. Tinnitus.
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang
34
telinga (otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna difus
ditemukansekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah.
Cairan tersebutberbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur
dengan lendir (musin).
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus17 dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah,
darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
35
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari
otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang
digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.
C. Diangnosa Kerja
Definisi
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah. Otitis media
koronik adalah perforasi pada gendang telinga. Otitis media kronis adalah
peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan
serta orang awam biasanya menyebut congek. Otitis media kronik adalah
kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia
15 tahun.
36
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
Epidemiologi
OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-
anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun
demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-
negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah
kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang
sedang berkembang.2
adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
Manifestasi klinis
37
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana
daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi.
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani
sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang
Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
38
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
39
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
4. Vertigo
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula
perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
40
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
Etiologi
41
dari nasofaring(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga
Lingkungan
padat.
Genetik
pada penderita otitis media,tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.
42
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan
dariotitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak
Infeksi
hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan
organisme lainnya.
Pneumococcus).
Autoimun
43
Alergi
kemungkinannya.
44
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah
persisten dimastoid.
Patogenesis
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini
45
tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum
sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi
tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada
anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering
netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel
46
yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
tengah.
goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta
Klasifikasi OMSK
47
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba
yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu
campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa,
Fase aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului
oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah
berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi
jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang
harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau
jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari
posterosuperior.
48
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu
yang terkontaminasi
menghasilkan kolesteatom.
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat
a) Kongenital
49
– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari
perkembangan.
b) Didapat.
retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi
menjadi area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa
membran timpani.
lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk
kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan
‘perforasi’ dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat
kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong
retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris
50
Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia
skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi
didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel.
meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara
benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.
Patofisiologi
51
stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini
jaringan parut.
Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh
Pemeriksaan diagnostic
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,
52
tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat
ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang
15-20 dB
53
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
2. Pemeriksaan Radiologi.
dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
struktur.
54
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus
hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus
– Cholesteatoma.
Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak
yang sebenarnya.
55
perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran timpani
pars tensa.
Penatalaksanaan medis
1. Konservatif
2. Operasi
dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
gangguan pendengaran.
56
o Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
o Pemberian antibiotika :
antibiotika/antimikroba topikal
antibiotika sistemik
atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga
kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara
pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya
57
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis
operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan
infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi
mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi
telinga dengan secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak
efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang
faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk
tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK
antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1
58
dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga
dibersihkan dahulu.
b. Terramycin.
aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja
basil gram negatif. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan
kuman anaerob.
dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-
steroid tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan
telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram
positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif
59
Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis
minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan
penderita tersebut.
60
antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi
laktam.
Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti
aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama
2-4 minggu.
OMSK Maligna
61
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
2. Mastoidektomi radikal
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
pendengaran.
Komplikasi
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi
akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan komplikasi.
62
A. Komplikasi intratemporal
2. Mastoiditis akut
3. Paresis n. Fasialis
4. Labirinitis
5. Petrositis
B. Komplikasi ekstratemporal
1. Abses subperiosteal
C. Komplikasi intrakranial
1. Abses otak
2. Tromboflebitis
3. Hidrosefalus otikus
4. Empiema subdural
berhenti keluar, hal ini menandakan adanya secret purulen yang terbendung
Komplikasi Intratemporal
timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus akan
menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif tidak
63
terdapat di kavum timpanipun misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan
Pada otitis media akut nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran
infeksi langsung melalui kanalis fasialis. Pada otitis media kronis kerusakan
terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi disusul
sekunder untuk OMA sering terjadi pada anak dengan paresistidak lengkap
yang datang tiba-tiba dan biasanya singkat dengan pengobatan yang tepat.Di
64
labirin atau tegmen. Selanjutnya, tingkat erosi tulang dari kanal tuba
Penatalaksanaan:
Pada otitis media akut, perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan
pemerikssaan elektrodiagnostik.
65
66
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, dan daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
67
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
2. Rukmini, S. dan Herawati, S.. 2000. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan
3. Dhingra, PL. dan Dhingra, Shruti. 2014. Diseases of Ear, Nose, Throat, Head
EGC
6. Bansal, Mohan. 2013. Diseases of Ear, Nose, and Throat. Jaypee Brothers
Medical Publisher.
7. Guyton AC, Hall EH. 2006.Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company
8. Scanlon V.2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jakarta. EGC.
10. Irawati, N., Kasekayan, E., Rusmono, N. 2007. Rinitis Alergi. Dalam:
Soepardi,Efiaty A., Iskandar N., Bashiruddin, J., Restuti, Ratna D (eds). Buku
68
11. Soepardi, Iskandar. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
69