Anda di halaman 1dari 22

PENYAKIT KELAINAN SARAF TEPI

DEFINISI : Adalah kelainan saraf yang ditandai dengan paralysis yang bersifat flaksid, atrofi, dan hipotoni dan hilang atau menurunnya refleks fisiologis.

TIPE KELAINAN SARAF TEPI A. Mononeuropati ulnar neuropati carpal tunnel syndrome tarsal tunnel syndrome cranial mononeuropati

B. Polineuropati C. Mononeuropati multiplex (multifokal neuropati) D. Kategori special neuropati Diabetik neuropati Neuropati dengan infeksi HIV Neuropati dengan Lyme disease Herpes zoster Leprous neuritis

Guillain Barre Syndrome Vitamin deficiency Amyloidosi metabolic

Acute Subacute chronic

Trauma Pressure: CTS Leprosy

MANIFESTASI KLINIK Sistem motorik : o Kelainan pada fungsi motor(impairment) parese/ plegi o Paralysis yang bersifat flaksid o Atrofi o Menurun atau hilangnya refleks tendon Refleks fisiologi o Hilang atau turun Sistem sensorik o Fenomena negative : hipestesi, hilangnya sensasi raba, temperature dan arah gerak/posisi o Fenomena positif : parestesia, hiperalgesia, dysestesia, ataxia, tremor,

rasa tidak nyaman, rasa nyeri, rasa terbakar, nyeri Sistem otonom o Anhidrosis / hiperhidrosis o Hipotensi ortostatik o Postural syncope o Rasa dingin kedua kaki, Impotence o Gangguan bowel dan bladder sphincters o Gangguan pada sekresi saliva, air mata, keringat

PATOMEKANISME KELAINAN SARAF TEPI : Kecederaan (injury) bisa berlaku pada : axon, myelin sheath, cell body, supporting connective tissue dan pembuluh darah yang menyuplai saraf. Tiga proses patologi yang mungkin adalah: I. Degenerasi Wallerian : kelainan pada myelin akson saraf tepi. Pada bagian distal kelainan (injury) akson akan disintergrasi dan myelin akan berpecah membentuk globules. Nerve end akan mengalami regenerasi. Basement membrane sel schwann survive dan akan bertindak sebagai otot skeleton sepanjang axon regrows.

II. Demyelinisasi segmental : kelainan pada myelin saraf tepi. Destruksi pada myelin sheath tanpa axonal damage. Lesi primary akan efek sel schwann. Penyembuhan baik. III. Degenerasi aksonal : kelainan pada akson saraf tepi. Damage pada sel bodies atau pada axon akan memberi efek pada viabilitas axon dimana akan die back dari periperal. Kehilangan myelin sheath berlaku seterusnya. Recoverynya lambat karena axon harus regenerasi.

Mononeuropathy Adalah gangguan saraf perifer tunggal akibat trauma, khususnya akibat tekanan, atau gangguan suplai darah (vasa nervosum) Mononeuropati yang sering terjadi adalah : 1. Carpal Tunnel Syndrome 2. Neuropati Ulnaris 3. Palsy Radialis 4. Lesi Pleksus Brachialis

1. Carpal Tunnel Syndrome Adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh jebakan Nerve medianus didaerah pergelangan tangan Secara anatomi terowongan karpal dipergelangan tangan dibatasi oleh tulang carpal dan ligamentum. Isi terowongan karpal: N Medianus dan tendon otot palmar ,kadang pembuluh darah (20%). N Medianus :(regio karpal). Serabut sensorik :bagian folar ibu jari , telunjuk, jari tengah dan jari manis. Serabut motorik : M Abductor policis brevis Etiologi : idiopatik, Pekerjaan yang banyak menggunakan tangan, Diabetes Mellitus, Terjepit dengan jaringan lunak disekitarnya Gejala klinis : nyeri ditangan atau lengan, terutama pada malam hari atau saat bekerja. Pebgecilan dan kelemahan otot-otot eminensia tenar Hilangnya sensasi pada tangan pada distribusi N.medianus Parestesia seperti kesemutan pada distribusi N.medianus saat dilakukan perkusi pada telapak tangan daerah terowongan karpal (tanda tinel) Kondisi ini sering biateral

Diagnosa : Anamnesa Keluhan bisa unilateral atau bilateral Riwayat nyeri ,baal ,kesemutan pada daerah N Medianus awalnya malam hari atau melakun gerakan fleksi dan ekstensi lengan Lebih lanjut Atropi otot thenar . Pemeriksaan klinis :

Defisit sensoris :daerah folar palmar digiti 1,2,3,4 . Defisit motorik : atropi M Abuctor policis brevis Test Provokasi :Test Tunnel ,test Phalens Pemeriksaan penunjang : A.Elektro diagnostik : Pemeriksaan konduksi saraf (NCS): Terdapat tanda kompresi N Medianus . B. USG daerah pergelangan tangan C. MRI D. Lab : Gula darah (DM) ,Asam urat, Profil lipid.

Penatalaksanaan : Aktifitas gerakan tangan dikurangi Pemakaian bidai atau balut tangan terutama pada malam hari, pada posisi ekstensi parsial pergelangan tangan. Fisioterapi NSAID Steroid :oral,atau injeksi fokal Operatif dekompresi n.medianus pada pergelangan tangan pada divisi fleksor retinakulum.

POLINEUROPATI

I.

Definisi Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi dan

atau struktur yang mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral. Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat disebabkan kelainan pada sel saraf di sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang saraf tepi sendiri. Inti sel saraf adalah tempat terpenting dalam metabolisme neuronal sehingga berbagai proses disini dapat mempengaruhi saraf tepi. Penghantaran rangsangan dan nutrisi pada saraf tepi sangat bergantung pada keutuhan selubung mielin dan aliran darah pada saraf tepi tersebut. Neuropati dapat primer disebabkan proses demielinisasi atau iskemik lokal pada saraf tepi. Polineuropati atau yang disebut juga neuronopati adalah neuropati dengan lesi utama pada neuron. Merupakan proses umum yang menyebabkan kelainan simetris dan bilateral pada sistem saraf tepi. Kelainan ini dapat berbentuk motorik, sensorik, sensorimotor atau autonomik. Distribusinya dapat proksimal, distal atau umum.

II.

Klasifikasi Klasifikasi polineuropati dapat dibagi berdasarkan: Onset : akut (beberapa hari-4minggu), subakut (beberapa minggu) atau kronis (beberapa bulan,tahun) Gangguan fungsi : motoris, sensoris, otonom, campuran

Bentuk ini lebih dikenal dengan polineuropati, merupakan bentuk yang paling sering dijumpai. Keluhan dapat dimulai dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Gangguan bersifat simetris

pada kedua sisi. Tungkai lebih dulu menderita dibanding lengan. Gangguan sensorik berupa parestesia, anestesia dan perasaan baal pada ujung-ujung jari kaki yang dapat menyebar ke arah proksimal sesuai dengan penyebaran saraf tepi, ini disebut sebagai gangguan sensorik dengan pola kaus kaki. Kadang-kadang parestesia dapat berupa perasaan-perasaan yang aneh yang tidak menyenangkan, rasa seperti terbakar. Nyeri pada otot sepanjang perjalanan saraf tepi jarang dijumpai. Nyeri ini dapat mengganggu penderita pada waktu malam hari, terutama pada waktu penderita sedang tidur. Kadang- kadang penderita mengeluh sukar berjinjit dan sulit berdiri dari posisi jongkok. Kelemahan otot pertama-tama dijumpai pada bagian distal kemudian menyebar ke arah proksimal. Atrofi otot, hipotoni dan menurunnya refleks tendon terutama tendon Achilles, dapat dijumpai pada fase dini sebelum kelemahan otot dijumpai. Saraf otonom dapat juga terkena sehingga menyebabkan gangguan trofik pada kulit dan hilangnya keringat serta gangguan vaskular perifer yang dapat menyebabkan hipotensi postural. Proses patologis : aksonal, deamyelinisasi

a. Neuropati aksonal Neuropati akson mengenai akson dengan efek sekunder pada sarung mielin. Akson yang terbesar terkena lebih dulu. Jenis lain dari neuropati aksonal disebabkan oleh iskemik akibat vaskulopati. Sisi dari kerusakan aksonal berhubungan dengan innervasi vaskular dan dapat terkena dimana saja sepanjang saraf tersebut. b. Neuropati demielin Yang terkena adalah sel schwann dari sarung mielin dengan akibat demielinisasi dari saraf tepi dalam bentuk distribusi segmental. c. Bentuk gabungan Kebanyakan neuropati adalah bentuk gabungan dimana mielin lebih terkena dari pada akson

atau sebaliknya. Penyebab : infeksi, karsinoma, diabetes, inflamasi, vascular

Penyebab polineuropati dapat berupa : 1. Heriditer Atropi otot peroneal Charcot-Marie-Tooth Neuropati interstisial hipertrofik heriditer Dejerine Sottas Neurofibrimatosis Recklinghausen 2. Trauma Fisik : berupa tekanan,tarikan,trauma lahir,luka

bakar,listrik. Toksik : obat-obat (streptomysin,INH) dan racun-

racun bakteri. Infeksi dapat menyebabkan poineuropati, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa bakteri (misalnya pada difteri) 3. Radang Infeksi : kusta Allergi : virus,hepatitis, influenza, Guillain Barre (autoimun) 4. Metabolik: Makanan berupa kekurangan gizi dan vitamin (beri-beri): Kekurangan gizi dan kelainan metabolik juga bisa menyebabkan polineuropati. Kekurangan vitamin B bisa mengenai saraf perifer di seluruh tubuh. Endokrin (diabetes mellitus, struma) : Pengendalian kadar gula darah yang buruk pada penderita diabetes bisa menyebabkan beberapa jenis polineuropati. Yang paling sering ditemukan adalah neuropati diabetikum, yang merupakan polineuropati distalis, yang menyebabkan kesemutan atau rasa terbakar di tangan dan kaki. Uremia

5.

Neuropati pada tumor ganas: Kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung ke dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun. Karsinoma Retikulosis

6.

Tumor saraf tepi Neuroma, neurinoma (jinak) Sarkoma (ganas) : simetris-asimetris, proksimal-distal

Penyebaran

III.

Perjalanan Penyakit Perjalanan penyakit polineuropati sangat bervariasi. Polineuropati akut mencapai puncak gejala dalam waktu 3 minggu, setelah itu gejala menetap atau berkurang dan berakhir dengan kesembuhan sempurna atau kecacatan menetap. Bila gejala berkembang dan mencapai puncaknya dalam

waktu 3 minggu sampai 3 bulan dikatakan sebagai polineuropati subakut. Sedangkan bila setelah 3 bulan gejala masih berlanjut dikatakan sebagai polineuropati kronik.

IV.

Gejala Klinik Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala utama dari polineuropati kronik. Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari dan bisa timbul jika menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu. Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering melukai dirinya sendiri dan terjadilah luka terbuka (ulkus di kulit) akibat penekanan terus menerus atau cedera lainnya. Karena tidak dapat merasakan nyeri, maka sendi sering mengalami cedera (persendian Charcot). Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan ketidakstabilan ketika berdiri dan berjalan. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi (penyusutan otot). Banyak penderita yang juga memiliki kelainan pada sistem saraf otonom, yang mengendalikan fungsi otomatis di dalam tubuh, seperti denyut jantung, fungsi pencernaan, kandung kemih dan tekanan darah. Jika neuropati perifer mengenai saraf otonom, maka bisa terjadi: diare atau sembelit ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan atau kandung kemih impotensi tekanan darah tinggi atau rendah tekanan darah rendah ketika dalam posisi berdiri kulit tampak lebih pucat dan lebih kering keringat berlebihan

V.

Pemeriksaan 1. Nerve Conduction Studies Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan impuls elektrik (20-100 V dalam 0,05-0,1 ms) pada beberapa titik sepanjang perjalanan serabut saraf, kemudian respon yang terjadi direkam. Dengan merekam latensi antara impuls dan respon serabut otot, kecepatan konduksi dari serabut saraf motoris dapat dihitung. Jarak antara 2 titik impuls Kecepatan konduksi = ----------------------------------------------Selisih waktu konduksi antara 2 tempat

Kecepatan konduksi motoris dapat dihitung pada serabut saraf perifer plexus brachialis dari ekstremitas atas dan serabut saraf sciatic dan femoral dari ekstremitas bawah. Pemeriksaan ini tidak hanya berguna dalam mendiagnosis neuropati umum, tetapi juga penjepitan serabut saraf, (misalnya n. ulnaris pada siku atau n. medianus pada pergelangan tangan). Konduksi sensoris juga dapat dihitung, pada jari II ekstremitas atas diberi impuls, kemudian potensial sensori yang terjadi direkam pada pergelangan tangan dan siku. Jarak antara 2 tempat Kecepatan konduksi = ---------------------------------------------Selisih latensi antara 2 respon Observasi umum: Amplitudo dari respon: Jumlah axon yang berespon terhadap impuls Latensi dari respon: Kecepatan konduksi dari serabut terbesar dalam saraf. Degenerasi axon: Menurunnya amplitudo atau tidak adanya respon terhadap impuls dengan penurunan kecepatan konduksi yang lambat. Demyelinasi: Penurunan kecepatan konduksi yang nyata (30%) dengan penurunan amplitudo yang progresif. Kompresi saraf terlokalisasi: Perlambatan konduksi pada daerah yang terblok, (misalnya pada daerah siku, bila n. ulnaris terkompresi). Blok

konduksi yang jauh dari sisi penjepitan mengarah pada neuropati motoris yang multifokal. 2. Elektromyografi Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan fine needle ke dalam otot, kemudian aktivitas yang terekam dilihat melalui oscilloscope. Elektromyografi adalah pemeriksaan yang paling bermakna pada kelainan otot, yang juga dapat memberi tanda adanya proses neuropati secara tidak langsung. Denervasi pada otot paraspinal mengindikasikan adanya kelainan radiks saraf proksimal. Bila terjadi denervasi yang kronis, reinervasi dapat terjadi, dengan potensial motoris berdurasi panjang dan beramplitudo tinggi. Juga, pada gerak voluntary, kelemahan komponen motoris dapat terlihat pada layar oscilloscope. 3. Biopsi Serabut Saraf Pemeriksaan ini sering dilakukan untuk membantu diagnosa pada mononeuropati multipel asimetris (vaskulitis, amyloidosis, sarkoidosis). Serabut saraf yang dipilih biasanya n. suralis, untuk melihat abnormalitas dari konduksi sensorisnya.

VI. -

Pememeriksaan Neurologi: Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris bilateral, flaksid, atrofi Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove dan stocking) Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis, takikardi Refleks fisiologis: hilang atau menurun

VII. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil

pemeriksaan fisik. Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga penyebabnya adalah kelainan metabolik (anemia pernisiosa karena kekurangan vitamin B12), diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal

ginjal

(kadar

kreatinin

meningkat).

Pemeriksaan

air

kemih

bisa

menunjukkan adanya keracunan logam berat atau mieloma multipel.

VIII. Beberapa Tipe Polineuropati a) Sindroma Guillain Barre (Polineuritis Akut Postinfeksiosa/

Polineuritis Akutik/ Polineuritis Febrile/ Poliradikuloneuropati) Definisi: kelumpuhan otot ekstremitas yang akut biasanya timbul sesudah suatu penyakit infeksi. Etiologi: gangguan pada saraf tepi dan akar-akarnya. Insidensi: Yang diserang biasanya pria dewasa muda sekitar 20-50 tahun, akan tetapi dapat juga terjadi pada wanita, anak, dan orang tua. Kelumpuhan dapat terjadi secara spontan tetapi biasanya sesudah suatu stress, baik rohani, maupun jasmani. Misalnya sesudah menderita penyakit Influenza atau sesudah pembedahan. Kadang-kadang keadaan timbul sesudah diberi pengobatan antibiotik atau khemoterapeutik. Secara histopatologik ditemukan tanda peradangan dan degenerasi pada seluruh satuan neuron saraf tepi,(lower motor neuron), yaitu baik pada akson, maupun pada radiks dan sel neuronnya sehingga lebih tepat dinamakan polineuronitis daripada polineuritis. Simtomatologi: gambaran umum seperti influenza. Pertama-tama terdapat demam akut, penderita merasakan nyeri kepala dan nyeri seluruh badan. Kadang-kadang disertai muntah-muntah. Baru setelah beberapa hari penderita sadar bahwa ia menderita kelumpuhan otot. Berbeda dengan polineuritis biasa, kelumpuhan pada penderita GuillainBarre sangat beraneka ragam. Kadang-kadang gambaran semetrik seperti pola polineuritis, namun sering juga kelumpuhannya asimetrik dengan paresis otot proksimal lebih nyata daripada paresis otot yang distal. Gangguan sensibilitas pada umumnya hanya sedikit atau tidak jelas, sehingga dalam beberapa kasus keadaan sangat menyerupai panyakit polimyelitis. Tidak jarang saraf otak ikut diserang sehingga

menimbulkan kelumpuhan pada otot kuduk, leher dan muka. Kadangkadang otot bola mata terganggu sehingga terjadi oftalmoplenia eksterna. Kelumpuhan otot laring faring menyebabkan disfagia dan disfonia. Gangguan serebral dapat menimbulkan sembab papil, neuritis optika bahkan kadang-kadang gejala psikosis. Paresis otot pernafasan memerlukan pertolongan pernafasan buatan berupa trakheotomi atau intubasi. Segala kelumpuhan otot bersifat lemas (flaccid) sedangkan reflex tendon yang berhubungan menghilang. Darah memperlihatkan tanda radang akut berupa leukositosis sedangkan cairan likuor pada suatu waktu mengandung kadar protein yang sangat tinggi. Keadaan ini disebut disosiasi antara sel dan albumin. Diagnosis didasarkan atas permulaan dan perjalanan penyakit yang akut, disusul oleh paresis flaksid lengan dan tungkai, simetrik atau tidak, sedangkan sensibilitas tidak atau hanya sedikit terganggu. Darah dan likuor biasanya menunjukkan gangguan cukup jelas. Pemeriksaan elektromiografik memperlihatkan kerusakan pada sel neuron, radiks, dan akson. Sebagai diagnosis diferensialis perlu dipertimbangkan penyakit polineuritis biasa, penyakit polimyelitis akuta dan kadang-kadang penyakit mielitis.

b) Miastenia Gravis Definisi: suatu penyakit menahun dengan kelelahan otot yang luar biasa cepatnya bila bekerja, yang pulih kembali bila istirahat dan memberi response baik atas obat antikholinesterase. Keadaan miasthenia juga terdapat pada beberapa penyakit dan keadaan lain seperti misalnya pada penyakit polimiositis dan dermatomiositis, penyakit lupus sistemik dan pada keadaan karsinoma yang lanjut. Yang penting ialah bahwa pada semua keadaan ini dengan reaksi miastenik, response terhadap obat antikholinesterase tidak atau kurang memuaskan, berbeda dengan penyakit miastenia gravis. Penyakit miastenia gravis terdapat pada semua bangsa, baik pada kaum pria maupun pada kaum wanita dengan perbandingan pria : wanita = 1 : 2. Frekwensi terbesar ialah pada usia dewasa muda 20-30 tahun, namun orang tua dan bayi juga dapat diserang. Penyakit miastenia gravis mempunyai

hubungan erat dengan beberapa keadaan patologik lain seperti misalnya keadaan thyrotoxicosis dan diabetes mellitus. Kombinasi penyakit thyrotoxicosis dengan miastenia gravis sering sekali ditemukan. Ternyata kedua penyakit ini saling mempengaruhi walaupun keterangan yang memuaskan belum dapat diberikan. Faktor heriditer pada penyakit miastenia gravis juga nyata. Bayi dengan miastenia gravis yang dilahirkan daripada ibu dengan miastenia gravis rata-rata 1:7 bayi sehat. Keadaan miastenia neonatal ini cukup berat dan memerlukan pengawasan serta perawatan khusus. Keadaan si bayi sangat lemah, tidak menangis, pernafasan dangkal serta tidak kuat menetek sendiri, angka kematian pun sangat tingi yaitu kirakira 50%. Bila masa gawat ini yang berlangsung selama lebih kurang 3 bulan dapat diatasi, maka si bayi selanjutnya akan selamat dan biasanya akan bebas dari serangan. Simtomatologi: Otot yang pertama-tama diserang ialah biasanya otot bola mata dan otot faring laring di samping otot muka, otot kuduk dan otot gelang bahu. Bila keadaan meluas, maka otot seluruh badan akan ikut terganggu. Gejala pertama yailah pitosis, dan strabismus yang kadang kadang meluas sampai suatu oftalmoplagia total pada satu atau kedua mata, sedangkan keluhan diplopia hampir selalu terdapat. Gangguan otot laring faring menyebabkan suara menjadi parau dan lemah, disertai disfoni dan disfag. Penderita cepat lelah bila mengunyah makanan keras atau banyak bicara. Kelemahan otot kuduk menyebabkan posisi kepala penderita menjadi kurang tegak sehingga terjatuh ke samping ke depan atau ke belakang. Pada stadium ringan semua parasis otot masih reversibel namun bila keadaan makin progresif, maka parasis otot menetap dan atrofi mulai terlihat. Yang menarik perhatian ialah bahwa refleks tendon tetap bertahan walaupun otot sudah paretik dan atrofik. Bila terjadi gangguan pernafasan, maka pengobatan dan kewaspadaan harus ditingkatkan karena penderita dapat meninggal secara tiba-tiba.

c) Polineuropati Diabetikum Polineuropati diabetes jarang terjadi pada anak-anak, lebih sering terjadi pada penderita diabetes mellitus yang berusia di atas 50 tahun, dengan perjalanan penyakit menetap atau dapat sembuh spontan. Kerusakan saraf tepi berhubungan dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Lebih sering terjadi pada penderita Insulin Dependent Diabetes Mellitus. Mekanisme kerusakan saraf terjadi karena gangguan metabolisme dimana akumulasi sorbitol dan fruktosa di akson dan sel Schwann. Atau terjadi oklusi pembulah darah yang menyediakan nutrisi pada saraf tersebut (vasa vasorum). Prevalensi dari neuropati pada diabetes melitus bervariasi antara 3070%, umumnya berbentuk polineuropati atau mononeuropati multipleks, tapi juga dapat berupa campuran dari polineuropati dan mononeuropati. Polineuropati simetris distal merupakan bentuk neuropati diabetika yang paling sering dijumpai, awitannya biasanya tidak jelas. Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati diabetikum adalah : Motoris : Penurunan daerah distal Sensoris : Penurunan daerah distal Neuropati serabut saraf besar mengakibatkan atraksia, sedangkan serabut saraf kecil menyebabkan allodynia. Otonom : Abnormalitas pupil, pengeluaran keringat terganggu, hipotensi orthostatik, takikardi saat istirahat, gastroparese dan diare, kandung kemih yang berdilatasi, dan impotensi. Saraf spinal yang terkena terutama nervus femoralis, kadang-kadang juga nervus obturatorius dan nervus ischiadicus. Diagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan pemeriksaan elektromiografi, serta menyingkirkan neuropati kronis oleh penyebab lain. Pasien diabetes melitus juga dapat mengalami neuropati karena defisiensi atau kompresi. Sampai saat ini belum ada terapi yang memuaskan untuk pengobatan polineuropati diabetes. Namun secara umum, penatalaksanaannya dapat berupa :

Kontrol penyakit diabetes Pengendalian nyeri dengan penggunaan Carbamazepin, gabapentin, antidepresan atau -adrenergik blocker, seperti phenoxybenzene. Penggunaan obat yang mengurangi enzim aldose reductase dan menghambat pengumpulan sorbitol dan fruktosa di saraf masih dalam tahap penelitian

Manajemen neuropati otonom

d) Polineuropati Karsinomatosa Neuropati sensoris atau sensorimotoris yang diakibatkan oleh penyakit keganasan, umumnya berasal dari small cell carcinoma paru, atau limfoma dan hodgkins disease. Neuropati ditandai dengan adanya antibodi (anti Hu) pada serum. Anti bodi ini selain menyerang antigen pada tumor, tetapi juga mengikat neuron di sistem saraf perifer. Gejala Klinis dari Polineuropati Karsinomatosa adalah : Neuropati sensoris : hilangnya sensoris secara progresif, biasanya dirasakan pada alat gerak bagian atas, dengan gejala paraesthesia, dysesthesia berupa rasa terbakar dan ataksia sensoris. Neuropati sensorimotor : berlangsung secara gradual, disertai menurunnya sensoris bagian distal dan kelemahan motoris ringan. Penatalaksanaan dari Polineuropati Karsinomatosa adalah : Deteksi dan terapi penyakit keganasan yang mendasarinya. Penggunaan imunosupressan. Gammaglobulin i.v.

IX.

Pengobatan Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah diabetes, maka pengendalian kadar gula darah bisa menghentikan perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala, tetapi penyembuhannya lambat. Mengobati gagal ginjal dan mieloma multipel bisa mempercepat

penyembuhan polineuropati. Pembedahan dilakukan pada penderita yang mengalami cedera atau penekanan saraf. Terapi fisik kadang bisa mengurangi beratnya kejang otot atau kelemahan otot. Pengobatan dasar sampai sekarang masih tetap tablet prostigmin ( 15 mg ) dan tablet mestinon ( 60 mg) secara terpisah atau dalam kombinasi. Dosis sehari sangat berbeda dan bergantung kepada keadaan paien, biasanya diberi tiga sampai empat kali sehari. Akhir-akhir ini ternyata bahwa obat kortikosteroid dalam dosis tinggi juga mempunyai khasiat baik terhadap miastenia gravis. Walaupun demikian perlu diingatkan bahwa dalam setiap keadaan gangguan pernafasan bantuan respirasi buatan harus segera dilakukan. Di samping segala usaha di atas, bimbingan mental berupa fisikal terapi merupakan faktor penting bagi setiap pederita.

X.

Prognosa :

Akut : 75% penyembuhan spontan, 10-17% penyembuhan dengna ability, 8% berulang, 5% meninggal, Kronis: tergantung etiologi

d. radukulopati dan poliradikulopati Merupakan penyakit akar spinal multipel yang asimetris, contohnya pada kaki yang satu terjadi gejala pada bagian proksimal dan bagian distal pada kaki yang sebelahnya Gejala yang menyertai biasanya terdapat kelemahan lengan atau tungkai, nyeri dan kehilangan sensorik e. mononeuropati multiplek Gangguan sistem saraf yang melibatkan kerusakan dua daerah saraf yang terpisah Mononeuropati :Gejala terjadi kelemahan dan kehilangan sensorik pada single periferal nerve Akumulasi dari multipel mononuropati disebut dengan mononeuropati multipleks

f. neuropati Terbagi menjadi sensorik dan motorik Sensorik neuronopati adalah gejala kehilangan sensorik pada distribusi proksimal dan distal termasuk kulit kepala, thoraks, abdomen dan bokong, tidak ada kelemahan pada pergerakan Motorik neuronopati adalah menunjukan gejala kelemahan, fasikulasi dan adanya atropi otot yang meluas g. plexopati Terjadi pada saraf brachial atau lumbosakral meliputi sistem motorik dan sensorik, pembuluh darah dan pembuluh limfatik Gejala : nyeri, kehilangan kontrol motorik dan sensorik Etiologi : Terjadi apabila terjadi trauma lokal dan dislokasi bahu

DAFTAR PUSTAKA

Polineuropati. www.medicastore.com

Nurdjaman Nurimaba, Thamrin Syamsudin, Djajang Suhana. Diktat Neurologi Klinis. Bagian Ilmu Penyakit Saraf. Bandung : 1991.

Kenneth W. Lindsay, Ian Bone, Robin Callander. Neurology And Neurosurgery Illustrated. Fourth Edition. Chuchill Livingstone. London : 2004

Priguna Sidharta, M.D., Ph.D. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 1999

http://www.scribd.com/doc/37945733/Etiologi-Klasifikasi-Polineuropati

Anda mungkin juga menyukai