BLOK UROGENITAL I
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
TAHUN 2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Ahmad bertemu ke kos samsul untuk belajar kelompok. Samsul menyuguhkan minuman
bersoda dingin untuk menemani mereka belajar. Beberapa waktu kemudian, Ahmad meminta
izin ke kamar mandi karena sudah ingin buang air kecil (BAK). Akan tetapi kamar mandi
sedang digunakan oleh teman kos samsul sehingga Ahmad harus menunggu beberapa saat
untuk BAK. Akhirnya, setelah Ahmad dapat masuk kamar mandi, dia merasa lega karena dapat
berkemih.
Seusai dengan apa yang terjadi pada pasien diskenario, Undesensus testis (undescended
testis atau UDT), sering disebut juga kriptorkidismus, adalah kondisi tidak adanya testis di
dalam salah satu atau kedua skrotum. UDT merupakan kelainan urologi kongenital yang sering
ditemui pada bayi laki-laki akibat kegagalan penurunan testis dari pul bawah ginjal (lower
kidney pole) ke dalam skrotum. Istilah-istilah seperti testis yang tidak turun, retentio testis,
kriptorkismus, dan testis maldescended menggambarkan testis yang biasanya tidak terletak di
bagian bawah skrotum.
UDT mungkin terletak di sepanjang jalur normal penurunan atau dalam posisi ektopik.
Cryptorchid / undescended: testis tidak berada dan tidak dapat dimanipulasi ke dalam
skrotum.
Ektopik: perjalanan keturunan yang menyimpang, biasanya setelah meninggalkan
kanalis inguinalis: femoralis, pubopenile, perineum atau skrotum yang menyilang.
Retractile: testis dapat dimanipulasi menjadi skrotum di mana ia tetap tanpa ketegangan.
Meluncur: testis dapat dimanipulasi menjadi skrotum bagian atas tetapi menarik kembali
saat dilepaskan.
Diperoleh: testis sebelumnya turun atau setelah orchiopexy atau operasi inguinal lainnya
(hernia), kemudian "naik" secara spontan.
2
Tinjauan singkat pembentukan testis sangat penting untuk memahami bagaimana gangguan
proses ini dapat menyebabkan kelainan yang tampaknya beragam, seperti kriptorkismus,
spermatogenesis abnormal, tumor testis atau sistem saluran ekskuren pria, atau aplasia alat
kelamin pria. Wilayah genom yang menentukan jenis kelamin terletak di lengan pendek
kromosom Y dan disebut gen SRY (wilayah penentu jenis kelamin Y). SRY adalah gen penentu
jenis kelamin intronless pada kromosom Y di therians (mamalia plasenta dan marsupial), dan
mutasi pada gen ini menyebabkan berbagai gangguan yang berhubungan dengan jenis kelamin
dengan berbagai efek pada fenotipe individu, misalnya kriptorkismus. SRYEkspresi gen oleh
sel mesenkim somatik dari gonad pembentuk menghasilkan produksi protein SRY, juga dikenal
sebagai faktor penentu testis (TDF). Dari minggu keenam kehamilan, protein SRY memulai
serangkaian kejadian yang mengarah pada diferensiasi struktur reproduksi pria. Tanpa kejadian
ini, embrio mengikuti jalur perkembangan default, membentuk alat kelamin internal dan
eksternal wanita.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EMBRIOLOGI SISTEM URINARIA
B. Sistem ginjal
1. Pronefros
Proses yang digambarkan oleh 7-10 kelompok sel padat di daerah leher. kelompok yang
pertama membentuk nefrotom vestigium yang menghilang sebelum nefrotom yang di
sebelah kaudal terbentuk. pada akhir minggu 4, semua tanda sistem pronefros
menghilang.
4
Gambar 1. Mesoderm
2. Mesonefros
Mesonefros dan salurannya berasal dari mesoderm intermedia (dari segmen dada
bagian atas lumbal bagian atas L3). Pada minggu ke 4, sistem mesonefros mulai tampak.
Saluran ini memanjang dengan cepat, membentuk sebuah gelung yang berbentuk huruf S
dan terdapat glomerolus diujung medialnya dan membentuk simpai bowman. Simpai
bowman + glomerolus => korpuskulus mesonefrikus (ginjal). Di sebelah lateral, saluran
yang bermuara pada saluran pengumpul memanjang => duktus mesonefrikus/duktus
wolf.
Pada pertengahan minggu ke 2, mesonefros membentuk organ bulat telur yang besar
(terdapat di kiri dan kanan garis tengah). Pada medial mesonefros terdapat gonad,
sehingga rigi-rigi yang dibentuk ke 2 organ besar tadi disebut rigi urogenital.
5
Gambar 2. Mesoderm potongan sagital
6
Gambar 3.
C. Sistem Pengumpul
Berkembang dari tunas ureter (tonjolan saluran mesonefros yang di dekat muara
kloaka). Tunas jaringan metanefros yang menutup ujung distalnya sebagai topi
Tunas melebar membentuk piala ginjal(pelvis renalis) primitif dan terbagi menjadi
kranial dan kaudal membentuk kalises mayores, sambil terus menembus lebih jauh ke
dalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks akan membentuk 2 tunas baru, dan akan
terus membelah hingga terbentuk 12 generasi saluran atau lebih. Sementara itu, di bagian
tepi, terbentuk lebih banyak saluran hingga akhir bulan ke 5. Saluran generasi ke 2
7
membesar dan menyerap masuk saluran generasi ke 3 dan ke 4, sehingga terbentuklah
kalises minor piala ginjal. Pada perkembangan selanjutnya, saluran generasi ke 5 dan
seterusnya sangat memanjang dan menyebar dari kaliks minor dan membentuk piramida
ginjal. Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan
minor, dan kurang lebih 1-3 juta saluran pengumpul
D. Sistem Eksresi
Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk akan ditutupi topi jaringan metanefrik diujungnya.
Sel- sel topi jaringan ini membentuk gelembung-gelembung kecil vesikel renalis, yang
akan menjadi saluran-saluran kecil, yang bersama-sama berkas kapiler dikenal sebagai
glomeruli, membentuk nefron/ satuan eksresi. ujung proksimal masing-masing
nefron membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi glomerulus. sedangkan
ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran
pengumpul, sehingga terbentuk jalan penghubung dari glomerulus ke salah satu
saluran pengumpul. pemanjangan saluran ekskresi terus menerus mengakibatkan
pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal.
Ginjal berkembang dari 2 sumber yang berbeda :
8
Pada saat lahir, ginjal berlobulasi. Selama masa anak-anak, gambaran lobulasi
menghilang karena pertumbuhan nefron lebih lanjut. Akan tetapi, jumlahnya tidak
bertambah.
E. Posisi
Ginjal
Ginjal yang semula terletak di daerah panggul akan bergeser kedudukannya lebih ke
kranial
F. Fungsi
Ginjal
Metanefros baru berfungsi pada akhir trimester pertama. Air kemih mengalir ke
rongga
amnion dan bercampur dengan cairan amnion. cairan ini ditelan oleh janin dan
memasuki saluran pencernaan untuk diserap ke dalam aliran darah dan berjalan melewati
ginjal untuk kembali diekskresi ke dalam cairan amnion. Selama masa janin, ginjal tidak
berfungsi untuk ekskresi bahan-bahan sisa, karena plasenta menjalankan fungsi ini.
9
saluran anorektal dan sinus urogenitalis. Selaput kloaka terbagi menjadi membrana
urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior. Tiga bagian sinus urogenitalis
primitif dapat dibagi menjadi:
10
1. Kandung kemih : Pada awalnya, kandung kemih berhubungan
langsung dengan allantois, tetapi setelah allantois tertutup, maka yang
tersisa hanya korda fibrosa yang tebal (urakus) dan korda ini
menghubungkan puncak kandung kemih dengan umbilikus. Pada orang
dewasa, dikenal sebagai ligamentum umbilikus medial.
2. Sinus urogenitalis bagian panggul : Berupa saluran yang agak
sempit yang pada pria membentuk uretra pars prostatika dan pars
membranosa.
3. Sinus Urogenitalis Tetap (sinus urogenitalis bagian penis) :
merupakan bagian yang sangat memipih ke samping dan terpisah dari
dunia luar oleh membrana urogenitalis (perkembangan urogenitalis
berbeda pada kedua jenis kelamin).
11
oleh epitel endoderm, sehingga seluruh permukaan dalam kandung kemih
dilapisi oleh epitel endoderm.
URETRA
Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm,. Sedangkan jaringan
penyambung dan jaringan otot polosnya berasal dari mesoderm splangnik.
Pada akhir bulan ketiga, epitel pars prostatika mulai berploriferasi dan
membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim di
sekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentuk kelenjer prostat dan pada
wanita membentuk kelenjer uretra dan kelenjer parauretra.
BAB III
KESIMPULAN
Kriptorkismus adalah salah satu kelainan kongenital yang paling umum
pada alat kelamin laki-laki, terjadi pada 1% anak laki-laki pada usia satu
tahun. Meskipun etiologi kriptorkismus adalah multifaktorial, Meskipun etiologi
kriptorkismus masih belum jelas, penatalaksanaan telah berkembang dengan
pengakuan yang jelas bahwa pengobatan hormonal sebagian besar tidak efektif
dan pembedahan dini (sebelum usia 1-2 tahun) mengarah pada hasil testis yang
lebih baik. Selain itu, laparoskopi diagnostik sekarang menjadi pendekatan
12
standar untuk testis yang tidak teraba dan dapat dikombinasikan dengan
orkidopeksi satu atau dua tahap dengan tingkat keberhasilan hingga 90%.Cara
terbaik pengobatan undescended testis (UDT) masih kontroversial. Namun,
pengetahuan yang diperoleh dari studi terkontrol secara acak dan meta-analisis
memungkinkan berbagai kelompok peneliti untuk menetapkan pedoman tentang
manajemen pasien dengan UDT. Para Ahli meninjau literatur terbaru dan sampai
pada kesimpulan berikut: Pengobatan hormonal tidak dianjurkan, mengingat hasil
langsung (hanya 15-20% dari testis yang tertinggal turun) dan kemungkinan efek
samping jangka panjang pada spermatogenesis. Pembedahan adalah pengobatan
pilihan; orchiopexy berhasil pada sekitar 95% UDT, dengan tingkat komplikasi
yang rendah (sekitar 1%). Orchiopexy harus dilakukan antara usia 12 dan 18
bulan, atau pada kontak pertama jika didiagnosis kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
13
Barthold J, Hagert J. Etiologi, diagnosis, dan manajemen testis yang tidak turun.
Dalam: Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, dkk., Editor. Urologi Campbell-
Walsh. Edisi ke-11. Vol. 4. Philadelphia: Elsevier; 2015. hlm. 3430–52.
Braga LH, Lorenzo AJ, Romao RLP. Pedoman Canadian Urological Association
Pediatric Urologists of Canada (CUA-PUC) untuk diagnosis, manajemen, dan
tindak lanjut kriptorkismus. Urol Assoc J. 2017 Jul; 11 : E251-E260.
[PubMed]
Bruijnen CJ, Vogels HD, Beasley SW. Review of the extent to which orchidopexy
is performed at the optimal age: implications for health services. ANZ J Surg.
2008;78:1006–9
14