KELOMPOK 5
1
ILMU KEDOKTERAN
DASAR
ANATOMI
HIPOCAMPUS
• Suatu elevasi substansia
grisea yang melengkung
dan memanjang di
seluruh dasar
inferoventricularis
lateralis.
• Menyebarkan sinyal-
sinyal keluar menuju
anterior hipothalamus
dan bagian sisi limbik
terutama forniks .
ANATOMI SEL
NEURON
• Sel glia
1. Oligodendrosit
(membentuk selubung
mielin
2. Astrosit (berperan
dalam mengendalikan
lingkungan ion dan
kimiawi neuron)
3. Sel ependim
4. Sel schwann
FISIOLOGI
Fisiologi
• Impuls eksitatorik (potensial aksi) yang mencapai akson terminal
menimbulkan depolarisasi pada membran prasinaps, membuka kanal
kalsium voltagedependent. Akibatnya, ion kalsium mengalir ke terminal
bouton dan kemudian berinteraksi denga berbagai protein untuk
menimbulkan fusi vesikel sinaptik dengan membran prasinaps. Molekul
neurotransmiter di dalam vesikel kemudian dilepaskan ke celah sinaps.
• Molekul neurotransmiter berdifusi menyebrangi celah sinaps dan
berikatan dengan reseptor spesifik pada membran pascasinaps.
• Ikatan molekul neurotransmiter dengan reseptor menyebabkan kanal
ion terbuka, menginduksi aliran tegangan ionik yang menyebabkan
depolarisasi atau hiperpolarisasi membran pascasinaps baik excitatory
postsynaptic potential (epsp) atau inhibitory postsynaptic potential
(ipsp). Dengan demikian, transmisi sinaptik menimbulkan eksitasi atau
inhibisi neuron pascasinaps.
Fisiologi
Jenis sinaps
Neurotransmiter eksitatorik yang paling umum di SSP adalah glutamat (na channel
terbuka na difusi depolarisasi potensial aksi impul saraf diteruskan)
Neurotransmiter inhibitorik tersering adalah asam υ-aminobutirat (GABA).
Neurotransmiter inhibitorik di medula spinalis adalah glisin. (K channel terbuka ion
K masuk ke intrasel hiperpolarisasi potensial aksi tidak terjadi impuls saraf
tidak diteruskan)
Sklorosis hippocampus
Luar Serangan :
• Efek samping obat
• Gangguan belajar (retardasi mental)
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan EEG
• Rekaman EEG sebaiknya dilakukan pada saat bangun tidur dengan
stimulasi fotik, hiperventilasi, stimulasi tertentu sesuai pencetus
bangkitan.
• Indikasi pemeriksaan EEG :
a) Membantu menegakkan diagnosis epilepsi
b) Menentukan prognosis pada kasus
c) Pertimbangan dalam pemberhentian obat epilepsi (OAE)
d) Membantu dalam menentukan letak fokus
2. Pemeriksaan Pencitraan Otak (Brain Imaging)
• Indikasi :
a) Semua kasus bangkitan pertama yang diduga ada kelainan
struktual
b) Adanya perubahan bentuk bangkitan
c) Terdapat defisit neurologi fokal
d) Epilepsi dengan bangkitan parsial
PENATALAKSANAAN,
PENCEGAHAN, DAN EDUKASI
Non-Farmakologi Tatalaksana Fase Akut (Kejang)
• Diet ketogenik Tujuan :
• Terapi nutrisi 75-80 kkal/kalori • Mempertahankan oksigenasi otak
• Edukasi • Mengakhiri kejang sesegera mungkin
• Mencegah kejang berulang
• Mencari faktor penyebab
Medikamentosa
Tujuan : untuk membuat penderita terbebas dari serangan
kejang. Pengobatan dikatakan berhasil apabila pasien
terbebas/terkontrol kejang selamanya.
• Carbamazepin
Menginhibisi konduktase voltage dependent sodium
dengan sedikit aksi pada monoamine,NMDA reseptor
• Phenytoin
Mengubah konduktase Na+,K+, Ca2+ potensial membrane
dan konsentrasi asam amino dan neurotransmitter
norepinefrin dan GABA
• Phenobarbital
Penguatan inhibitor dan berkurangnya transmisi eksitatorik.
Menghambat sebagian arus Ca2+ menekan Na+
Rujukan ke spesialis epilepsi perlu dipertimbangkan bila :
• Tidak responsif terhadap 2 AED pertama
• Ditemukan efek samping yang signifikan dengan
terapi
• Berencana untuk hamil
• Dipertimbangkan untuk penghentian terapi
Resep :
dr. Diskel 5
Jl. Terusan Jenderal Achmad Yani
SIP : 321657444