Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“ ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN


POPULASI RENTAN: PENYAKIT MENTAL & KECACATAN ”

OLEH :
KELOMPOK 5

1. RESTI JULITA (18301064)


2. RESKY HIDAYAT (18301065)
3. RISKA RAMADANI (18301066)
4. ROSA ANJANI (18301067)
5. SALIMA CERLINA LAIA (18301068)
6. YOLA AGUSTIA SYAFITRI (18301076)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Komunitas II”. Penulis ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Keluarga yaitu Ibu Dr. Ezalina, S.Kep,
Ns, M.Kes dan juga kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat
selesai pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca yang berguna
untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 28 Mei 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Populasi rentang
B. Gangguan mental (mental disorder)
C. Penyakit cacat/disabilitas
D. Analisis kasus (seven jump)
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi
seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum
dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan
antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan
lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila berhadapan dengan penyakit, bahaya,
atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial.
Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki
peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.
Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundangundangan
yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam.
Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-
undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan
dengan kebutuhan bagi perlindungan kelompok rentan.
Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di negeri ini
memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan
maskyarakat melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi orang-
orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi secara
maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya, serta
secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menarik rumusan masalah yaitu “
Bagaiamana asuhan keperawatan komunitas masalah kesehatan populasi rentan: penyakit
mental & kecacatan ?”.
3. Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk menejelaskan mengenai Askep Komunitas Masalah Kesehatan Populasi
Rentan: Penyakit Mental & Kecacatan.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan tentang Populasi rentang

4
2. Untuk menjelaskan tentang gangguan mental (mental disorder)
3. Untuk menjelaskan tentang penyakit cacat/disabilitas
4. Untuk menjelaskan analisis kasus (seven jump)

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Populasi Rentang
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang dihadapi.
Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan penyandang
cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya. Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal : Penyandang cacat fisik, Penyandang cacat mental,
Penyandang cacat fisik dan mental.

B. Gangguan Mental (Mental Disorder)


Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan
Jiwa). Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola
perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability)
di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan,
disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau
biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan
masyarakat”. (Maslim, tth:7).
1. Macam-macam gangguan mental
Sutardjo A. Wiramihardja (2004:15-16), mengungkapkan bahwa gangguan mental
(mental disorder) memiliki 7 rentang yang lebar, dari yang ringan sampai yang berat.
Secara ringkas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Gangguan emosional (emotional distubance) merupakan integrasi kepribadian yang
tidak adekuat (memenuhi syarat) dan distress personal. Istilah ini lebih sering
digunakan untuk perilaku maladaptive pada anak-anak.
b) Psikopatologi (psychopathology), diartikan sama atau sebagai kata lain dari
perilaku abnormal, psikologi abnormal atau gangguan mental.

6
c) Sakit mental (mental illenes), digunakan sebagai kata lain dari gangguan mental,
namun penggunaannya saat ini terbatas pada gangguan yang berhubungan dengan
patologi otak atau disorganisasi kepribadian yang berat.
d) Gangguan mental (mental disorder) semula digunakan untuk nama gangguan
gangguan yang berhubungan dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang digunakan.
Nama inipun sering digunakan sebagai istilah yang umum untuk setiap gangguan
dan kelainan.
e) Ganguan prilaku (behavior disorder), digunakan secara khusus untuk gangguan
yang berasal dari kegagalan belajar, baik gagal mempelajari kompetensi yang
dibutuhkan ataupun gagal dalam mempelajari pola penanggulangan masalah yang
maladaptif.
f) Gila (insanity), merupakan istilah hukum yang mengidentifikasikan bahwa
individu secara mental tidak mampu untuk mengelolah masalahmasalahnya atau
melihat konsekuensikonsekuensi dari tindakannya. Istilah ini menunjuk pada
gangguan mental yang serius terutama penggunaan istilah yang bersangkutan
dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana di hukum atau
tidak.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental (Mental Disorder)
Faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya gangguan mental (mental
disorder) ke dalam dua faktor, yaitu:
a) Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan proses
dementia.
b) Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan reaksi psikotis
pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain. Kecemasan, kesedihan,
kesakitan hati, depresi, dan rendah diri bisa menyebabkan orang sakit secara psikis,
yaitu yang mengakibatkan ketidakseimbangan mental dan desintegrasi
kepribadiannya. Maka sruktur kepribadian dan pemasakan dari pengalaman-
pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat orang terganggu psikisnya.
Terutama sekali apabila beban psikis ternyata jauh lebih berat dan melampaui
kesanggupan memikul beban tersebut.
c) Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial. Usaha pembangunan
dan modernisasi, arus urbanisasi dan industialisasi menyebabkan problem yang
dihadapi masyarakat modern menjadi sangat kompleks. Sehingga usaha
penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan sosial dan arus moderenisasi

7
menjadi sangat sulit. Banyak orang mengalami frustasi, konflik bathin dan konflik
terbuka dengan orang lain, serta menderita macam-macam gangguan psikis.
3. Pencegahan Gangguan Mental
Tujuan utama pencegahan gangguan mental adalah membimbing mental yangsakit
agar menjadi sehat mental danmenjaga mental yang sehat agar tetap sehat. Pada
dasarnya upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental.
Prinsipprinsip yang dimaksud adalah:
a) Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri
b) Keterpaduan atau integrasi diri
c) Pewujudan diri (aktualisasi diri)
d) Kemampuan menerima orang lain
e) Agama dan falsafah hidup.
f) Pengawasan diri

C. Penyakit Cacat/Disabilitas
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang disabilitas fisik, penyandang
disabilitas mental serta penyandang disabilitas fisik dan mental. Orang berkebutuhan
khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan karakteristik khusus dan memiliki
perbedaan dengan orang pada umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah
memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang
hidup di muka bumi ini.
Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan
karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Karena
karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan
hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus
memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik,
atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan
sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
Jenis-jenis Disabilitas
1. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:

8
a) Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan
tanggungjawab terhadap tugas.
b) Mental Rendah Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient)
di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c) Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh
2. Disabilitas Fisik.
a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan
gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan
lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra) Tunanetra adalah individu yang memiliki
hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu) Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara) Adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat
dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan
karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motorik
yang berkaitan dengan bicara.
3. Tunaganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu cacat
fisik dan mental)

9
D. Analisis Kasus (Seven Jump)
Satu tim perawat komunitas saat ini sedang melakukan asuhan keperawatan di satu
daerah pasca bencana. Daerah tersebut baru saja dilanda gempa bumi yang menelan
korban jiwa serta merusak rumah warga. Hasil winshield survey terlihat perumahan yang
rusak, mulai dari rusak ringan hingga berat. Saat ini warga sudah ada yang kembali
kerumahnya dan ada yang masih tinggal di tempat penampungan, Terdapat beberapa
dapur umum yang digunakan oleh warga untuk memasak yang dibantu oleh tim relawan.
Saat dilakukan pengkajian melalui kuesioner didapatkan data bahwa 46% warga
mengalami PTSD (Post Trauma Stress Disorder), 40% warga mengalami insomnia,56%
mengalami kecemasan. Terdapat 86 penduduk yang kehilangan anggota keluarganya dan
terdapat 18 orang yang mengalami kecacatan akibat tertimpa reruntuhan saat gempa.
Pengkajian lanjutan pada 86 penduduk yang mengalami kehilangan didapatkan 30%
penduduk yang memiliki tanggapan negative terhadap kehilangan yang dialaminya.
Pengkajian khusus pada penduduk yang mengalami kecacatan, umumnya korban masih
menyangkal dan tidak terima dengan kondisinya serta menyalahkan keadaan, hasil
kuesioner menunjukkan 6 dari 18 orang korban mengalami depresi sedang, 2 dari 18 orang
mengalami depresi berat dan sisanya mengalami depresi ringan. Hasil pengkajian juga
menunjukkan kualitas hidup yang rendah pada para korban.

Langkah 1:

Istilah

 Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau
tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan
tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas
keesokan harinya.
 PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah
gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan
peristiwa yang tidak menyenangkan.
 Depresi Ringan. Depresi ringan pada umumnya dapat dicirikan bila seseorang
memiliki perasaan bersalah yang mendalam, putus asa, lebih sensitif (gampang
marah), tampak murung dan menjadi senang menyendiri, sehingga tidak dapat
beraktivitas sebagaimana biasanya. Umumnya, hal ini sering dialami oleh kaum

10
perempuan karena perasaannya yang lebih sensitif dibandingkan laki-laki, sehingga
membuatnya gampang merasakan kesedihan yang mendalam akibat polemik masalah.
Biasanya, depresi ringan terjadi selama 2 minggu. Tidak boleh dianggap sepele,
karena dapat menjadi berat bila tidak segera diatasi.
 Depresi sedang dan ringan memiliki gejala yang hampir sama. Namun,
biasanya depresi sedang dapat menyebabkan masalah dengan harga diri, mengurangi
produktivitas, terlalu sensitif, khawatir berlebihan hingga merasa diri tak berguna
 Depresi Berat. Seseorang dikatakan mengalami depresi berat jika memiliki gejala-
gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat
badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan
pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya kurang lebih 2 minggu
 Kecacatan adalah hilangnya atau abnormalitas dari fungsi atau struktur anatomi,
psikologi maupun fisiologi
Langkah 2

- Dalam kasus tentang asuhan keperawatan komunitas dengan masalah pasca bencana, masa
lah yang akan dibahas adalah terlihat perumahan yang rusak, mulai dari rusak ringan
hingga berat. Saat ini warga sudah ada yang kembali kerumahnya dan ada yang masih
tinggal di tempat penampungan, 46% warga mengalami PTSD (Post Trauma Stress
Disorder), 40% warga mengalami insomnia,56% mengalami kecemasan. Terdapat 86
penduduk yang kehilangan anggota keluarganya dan terdapat 18 orang yang mengalami
kecacatan akibat tertimpa reruntuhan saat gempa.
- Jelaskan terkait pasca bencana!

Langkah 3

Penjelasan terkait pasca bencana

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana alam adalah karena adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan ( vulnerability). Ancaman bencana menurut (undang-
undang nomor 24 tahun 2007) adalah “suaru kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana”. Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah kondisi atau karakteristik
biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi suatu masyarakat disuatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat disuatu
wilayah untuk jangka waktu tertenu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk

11
mencegah , meredam, mencapai kesetiapan, dan menaggapi dampak bahaya tertentu.
(MPBI.2004:5 dalam Nurjanah dkk20011).

Faktor penyebab bencana

Menurut nurjanah dkk (2011) dalam bukunya tentang manajemen bencana, penyebab
terjadinya bencana ada 3 faktor, yakni:

1. Faktor alam (natural disaster) terjadi karena fenomena alam dan tanpa adanya campur
tangan manusia

2. Faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan bukan juga
dari perbuatan manusia

3. Faktor sosial/manusia (man made disaster) yang terjadi murni karne perbuatan manusia ,
misalnya konflik horizontal dsb.

Langkah 4

Akibat dari gempa bumi:

- Menelan korban jiwa serta merusak


rumah warga
- Warga mengalami PTSD
-Warga mengalami kecacatan akibat
tertimpa reruntuhan saat gempa.
- Terdapat penduduk yang mengalam
i kehilangan.

12
Terdapat kasus kehilangan akibat da
ri gempa bumi

Hasil winshield survey telihat per


umahan yang rusak, mulai dari ya
ng rusak ringan sampai rusak ber
at. Terdapat akibat dari gempa b
umi menelan korban jiwa pasca b
encana.

- Penyediaan pelaksanaan asuh


an keperawatan Dengan terlaksananya asuh
- Pemberian edukasi (penkes) t an keperawatan komunitas
entang pasca bencana : gemp pada kasus pasca bencana
a bumi di daerah binaan dan pemberian edukasi me
ngenai pasca bencana gem
pa bumi, masyarakat di dae
rah binaan dapat mengetah
ui dan memahami terkait p
Ketidakmampuan memeliha
asca bencana: akibat gemp
ra lingkungan yang dapat m
a bumi di daerah tersebut.
empengaruhi kesehatan me
ntal.

13
Langkah 5

Melakukan penjadwalan program pada masyarakat pasca bencana :


a) Pengertian gempa bumi
b) Pengertian gangguan mental
c) Akibat dari gempa bumi
d)

14
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan uraian diatas, maka dapat penulis ambil kesimpulan dari
penyusunan makalah ini yaitu diantaranya:
a. Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki
peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.
b. Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola
perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
c. Macam-macam gangguan mental antara lain: Gangguan emosional, Psikopatologi
(psychopathology), Sakit mental (mental illenes), Ganguan prilaku (behavior disorder,
dan Gila (insanity).
d. Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan karakteristik
khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Karena karakteristik
yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya
sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.
e. Jenis-jenis Disabilitas: Disabilitas Mental yaitu: mental tinggi, mental rendah, dan
berkesulitan belajar spesifik. Disabilitas Fisik yaitu: Kelainan Tubuh (Tuna Daksa),
kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra), Kelainan Pendengaran (Tunarungu), dan
Kelainan Bicara (Tunawicara).
2. Saran
Penulis menyadari bahwa materi yang penulis buat ini masih banyak kekurangan. Jadi
untuk itu kami meminta kepada pembaca untuk memberikan saran, ktitikan, dan hal-hal
lainnya yang bisa membangun untuk menuju kepada yang lebih baik lagi. Agar pembuatan
makalah berikutnya lebih baik lagi, dan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T . 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik , Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.

R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika


Vaughan, 2000, General Oftamology, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai