Anda di halaman 1dari 18

PENGENALAN STRATEGI DIAGNOSTIK STIMULASI

MAGNETIK

Diterjemahkan Oleh :
Nurmayasari.H.Abd.Rauf

Pembimbing :
Dr.dr.Jumraini Tammasse SpS(K)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
PENGENALAN STRATEGI DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK

Stimulasi magnetik pada beberapa bagian yang berbeda neuroaksis dapat memberikan informasi tentang tingkat eksitabilitas pada
korteks motorik, fungsi inhibisi intrakortikal struktur neuronal,konduksi rangsangan sepanjang kortikospinal, serabut kortikonuklear
dan kalosal,konduksi rangsangan ortrodromik sepanjang pleksus saraf dan seluruh saraf motorik perifer

Dalam hal klinis pola perubahan respon yang diperoleh dari stimulasi magnetik pada beberapa lokasi dapat
bermanfaat untuk melokalisasi lesi dalam sistem saraf pusat atau perifer ( Contohnya mielitis/polineuritis)

Untuk mendeteksi tingkat lesi hemisfer atau korda spinalis (Contohnya dibawah atau diatas jalur serabut menuju
korpus kalosum,korda cervical atau thoracolumbar).
PENGENALAN STRATEGI DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK

Untuk membedakan lesi yang predominan demielinasi atau aksonal pada traktus motorik descenden
(Contohnya, Multiple sclerosis, Amyotropic lateral sclerosis). Untuk memprediksi outcome motorik setelah
lesi otak yang menyebabkan disabilitas (Contohnya lesi serebral vaskular)

Untuk membuat diagnosa awal dan sangat spesifik (Contohnya Bells Palsy, parese psikogenik,
multiple sclerosis, plexus neurophaty)

Stimulasi magnetik dapat juga digunakan untuk monitoring intraoperatif fungsi traktus motorik
kortikospinal untuk mengoptimalkan prosedur bedah (Contohnya pada operasi skoliosis)
PENYAKIT YANG DIINVESTIGASI UNTUK TUJUAN
DIAGNOSTIK DENGAN STIMULASI MAGNETIK
Kelainan Serebrovaskuler, Lesi Otak Hemisfer iskemik atau hemoragik atau lesi batang otak, locked-in
syndrome, hemisferektomi.

Epilepsi Epilepsi fokal, epilepsi partial continua, generalized epilepsy, single


epileptic seizure, Benign childhood epilepsy, Epilepsy mioklonus
progresif, Motor cortical reflex myoclonus.

Kelainan cairan serebrospinal dan otak Hidrocephalus

Penyakit Inflamasi CNS Multiple sclerosis, infeksi HIV, mielitis.

Penyakit Degeneratif CNS Penyakit Alzheimer, penyakit creutzfeldt-jakob, ALS, familial childhod
Herediter.

Kelainan Gerak Penyakit parkinson, progressive supranuclear palsy,multiple system


atrophy.
PENYAKIT YANG DIINVESTIGASI UNTUK TUJUAN
DIAGNOSTIK DENGAN STIMULASI MAGNETIK

Gangguan Cerebellum Penyakit dengan degenerasi, iskemik dan lesi


lainnya, agenesis cerebellum; penyakit dengan
ataksia serebelar

Penyakit Metabolik Defisiensi Vitamin B12, Diabetes Mellitus, Multiple


symmetric lipomatosis

Kelainan perkembangan Agenesis korpus kalosum atau cerebellum


Trauma Amputasi kaki, trauma kepala, trauma korda spinalis.

Lesi saraf perifer/Neurophaty Saraf kranial: Facial nerve palsy,


Neuralgia Trigeminal :lesi vagal, saraf aksesorius
Lesi pleksus saraf, radikulophaty, polineurophaty
PENYAKIT YANG DIINVESTIGASI UNTUK TUJUAN DIAGNOSTIK
DENGAN STIMULASI MAGNETIK

Penyakit Neuromuscular Junction Myasthenia gravis (stimulasi repetitif)

Penyakit dengan miophaty Distrofi miotonik

Penyakit psikiatri Paresis histerikal, skizofrenia, depresi

Lainnya Chronic fatigue syndrome, migren


DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK

Pada kecurigaan paresis histerikal pada satu lengan disarankan untuk merekam secara bilateral dari otot
tangan yang relaksasi untuk membandingkan ukuran respon yang muncul pada kondisi yang sama.

Respon yang diperoleh secara kortikal dari ukuran yang sama pada kedua tangan biasanya mengeksklusi
afeksi organik ketika motor neglect atau lesi pada regio kortikal berada diatas dari korteks motorik primer
( Contohnya pada korteks motorik suplementer)
DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK

Pada kelainan basal ganglia dengan kelainan kontrol motorik, perlu direkam
pertama kali dari otot tangan yang relaksasi untuk mengukur variabilitas
respons.

Pada langkah kedua rekaman dilakukan pada otot yang berkontraksi secara
klonik, untuk mendeteksi perubahan proses inhibisi kortikal dengan perubahan
durasi post exitatory, atau inhibisi transkalosal.
DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK

Pada pasien dengan kecurigaan multiple sclerosis, respon motorik yang


dimediasi eksitatorik secara kortikospinal harus direkam setidaknya dari empat
otot, contohnya secara bilateral dari otot tangan dan tungkai bawah.

Untuk mendeteksi lesi serabut kortikospinal dalam perjalanannya menuju white matter dari
hemisfer, batang otak, dan korda spinalis.

Sensitivitas terhadap temuan patologis dapat meningkat dengan memperhatikan variabilitas respon latensi dan
amplitudo sebagai indikator untuk gangguan transmisi impuls kortikospinal.Pada pasien dengan multiple
sclerosis awal dan respons eksitasi yang dimediasi oleh kortikospinal normal, penundaan atau perpanjangan
inhibisi transkalosal dapat mengindikasikan gangguan fungsional serabut saraf kalosal.
DIAGNOSTIK STIMULASI MAGNETIK
Pada lesi pleksus lengan unilateral akut (contohnya neuritis pleksus) stimulasi magnetik
perifer seharusnya tidak hanya dilakukan pada kolum vertebral, tapi juga distal dari
pleksus di aksila.

Hal ini dapat menentukan waktu konduksi di sepanjang segmen pleksus


dibandingkan dengan latensi pleksus pada sisi yang tidak terkena dan
membantu untuk melokalisir lesi

Stimulasi korteks tambahan dapat membantu mengeksklusi kompresi akut pada nerve root
(contohnya, diskus medial), yang dapat dideteksi dengan perpanjangan latensi motorik
pusat ke otot lengan, sedangkan latensi motorik pusat normal terhadap motorneuron otot
tungkai.
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT STIMULASI
MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL

Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis


utama diagnostik respon yang diperoleh

Otot maseter Lesi Nervus trigeminal (+) Rekaman jarum atau Hubungan kortikonuklear
permukaan.Masalah:Amba bilateral.CER denagn
ng batas kortikal latensi 5-9 (-14) ms,PER
tinggi,interferensi respon dengan latensi sekitar 3-4
diperoleh dengan stimulasi ms
korteks dan saraf pada sisi
yang sama
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT
STIMULASI MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL

Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis


utama diagnostik respon yang diperoleh

Otot fasialis bawah Fasial palsy perifer pada +++ Rekaman permukaan: Hubungan
tahap awal Otot yang paling baik: kortikonuklear bilateral
M.Zygomaticus. dengan predominan
Masalah: Interferensi kontralateral. CER
respon diperoleh dengan setelahnyasekitar 11 ms,
stimulasi korteks dan PER setelahnya sekitar 4
saraf pada sisi yang ms
sama

Otot Laringeal Lesi saraf vagus + Rekaman jarum Hubkortikonuklear


bilateral, CER
setelahnya 9-12 ms, PER
setelahnya sekitar 5 ms
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT
STIMULASI MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL

Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis


utama diagnostik respon yang diperoleh

Esofagus (Bagian Disfagia (contoh pada (+) Elektroda permukaan Hubungan


proksimal) stroke) intraesofageal kortikomuskuler
bilateral. CER
setelahnya 8-12 ms, PER
setelahnya sekitar 4 ms.

Otot trapezius Disfungsi saraf (+) Rekaman permukaan Hubungan kortikonuklear


aksesorius bilateral dengan
(stroke,distonia) predominan
kontralateral.CER
setelahnya 9 ms
(kontralateral) dan 14 ms
(ipsilateral), PER
setelahnya 2-3 ms
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT
STIMULASI MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL
Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis
utama diagnostik respon yang diperoleh

Sternocleidomastoideus (stroke,distonia) Kortikonuklear bilateral,


CER stelahnya 8
ms(kontralateral)atau 15
ms (ipsilateral)

Otot Lidah Lesi saraf hipoglosus, + Elektroda permukaan Hubungan


gejala khusus atau elektroda kortikonuklear bilateral
bulbar/kortikobulbar jarum. dengan sedikit
penyakit motorneuron predominan
kontralateral. CER
setelahnya sekitar 7-9
ms, PER dengan latensi
3-4 ms
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT
STIMULASI MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL

Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis


utama diagnostik respon yang diperoleh

Otot tangan Untuk mengevaluasi traktus +++ Elektroda permukaan. Otot Hubungan kortikospinal
kortikospinalis dan fungsi yang paling baik : Otot kontralateral.Ambang batas
serabut kolosal interoseus dorsal pertama respons kortikal rendah.
dan abduktor digiti quinti Inhibisi transkalosal ada.
CER setelahnya sekitar 21
ms, PER setelahnya sekitar
15 ms
PENGGUNAAN REKAMAN DIAGNOSTIK TERHADAP RESPON MOTORIK SAAT STIMULASI
MAGNETIK KORTEKS ATAU SARAF PROKSIMAL

Otot Pemeriksaan Diagnostik Perkiraan penggunaan Kondisi perekaman Karakteristik fisiologis


utama diagnostik respon yang diperoleh

Otot paravertebral Lokalisasi lesi korda + Perekaman jarum Hubungan kortikospinalis


spinalis kontralateral dan variabel
konduksi cepat ipsilateral
M.Tibialis anterior atau otot Standar untuk +++ Perekaman permukaan: Hubungan kortikospinalis
kecil kaki mengevaluasi fungsi traktus Lesi pada kauda equina dan kontralateral.CER di tibialis
kortikospinalis miyelon lumboscral tidak anterior setelahnya sekitar
dapat berdiferensiasi ketika 30 ms, PER setelahnya
stimulasi magnetik sekitar 15 ms
dilakukan
KESIMPULAN
1. Diagnostik magnetik rutin stimulasi korteks dan saraf yang bertujuan untuk evaluasi konduksi saraf
kortikospinal atau perifer dapat dilakukan dengan mesin EMG konvensional dengan kombinasi dengan
stimulator magnetik single-pulse.
2. Kawat bulat standar yang besar dengan diameter luar 10-13 cm cukup untuk semua pemeriksaan rutin. Kawat
bulat dengan diameter yang lebih kecil mungkin bermanfaat untuk stimulasi saraf fasialis di belakang angulus
mandibula, saraf aksesorius pada basis posterior tengkorak dan pleksus saraf brakialis pada fossa
supraklavikula.
3. Kawat fokal figure-of-eight (menyerupai angka 8) yang mengizinkan aktivasi hemisfer-selektif korteks
motorik dibutuhkan ketika fungsi serabut kalosal yang diinvestigasi (Lihat Bab 14).
4. Intensitas stimulus yang digunakan untuk stimulasi korteks seharusnya berhubungan dengan ambang batas
respon dari otot yang direkam saat istirahat. Untuk memperoleh respon motorik tangan yang besar, cukup
dengan menggunakan intensitas stimulus 1,3 kali ambang batas respon saat istirahat, sedangkan untuk
mendapatkan respon motorik tungkai, intensitas stimulus maksimal sering dibutuhkan. Jika memungkinkan,
respon motorik harus direkam dari otot yang berkontraksi secara tonik untuk memfasilitasi aktivasi
transkranial dari motoneuron kortikal dan spinalis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai