BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit saraf tepi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai
Penyakit saraf tepi yang paling sering dikeluhkan antara lain kesemutan dan
kelemahan pada anggota gerak tubuh.1 Salah satu kasus yang banyak dijumpai
terjadinya gangguan fungsi dan struktur sistem saraf tepi mulai dari saraf spinal,
pleksus, batang saraf, cabang terminal, peri karyon, akar saraf serta bagian
presinaps neuromuscularjunction.1,2
yang sering ditemukan, yaitu gangguan sensibilitas dengan pola sarung tangan
dan kaus kaki (glove and stocking pattern), kelemahan otot-otot distal, dan
obat kemoterapi), serta toksin dan malnutrisi. 3,4,5 Prevalensi polineuropati pada
populasi umum diperkirakan antara 2,4%-8%. 4,5 Sebanyak 31% individu yang
dan sensorik, tonus otot apakah normal atau menurun. Pola dari kelemahan
dilakukan pada penderita yang mengalami cedera atau penekanan saraf. Terapi
fisik dapat mengurangi beratnya kejang otot atau kelemahan otot. Pada penderita
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
gangguan fungsi dan atau struktur sistem saraf tepi yang bersifat simetris dan
bilateral mulai dari saraf spinal, pleksus, batang saraf, cabang terminal, peri
Bila gangguan hanya mengenai akar saraf spinalis maka disebut poliradikulopati
dan bila saraf spinalis juga ikut terganggu maka disebut poliradikuloneuropati.1,3
Kerusakan saraf perifer dialami oleh 2,4% populasi di dunia dan akan
sekitar 2%-3% dan prevalensi tertinggi sekitar 8% pada usia di atas 55 tahun.
populasi mengalaminya.11
neurapati akibat penyakit jaringan ikat sistemik, sarkoidosis, penyakit celiac, dan
uremia
ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf,
nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di
jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik.
aik nyeri neuropatik perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron
sebagai stimulus noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras
ini dimulai dari kornu dorsalis, traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan
aktivitas neuron itu sendiri misalnya terhadap stimulus yang non noksious, dan
peningkatan letupan-letupan dari berbagai neuron. 13,14,15 Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
6
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 Proses spesifik dari beberapa penyakit yang
kelainan pada akson. Degenerasi akson berlangsung dari distal sampai lesi fokal
akibat degenerasi akson biasanya bersifat simetris dan selama perjalanan penyakit
akson berdegenerasi dari distal ke proksimal. Proses ini sering didapatkan pada
autoimun atau yang berasal dari proses inflamasi, dapat pula terdapat pada
polineuropati herediter. Pada kelainan ini perbaikan dapat terjadi secara cepat
Pada polineuritis idiopatik akut dapat terjadi infiltrasi limfosit, sel plasma
dan sel mononuklear pada akar-akar saraf spinalis, sensorik dan ganglion simpatis
dan saraf perifer. Pada polineuropati difteri terjadi demielinisasi pada serat-serat
2.5.1.1 Definisi
dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.
Menurut Bosch, SGB merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai adanya
8
paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun
2.5.1.2 Epidemiologi
Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, kejadian pada semua musim. Dowling
dkk mendapatkan frekuensi tersering pada akhir musim panas dan musim gugur
orang/tahun. Bisa terjadi disemua tingkatan usia mulai dari anak anak sampai
dewasa, sering pada anak anak dan remaja (China), dan sering pada orang tua >
70 tahun (pada negara barat). Lebih sering ditemukan pada kaum pria.16
2.5.1.3 Etiologi
Mycoplasma Pneumonie.
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
5. Penyakit sistemik
a. Keganasan
c. Tiroiditis
9
d. Penyakit Addison
2.5.1.4 Patofisiologi
terjadi demielinisasi segmental. Pada mulanya yang terlihat hanya limfosit saja,
nucleus sel schwann. Dengan mikroskop cahaya dapat terlihat myelin yang
Gambar 2.3 Ilustrasi hantaran saraf yang terganggung akibat rusaknya myelin.
2.5.1.5 Klasifikasi
(AIDP)
10
yang merupakan jenis GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering
atau sindroma paralitik Cina: menyerang nodus motorik ranvier dan sering
terjadi di cina dan meksiko. Hal ini disebabkan oleh respon autoimun yang
AMAN.18
Umumnya mengenai otot otot okuler pertama kali dan terdapat trias gejala
5. Acute panautonomia
ataupun diikuti fase remisi dan relaps. Lesi luas dan irregular terutama
pada batang otak seperti pons, midbrain, dan medulla spinalis. Meskipun
yaitu:16,17,18
b. Hiporefleksi
Relative simetris
lain.
diagnosa:
Varian :
gejala
timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks refleks tendon
dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai
disosiasi sitoalbumin pada liquor dan gangguan sensorik dan motorik perifer. 16,17,18
13
2.5.7 Tatalaksana
umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan
pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang
lebih cepat, penggunaan alat Bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
3. Pengobatan imunosupresan
b. Obat sitotoksik
6 merkaptopurin (6 MP)
Azathioprine
Cyclophosphamid
Efek samping dari obat obat ini: alopesia, muntah, mual, dan sakit kepala.
2. Hidroterapi
e. Analgesik
meringankan nyeri ringan, namun tidak untuk nyeri yang sangat , penelitian
pada ruang ICU pada perawan SGB fase akut. Analgesik narkotik dapat
digunakan untuk nyeri dalam, namun harus melakukan monitor secara hati hati
2.5.2.1 Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Penyakit ini timbul
junction. Dimana bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan
2.5.2.2 Epidemiologi
myasthenia gravis onset dini (<40 tahun) hampir 3 kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria, sedangkan prevalensi miastenia gravis onset lambat (> 50
tahun) lebih umum pada pria dibandingkan wanita. Selama masa pubertas dan
dekade kelima kehidupan, tingkat kejadian tampaknya serupa pada pria dan
wanita. Orang dari segala usia bisa terkena, tetapi miastenia gravis biasanya
2.5.2.3 Klasifikasi
Pada kelompok ini terdapat gangguan pada satu atau beberapa otot okular yang
Bentuk ini biasanya ringan akan tetapi seringkali resisten terhadap pengobatan.
menyebar mengenai wajah, anggota badan dan otot-otot bulbar. Otot- otot
16
respirasi biasanya tidak terkena. Perkembangan ke arah golongan III dapat terjadi
Pada kasus ini timbulnya gejala biasanya cepat, dimulai dari gangguan otot
2.5.2.4 Patofisiologi
kelemahan otot pada saat melakukan kegiatan fisik adalah disebabkan oleh
normal waktu untuk kegiatan fisik adalah lebih lama dibandingkan waktu yang
miastenia gravis justru waktu yang dibutuhkan untuk istirahat adalah lebih lama
secara langsung melawan konstituen pada otot. Hal inilah yang memegang
umum yang melibatkan otot bulbar, aksial, dan ekstremitas pada 50%
b. Kelemahan Otot Bulbar: Ini bisa menjadi gejala awal pada 15% pasien dan
kepala jatuh.
18
otot distal, dengan tungkai atas lebih terpengaruh daripada tungkai bawah.
d. Krisis miastenia: Hal ini disebabkan oleh keterlibatan otot interkostal dan
e. Tidak ada gejala otonom seperti palpitasi, gangguan usus, atau kandung
nikotinik.
penyakit yang berfluktuasi. Dalam kasus seperti itu, kontraksi otot yang berulang
periode istirahat atau aplikasi es (tes kompres es) ke kelompok otot yang terlibat.
antibodi. Tes yang umum digunakan untuk MG adalah tes stimulasi saraf
negatif tidak menyingkirkan timoma yang lebih kecil, dalam hal ini
atau timus pada semua kasus MG (lihat gambar di bawah). Hal ini
dalam NMJ.21
di atas mata selama 2-5 menit. Kemudian, penilaian untuk setiap perbaikan
ptosis dilakukan. Tes ini tidak dapat digunakan untuk evaluasi otot
ekstraokuler.21
direkomendasikan.21
2.5.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan Antikolinesterasi
menit dan berlangsung selama 3-4 jam, tapi respon setiap individu berbeda.
Pengobatan dimulai dengan dosis moderat, misalnya, 30-60 mg tiga sampai empat
kali sehari. Frekuensi dan jumlah dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan
untuk pasien pada malam tapi tidak digunakan untuk pengobatan siang hari karena
4-6 jam pada siang hari. Overdosis dengan obat antikolinesterase dapat
Thimectomy
Dengan tidak adanya tumor, bukti yang ada menunjukkan bahwa sampai 85% dari
Imunosupresi
lainnya efektif dalam hampir semua pasien dengan MG. Pilihan obat atau
perawatan imunomodulator lainnya harus dipandu oleh manfaat relatif dan risiko
untuk individu setiap pasien serta urgensi pengobatan. Untuk jangka menengah,
klinis dalam jangka waktu 1-3 bulan. Efek menguntungkan dari azathioprine dan
21
tetapi obat ini memiliki keunggulan untuk jangka panjang pada pengobatan pasien
dengan MG. 20
2.5.3.1 Definisi
saraf perifer yang disebabkan oleh degenerasi saraf perifer akibat langsung dari
2.5.3.2 Epidemiologi
diabetik ini akan meningkat sejalan dengan lamanya penyakit dan tingginya
2.5.3.3 Patofisiologi
karena interaksi beberapa faktor, seperti faktor metabolik, vaskular dan mekanik.
pembentukan radikal bebas dan aktivasi Protein Kinase C (PKC), sintesis advance
glycosilation end products (AGEs). Aktivasi berbagai jalur tersebut berujung pada
bebas oksidatif yang disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas ini
stasis aksonal, pembengkakan dan demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut.
Kejadian neuropati yang didasari oleh kelainan vaskular masih bisa dicegah
dan 25% pasien dm tipe 2 memperlihatkan hasil yang positif. Hal ini menunjukan
23
Autoantibodi yang beredar ini secara langsung dapat merusak struktur saraf
serum cenderung turun dan berhubungan dengan derajat neuropati. Peptide ini
sudah mengalami neuropati subklinik. Pada kasus yang jarang, neuropati mungkin
2.3.3.5 Diagnosis
24
dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup mengeluarkan
pengkajian terhadap: 1). Refleks motorik, 2). Fungsi serabut saraf besar dengan
tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa getar (biotesiometer) dan rasa tekan
kecil dengan sensasi suhu; 4). Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya
komponen parasimpatis dan dilakukan dengan 1). Tes respons denyut jantung
terhadap maneuver vasalva; 2). Variasi denyut jantung selama napas dalam
dengan 1). Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik); respons
2.3.3.6 Tatalaksana
nd sedini mungkin, strategi kedua yaitu dengan kendali glikemik dan perawatan
keganasan, umumnya berasal dari small cell carcinoma paru, atau limfoma dan
hodgkin’s disease. Neuropati ditandai dengan adanya antibodi (anti Hu) pada
serum. Anti bodi ini selain menyerang antigen pada tumor, tetapi juga mengikat
– Penggunaan imunosupressan.
– Gammaglobulin i.v.
Gangguan terutama terjadi pada bagian distal tungkai dan lengan, sensorik
penyembuhan dapat terjadi jika ada regenerasi aksonal. Gangguan distal terjadi
lebih dahulu, yaitu gangguan sensibilitas berupa gambaran kaus kaki dan sarung
tangan (glove and stocking pattern) yang mana tungkai bawah akan terkena lebih
dahulu dibandingkan lengan atas dan gangguan bersifat simetris pada kedua sisi.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3. Gangguan saraf otak dapat terjadi
pada polineuropati yang berat seperti kelumpuhan nervus fasialis bilateral dan
ujung jari kaki yang dapat menyebar kearah proksimal sesuai dengan penyebaran
saraf tepi. Kadang parastesia dapat berupa perasaan, aneh, tidak menyenangkan,
dan rasa terbakar. Nyeri pada otot dan sepanjang perjalanan saraf tepi jarang
menyebar kearah proksimal. Gejala motorik dapat meliputi kelemahan dan atrofi
27
otot, hipotoni dan menurunnya reflex tendon dapat dijumpai pada fase dini,
deformitas pada kaki dan tangan serta gangguan sensorik berat akan menyebabkan
ulserasi neuropati dan derfomitas sendi dan dapat pula disertai gejala otonom.9,
kandung kemih, gangguan tropik pada kulit, dan hilangnya keringat serta
(refsum disease, defisiensi vitamin B12), atrofi saraf optik, anisokoria dan
okuler (sindrom Miller Fisher), kelemahan otot wajah (sindrom Guillain Barre),
observasi atrofi otot intrinsik tangan dan kaki. Selain itu dinilai hipereksitabilitas,
tonus, dan kekuatan otot dengan skala Medical Research Council. Kelemahan saat
fleksi dan ekstensi jari kelingking dan kelemahan ekstensi ibu jari sering muncul
pada fase awal. Sudut antara tibia dan punggung kaki sekitar 130°. Sudut yang
28
otot abduktor jari telunjuk dan kelingking yang terkena lebih dulu. Selain itu,
perlu diperhatikan gaya berjalan pasien. Pada pasien neuropati kronik, pasien
mengalami kesulitan berjalan dengan tumit dibanding berjalan dengan ujung jari.
15,26
pola penyakit. Pemeriksaan ini terbagi tipe serabut saraf ukuran besar atau kecil.
Penilaian serabut saraf besar mencakup sensasi getar, posisi sendi, dan rasa raba
ringan. Tes romberg juga bermanfaat menilai fungsi serabut besar. 26 Dalam
simetris. Selain itu juga dibandingkan dengan area lain yang normal, dan
kerusakan lower motor neuron. Hiporefleks atau arefleks sering ditemukan pada
neuropati serabut saraf yang besar, namun pada neuropati serabut saraf kecil
konduksi saraf yang normal dan EMG yang menurun secara signifikan mengarah
menguatkan diagnosis.12
kemoterapi). Jika pada semua pemeriksaan tidak didapatkan hasil bermakna dan
epidermis dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan rasa terbakar, kebas, dan
nyeri dimana diduga kerusakan terjadi pada serabut saraf kecil. Kerusakan serabut
saraf kecil dapat mendasari tahap awal dari beberapa neuropati perifer dan tidak
dan tergantung dari klinis pada pasien. American Academy of Neurology (AAN)
gula darah puasa, elektrolit untuk menilai fungsi ginjal dan hati, pemeriksaan
darah tepi lengkap, kadar vitamin B12 serum, laju endap darah, uji fungsi tiroid,
GD1B.13
2.9 Tatalaksana
defisiensi vitamin. Hal-hal yang perlu diketahui lebih lanjut adalah makan
merangsang proteosintesis sel Schwan untuk regenerasi. Obat yang sudah dipakai
adalah metikobalamin, suatu derivate vitamin B12, dengan dosis 1.500 mg/hari
selama 6-10 minggu. Obat lain ialah gangliosid yang merupakan komponen
lazimnya berupa neurotonika yaitu kombinasi vitamin B1, B6 dan B12 dosis
tinggi. 9,15
BAB 3
KESIMPULAN
gangguan fungsi dan atau struktur sistem saraf tepi yang bersifat simetris dan
bilateral mulai dari saraf spinal, pleksus, batang saraf, cabang terminal, peri
perifer dialami oleh 2,4% populasi di dunia dan akan meningkat 8% seiring
berdasarkan gejala dan pemeriksaan neurologi dasar pada pasien, sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA