Akson
Selubung mielin
1 sel schwann menghasilkan 1 segmen mielin sepanjang akson Internode tiap internode
dipisahkan Nodus ranvier
Diameter Akson dan Ketebalan Mielin Kecepatan konduksi
Rabaan dan sentuhan ringan : akson berdiameter besar, mielin tebal konduksi cepat
Temperatur: Akson berdiameter kecil dan tanpa mielin konduksi lambat
KOMPONEN JARINGAN IKAT SARAF PERIFER
MOTOR UNIT
Reaksi Umum dari Motor Unit
KLASIFIKASI NEUROPATI PERIFER
INFLAMMATORY NEUROPATHIES
INFECTIOUS POLYNEUROPATHIES
HEREDITARY NEUROPATHIES
TRAUMATIC NEUROPATHIES
Infiltrasi limfosit
makrofag
Mielin hilang sehingga jaringan saraf perifer
melonggar menyisakan akson
2. Poli (radiculo) neuropati Demielinisasi Peradangan Kronik
(Chronic Inflammatory Demyelinating)
Demielinisasi simetris, kronik,
berulang
Abnormalitas motoric: sulit
berjalan, kelemahan, baal, nyeri,
gatal.
Immune mediated ex: SLE,
rematoid arteritis.
Terapi: plasmaferesis, obat
imunosupresif
Mikroskopis: segmen saraf yang
mengalami demielinisasi dan
remielinisasi.
2. Difteri
• Exotoxin difteri disfungsi otot pernafasan kematian
3. Virus Varicella-Zoster
• Infeksi laten menetap di dalam neuron ganglia sensorik
• Menginfeksi keratinosit erupsi kulit berbentuk vesikel
• Degenerasi akson saraf sensorik ditemukan pada neuron yang mati
• Ditemukan infiltrat sel mononuklear , nekrosis fokal dan perdarahan.
HEREDITARY NEUROPATHIES
Neuropati herediter adalah sekelompok kelainan
bawaan yang mempengaruhi sistem saraf perifer.
Neuropati herediter dibagi menjadi empat subkategori
utama:
1. Hereditary motor and sensory neuropathies (HMSNs)
2. Hereditary sensory and autonomic neuropathies
(HSANs )
3. Familial amyloid polyneuropathies.
4. Peripheral neuropathy accompanying inherited
metabolic disorders
Hereditary motor and sensory neuropathies (HMSNs)
Infiltrasi langsung atau kompresi saraf perifer oleh tumor mononeuropathy gejala
kanker
Neuropati paling sering dikaitkan dengan kanker paru-paru, sebanyak 2% sampai 5%
orang dengan kanker paru-paru memiliki bukti klinis dari neuropati perifer
Jenis yang paling umum adalah neuropati sensorimotor yang ditandai oleh
kelemahan dan defisit sensorik yang sering lebih menonjol pada ekstremitas bawah
Neuropati sensorik murni hadir dengan mati rasa dan parestesia yang dapat
mendahului diagnosis keganasan dalam 6 sampai 15 bulan
Paraneoplastic Syndrome (PNS) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
gangguan yang menyertai tumor jinak atau ganas.
Toksik Neuropati
Neuropati perifer dapat terjadi setelah terpapar bahan kimia industri atau lingkungan,
racun biologis, atau obat-obatan terapeutik.
Yang menonjol di antara bahan kimia lingkungan adalah logam berat, termasuk
timbal dan arsenik (Bab 9). Selain itu, banyak senyawa organik yang diketahui
beracun bagi sistem saraf perifer, yang menyebabkan neuropati perifer
Vinblastine, vincristine, paclitaxel, kolkisin, isoniazid, alkohol, merkuri, timbal
Menghambat konduksi saraf pada akson
Akson terpanjang paling rentan extrimitas distal
TRAUMATIC NEUROPATHIES
Kelainan Neuromuscular Juction
Ruang pemisah sinaps ujung saraf
dan serabut otot
Impuls saraf depolarisasi
membran saraf influks Ca2+
pelepasan asetilkolin ke celah sinap
ditangkap reseptor post sinaps
influks Na+ depolarisasi dan
kontraksi otot
1. Miastenia Gravis
Autoantibodi memblok reseptor asetilkolin pasca sinaps pada motor end plates degradasi reseptor kelemahan
otot
Gejala: ptosis (dropping eyelids), diplopia (kelemahan otot ekstraokular)
intoleransi self antigent pertumbuhan sel B dan sel T autoreaktif
60% berhubungan dengan hyperplasia reaktif sel B intratimus yang abnormal
20% berhubungan dengan Timoma
Terapi: obat inhibitor kolinesterase dan imunosupresi, plasma feresis, timektomi (pasien dengan lesi timus)
2. Sindrom Lambert-Eaton
Etiologi :
Kehilangan inervasi
Otot yang lama tidak digunakan
Penuaan
Cachexia
Miopati primer
Atropi myofiber
Reinervasi
Miopati Inflamatorik
Miopati Toksik
Miopati DERMATOMIOSITIS POLIMIOSITIS MIOSITIS “INCLUSION
BODY”
Inflamatorik Onset: usia 7 tahun atau
mulai dekade ke 4-6
Onset: dewasa
Klinis: kelemahan otot
Onset: >50 tahun
Klinis: kelemahan otot
Klinis: kelemahan otot proximal simetris, mialgia, progresif terutama otot paha
proximal (sulit bangkit dari inflamasi otot jantung dan bagian depan dan bagian
kursi, mendaki), perubahan otot pernafasan (tanpa distal extrimitas atas, jarang
ungu muda di kelopak mata keterlibatan kulit dan ditemui disfagia,
(ruam heliotrope), bercak vakulopati) peningkatan kreatin kinase
merah kehitaman di siku Etiologi: sel T sitotoksik CD 8+ ringan.
dan lutut (papulla gottron), Morfologi: sel radang Etiologi: antibody cN1A
disfagia (peradangan otot mononuklear di Morfologi: sel T sitotoksik CD
esofagus dan orofaring) endomisium, degenerasi, 8+ di endomisium, ekspresi
Etiologi: auto antibodi regenerasi ,nekrosis dan antigen MHC kelas I di
(antibodi Anti-M2, anti-Jo1, atrofi miofiber distribusinya sarkolema,
anti-P155/p14) acak (tanpa atropi Tanda Khas: abnormal inklusi
vaskulopati dan perifasikular ) sitoplasma (vacuola
talangekstasis di otot berbingkai/ “rimmed
pengendapat komplemen vacuola”), fibrosa
membran attack compleks endomisium, penggantian
(C5b-9) di kapiler. oleh jaringan lemak.
Morfologi: sel radang
mononuklear (terutama sel T
helper CD4+) di perimisium
dan perivaskuler, atropi
miofiber di perifasikuler,
nekrosis dan regenerasi
segmen miofiber.
DERMATOMIOSITIS Atropi miofiber dan
sebukan sel
radang
perifasikular
Heliotrope Rash
Infiltasi sel
radang di
endomisium
Miopati Kongenital
• Sering mengenai perinatal atau anak-anak
• Defisit otot relatif statis
Distrofi Muskular Kongenital
Duchenne Muscular Dystrophi
dan Becker Muscular Dystrophi
DMD
DELETION
• Insidensi: 1:3500 kelahiran anak laki-laki
• Gejala klinis muncul ≥ 5 tahun.
• Lumpuh meninggal dewasa muda
• Deletion frameshift mutation
• Gen distrofin tidak terbentuk
BMD
• Klinis lebih ringan dari DMD
• Masih memiliki protein distrofin walau
defektif/cacat (lebih pendek dari normal)
• Onset remaja progresifitas lebih lambat
dibandingkan onset pada anak-anak.
DISTROPIN
Dystrophin : protein sitoplasma berbentuk batang, protein
yang terletak di antara sarcolemma dan lapisan terluar
myofilaments yang menghubungkan sitoskeleton serat otot
dengan matriks ekstraselular melalui membran sel.
Ditemukan di: otot rangka, saraf perifer, otak, otot jantung.
Membentuk kompleks dengan Distrofin-glikoprotein
Gen distrofin: ukuran besar mudah mutasi (delesi, mutasi
titik, frame shift)
Fungsi:
Stabilitas mekanis pada myofiber dan membran sel
selama kontraksi otot
Membantu transmisi sinyal sel otot
Defek kompleks Distrofin-Glikoprotein:
Membran otot rentan sobek selama kontraksi influk
kalsium berlebihan degenerasi myofiber
Menganggu transmisi sinyal sel otot
Duchenne Muscular Dystrophi
dan Becker muscular Dystrophi
E.c. mutasi gen distropin pada lengan pendek kromosom X (Xp21)
distropinopati
Mutasi X-link jika mengenai perempuan (carrier) gejala lebih
ringan /asimptomatik
1/3 kasus terjadi mutasi spontan (bukan x-link)
Histologis:
Distrofi muskular dan nekrosis miofiber
Degenerasi segmental miofiber yang progresif (kecepatan
degenerasi >> kecepatan regenerasi)
Ukuran miofiber bervariasi (myofiber atrofi sampai myofiber
hipertrofi)
Jaringan otot digantikan jaringan fibrosis (sel kolagen) dan
lemak
Miofagositosis
Jika mengenai otot jantung kardiomiopati
Hipertrofi miofibril dengan derajat bervariasi
Fibrosis interstisial
Duchenne
Muscular
Dystrophy
Distrofia Miotonik
Distrofia Fasioskapulohumeral
Distropi Miotonik
Autosomal dominan
Klinis: kelemahan otot skelet dan otot wajah (ptosis dan bibir
turun), atropi otot temporalis, katarak, endokrinopati
(hipotiroidisme, resistensi insulin), kardiomiopati
Tanda khas : kontraksi otot yang secara tidak sadar dan terus
menerus (sulit melepas genggaman)
Pengulangan trinukeotida “CTG” pada gen DMPK
(Dystrophia Myotonica Protein Kinase) sampai ribuan kali
(normal 30x pengulangan) semakin panjang
pengulangan semakin berat manifestasi klinis
Defek gen ClC1 (mengatur kanal kloride) tidak ada
relaksasi/kontraksi terus menerus
Miotonik Distropi
Variasi
fibrosis ukuran
miofiber
central nuclei
Atrofi
Jarang
myofiber
hipertrof
i
myofibe
r
Miopati RAGGED RED
FIBER
Mitokondrial
Mutasi mtDNA defek
mitokondria dalam
menghasilkan ATP
kelemahan otot, rhabdomyolisis
peningkatan kadar kreatin
kinase serum
Mutasi terkait X-link
Morfologi: agregasi mitokondria
abnormal berupa granullar Abnormal
kemerahan subsarkolema mitokondria
“RAGGED RED FIBER” membentuk cincin
membran konsentris
“phonograph
records”
TUMOR SELUBUNG SARAF
PERIFER
Schwannoma
Neurofibroma
Malignant Peripheral Nerve Sheath
Tumors (MPNST)
Neurofibromatosis tipe I dan II
SCHWANNOMA
Tumor jinak differensiasi dari sel Schwann
Salah satu komponen dari Neurofibroma
tipe II
Bersifat sporadic
Protein merlin (Neurofibromin
2 / schwannomin) yang di kode oleh gen
NF 2 (gen suppressor tumor) di kromosom
22 berfungsi untuk membatasi EGFR (tumor
suppressor protein) Mutasi gen NF-2
hiperproliferasi sel schwann
Makroskopis: massa abu-abu, berkapsul,
berbatas tegas, tertempel pada saraf
tanpa menginfiltrasi.
• Ciri sel schwann: inti memanjang spindle dan bergelombang /
melengkung
• Mikroskopis:
• Antoni A: seluller, padat eosinofilik, mengandung sel spindle dengan nucleus yang
tersusun palisading (▄) diantara “zona bebas nucleus” yang disebut Verocay
Bodies (▲)
• Antoni B: hiposeluler, longgar, sel spindle tersebat dengan matriks ekstraseluler yang
miksoid( pembentukan microcyst).
Hialinisasi
Antoni A pembuluh
darah
Antoni B
Schwannoma yang tidak memiliki area Antoni B karena aktivitas
mitosis yang aktif menyerupai sarkoma
Perubahan degenerative: pleomorfisme nuclear, hialinisasi vaskuler,
perubahan mikrokistik, nekrosis, dan aktivitas mitosis.
Klinis:
kompresi saraf local atau struktur disekitarnya.
Kebanyakan muncul di area cerebellopontine, menempel pada saraf
vestibular tinnitus, tuli
Pemeriksaan IHC S-100
Schwannoma dapat kambuh local jika tidak direseksi menyeluruh
Transformasi ganas sangat jarang
NEUROFIBROMA
Tumor jinak dari selubung myelin yang
lebih heterogen dari schwannoma
Sifat:
Single mutasi sporadik
Multipel mutasi NF1
Campuran dari: sel schwann, fibroblast,
kolagen.
Patogenesis Neurofibroma : Mutasi NF1
hilangnya Neurofibromin / protein merlin
GTPase menurun GTP tidak dapat
dihidrolisa menjadi GDP RAS aktif terus
menerus proliferasi terus menerus.
Neurofibroma Kutaneus Neurofibroma Diffuse Neurofibroma Plexiform
Jenis Superfisial
Lesi di dermis atau subkutan Tumbuh menginfiltrasi dermis Lokasi dapat superfisial atau
Neurofibroma Lesi berbatas tegas berupa
dan subkutan, dan menekan
struktur lemak
dalam.
Infiltrasi fasikel
saraf
“bag of worms”
shredded carrot
Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumors (MPNST)
Nama lain: “Malignant schwannoma", "neurofibrosarcoma", and
"neurosarcoma"
Hasil transformasi ganas dari Neurofibroma plexiform
85% high grade tumor (Poorly differentiated)
Melibatkan saraf perifer di dada, abdomen, pelvis, leher.
Tumor berbatas tidak tegas, menginfiltrasi sepanjang sumbu saraf
dan jaringan sekitar.
Morfologi:
Sel spindle atipik dengan kontur ireguler, inti berbentuk
bergelombang/ melengkung/koma, tersusun dalam fasikel,
sangat selular, variasi sel menyerupai “marmer”,
Sering didapatkan mitosis, nekrosis, dan anaplasia nucleus,
Divergent Differentiation (15% kasus) : adanya area fokus yang
menunjukkan diferensiasi kelenjar, cartilago, osseus, atau
rhabdomyoblastik Triton tumor
Neurofibromatosis Tipe I dan II
Neurofibromatosis tipe 1
Penyakit sistemik yang berhubungan dengan manifestasi non neoplastic pada
beberapa tumor ex: Neurofibroma, MPNST, glioma saraf optikus, glial tumors
lainnya, hamartoma, and pheochromocytomas.
Isidensi 1:3000
Autosomal dominan mutasi gen NF1 (kromosom 17q11.2) yang mengkode
protein suppressor tumor neurofibromin
Manifestasi klinis: mental retardasi, kejang, nodul berpigmen di iris (Lisch nodules),
dan macula kutaneus hiperpigmentasi (café au lait spots)
Neurofibromatosis tipe 2
Autosomal dominan mutasi gen NF2 (kromosom 22q12) yang mengkode protein
suppressor tumor merlin/ Neurofibromin 2/schwannomin
Insidensi 1: 40.000-50.000.
Sering menyebabkan schwannoma saraf ke 8 bilateral (saraf vestibulocochlear)
dan multiple meningioma
Sering menyebabkan lesi non noeplastik:
Schwannosis (pertumbuhan sel schwann di sumsum tulang belakang)
Meningioangiomatosis (proliferasi sel meningen dan pembuluh darah di otak)
SOAL-SOAL
1. Anak laki-laki 12 tahun dibawa ke dokter oleh orangtuanya karena
timbul banyak bercak coklat dan benjolan kecil berdiameter 0.5- 1cm
di kulit ekstremitas atas. Dilakukan eksisi pada beberapa tumor dan
dilakukan pemeriksaan. Gambaran mikroskopoik menunjukkan
adanya proliferasi sel berbentuk kumparan sebagian dengan inti
melekuk, sitoplasma sebagian miksoid. Diagnosis apakah yang paling
tepat?
A. Schwannoma D. Lipoma
B. Neurofibroma. E. Fibroma
C. Benign fibrous histiocytoma
2. A 35 years old female with a soft nodule, 1cm in diamater, in her
lower left arm. Macroscopic picture showed a well circumsribed
mass, tan to white and glistering. Microscopis picture composed of
spindle cells with wavy appearing nuclei, arranged in a palisading
fashion. There were areas of hypercellular that alternate with areas of
hypocellular.
What is the diagnosis of the disease?
A. Neurofibroma D.Fibrolipoma
B. Fibrohistiocytoma E.Noduler Facsiitis
C. Schwannoma.
3. A 41-year-old man had an influenza-like illness for 1 week, followed 4
days later by rapidly progressive, ascending motor weakness requiring
mechanical ventilation. On physical examination, he is now afebrile
and has 3/5 motor strength in his extremities. A lumbar puncture is done
and yields clear, colorless cerebrospinal fluid under normal pressure. This
fluid has a slightly elevated protein concentration, but a normal glucose
level, and a cell count with only a few mononuclear cells. He recovers
in 3 weeks. If lymphocytic infiltrates were seen in peripheral nerves
along with segmental demyelination at the time he initially saw his
physician, what would be the most likely diagnosis?
A Amyotrophic lateral sclerosis
B Guillain-Barré syndrome.
C Multiple sclerosis
D Varicella-zoster virus infection
E Vitamin B12 (cobalamin) deficiency
4. Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke rumah sakit mengeluh
kesulitan mendengar yang semakin parah dalam beberapa tahun
terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukan defisit sensori neural mendengar
bilateral. MRI menunjukan adanya tumor pada angulus cerebropotin
bilateral yang sesuai dengan schwannoma. Riwayat keluarga dari garis
ibu menunjukan adanya tumor jinak seperti low grade glioma &
meningioma. Apakah diagnosis yang paling mungkin ?
A. neurofibromatosis tipe I
B. Neurofibromatosis tipe II.
C. MPNST
D. Neurofibroma
TERIMAKASIH
Onset Awal Gejala Lanjutan Degenerasi Progresif
Keterlambatan berjalan saat Degenerasi otot digantikan Kematian disebabkan karena
balita tidak bisa mengikuti gagal nafas, decomp cordis,
langkah temannya.
jaringan adipose dan
fibrosis endomisium pneumonia (usia rata-rata 25-
Kelemahan otot terutama 30 tahun)
pada pelvis meluas ke otot Kontraktur sendi, skoliosis,
bahu hiventilasi saat tidur,
lumpuh.
Pseudohipertrofia
(pembesaran myofiber otot Kreatin kinase tidak ada
betis)
Jantung: CHF, aritmia
Kadar keratin kinase masih maligna
tinggi
SSP: gangguan kognitif,
Kardiomiopati terisolasi / retardasi mental
asimptomatik Usia rata-rata
ketergantungan kursi roda
±9,5 tahun.
REAKSI DARI SERAT OTOT
Perubahan patologis dapat terlihat pada miopati serta penyakit yang sekunder melibatkan sel-
sel otot. Bentuk reaksi yang paling umum termasuk yang berikut:
Nekrosis segmental, penghancuran sebagian panjang miosit, dapat diikuti oleh
myophagocytosis karena makrofag menginfiltrasi region. Hilangnya serat otot pada
waktunya menyebabkan pengendapan kolagen dan infiltrasi lemak yang ekstensif.
Pengeringan, perubahan dalam protein struktural atau organel, dan akumulasi deposit
intracytoplasmic dapat dilihat pada banyak penyakit.
Regenerasi terjadi ketika sel-sel prekursor satelit berproliferasi dan menyusun kembali bagian
serat yang hancur. Hipertrofi serat terjadi sebagai respons terhadap peningkatan beban,
baik dalam pengaturan olahraga atau dalam kondisi patologis di mana serat otot terluka.
Hipertrofi serat terjadi sebagai respons terhadap peningkatan beban, baik dalam
pengaturan olahraga atau dalam kondisi patologis di mana serat otot terluka.