PENDAHULUAN
Page | 1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang konsep dan askep
kesehatan komunitas populasi rentan: populasi terlantar.
1.4 Manfaat
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan menambah
wawasan pengetahuan dalam memahami tentang konsep dan askep kesehatan
komunitas populasi rentan: populasi terlantar.
Page | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Page | 3
2.2 Gangguan Mental (Mental Disorder)
Definisi gangguan mental (Mental Disorder)atau gangguan jiwa merupakan
istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan
DiagnostikGangguan Jiwa). Definisi gangguan mental (mental disorder) dalam
PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III adalah: “Gangguan mental (mental
disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di adalm
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan
bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik,
dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan
masyarakat”. (Maslim, tth:7). Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa
di dalam konsep gangguan mental (mental disorder) terdapat butir-butir sebagai
berikut:
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
a. Sindrom atau pola perilaku
b. Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain berupa:
rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam
aktivitaskehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri
dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll).
(Maslim, tth:7).
Page | 4
menyesuaikan diri yang serius sifatnya terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan
yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Sumber gangguan/kekacauannya
bisa bersifat psikogenis atau organis, mencakup kasus kasus reaksi psikopatis
dan reaksi-reaksi neurotis yang gawat”. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa gangguan mental (mentaldisorder) adalah ketidakmampuan seseorang
atau tidak berfungsinya segala potensibaik secara fisik maupun phsikis yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalamjiwanya.
Page | 5
perasaan(mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas
yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Page | 6
(hiperaktifitas) ialah bentuk kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam
situasi yang menuntut keadaan yang relatif tenang.
Page | 7
Untuk mendapatkan jawaban mengenai faktor faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gangguan mental (mental disorder), maka yang perlu
ditelusuri pertama kali adalah faktor dominan yang dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang. Dalam hal ini, penulis merujuk pada pendapat Kartini
Kartono (1982:81), yang membagi faktor dominan yang mempengaruhi
timbulnya gangguan mental (mental disorder) ke dalam dua faktor, yaitu:
1. Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan
prosesdementia.
2. Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan
reaksipsikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain.
Kecemasan kesedihan, kesakitan hati, depresi, dan rendah diri bisa
menyebabkan orang sakit secara psikis, yaitu yang mengakibatkan
ketidakseimbangan mental dan desintegrasi kepribadiannya. Maka sruktur
kepribadian dari pengalaman-pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat
orang terganggu psikisnya. Terutama sekali apabila beban psikis ternyata jauh
lebih berat dan melampaui kesanggupan memikul beban tersebut.
Page | 8
Orang yang memiliki kemampuan mnyesuaikan diri, baik dengan diri sendiri
maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam lingkungan, serta
hubungan dengan Tuhan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara penerimaan diri,
keyakinan diri dan kepercayaan kepada diri-sendiri.
b) Keterpaduan atau integrasi diri
Berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri,kesatuan
pandangan (falsafah dalam hidup) dan kesanggupan mengatasi ketegangan
emosi (stres).
c) Kemampuan menerima orang lain
Melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkunagntempat
tinggal. Lingkungan di samping sebagai faktor penyebab timbulnya gangguan
mental, juga memiliki peran penting dalam usaha mencegah timbulnya
gangguan mental. Sebab bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan kesulitan
dalam mengahadapi tuntutan dan persoalan yang dapat terjadi setiap hari.
2.3.2Jenis-jenis Disabilitas
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti
bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang
Page | 9
mana kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara
baik.
Jenis-jenis penyandang disabilitas 5 :
1) Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:
a. Mental Tinggi.
Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memilikikemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas
dantanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ (IntelligenceQuotient)
di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anaklamban belajar
(slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-
90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence/Quotient) di bawah 70
dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievment) yang
diperoleh.
Page | 10
mereka biasa disebut tunawicara. sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
4. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Kelainan bicara dalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidak sempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ
motorik yang berkaitan dengan bicara.
Page | 11
Kemiskinan merupakan faktor dominan yang menyebabkan banyaknya
gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Kemiskinan dapat memaksa
seseorang menjadi gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal yang
layak, serta menjadikan mengemis sebagaipekerjaan. Ketidakmampuan
seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga membuatnya
dalam garis kemiskinan. Penghasilan yang tidak menentu berbanding terbalik
dengan pengeluaran membuat seseorang rela menjadi tunawisma untuk tetap
bertahan hidup.Selain itu anak dari keluarga miskin menghadapi risiko yang
lebih besar untuk menjadi anak jalanan karena kondisi kemiskinan yang
menyebabkan mereka kerap kali kurang terlindung.
2) Rendah Tingginya Pendidikan
Rendahnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap persaingan didunia kerja. Seseorang
dengan pendidikan rendah akan sangat sulit mendapatkan sebuah pekerjaan
yang layak. Sedangkanmereka juga memerlukan biaya untuk mencukupi semua
kebutuhan hidupnya. Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan dan
pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan yang layak.
3) Keluarga
Keluarga adalah tempat seseorang mendapatkan kasih sayangdan perlindungan
yang lebih daripada lingkungan lain. Namun, hubungan keluarga yang tidak
harmonis atau anak dengan keluarga broken home membuat mereka merasa
kurang perhatian,kemyamanan dan ketenangan sehingga mereka cenderung
mencari kebebasan, belas kasih dan ketenangan dari orang lain.
4) Umur
Umur yang semakin rentan serta kemampuan fisik yangmenurun, membuat
seseorang lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Halini menyebabkan mereka sulit
untuk memenuhi kebutuhannya. Menjadi tunawisma merupakan alternatif
terakhir mereka untuk bertahan hidup.
Page | 12
5) Cacat Fisik
Kondisi fisik yang tidak sempurna membuat seseorang sulitmendapatkan
pekerjaan. Kebanyakan seserang yang memiliki cacatfisik memilih menjadi
tunawisma untuk dapat bertahan hidup.
6) Sosial Budaya
Ada beberapa faktor sosial budaya yang menagkibatkanseseorang menjadi
gelandangan dan pengemis. Antara lain:
a. Rendahnya harga diri
Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang,mengakibatkan mereka tidak
memiliki rasa malu untk memintaminta. Dalam hal ini, harga diri bukanlah
sesuatu yang berharga bagi mereka. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
tunawisma yang berusia produktif.
b. Sikap pasrah pada nasib
Mereka manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi merekasebagai gelandangan
dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakuan
perubahan.
c. Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang
7) Faktor Lingkungan
Menjadi gelandangan dan pengemis dapat disebabkan olehfaktor lingkungan
yang mendukungnya. Contohnya saja jika bulan ramadhan banyak sekali ibu-
ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengemis. Momen ini digunakan
mereka mencari uang untuk membantu suaminya mencari nafkah. Tentu hal ini
akan mempengaruhinya untuk melakukan pekerjaan yang sama, terlebih lagi
melihat penghasilan yang didapatkan lumayan untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
8) Letak Geografis
Kondisi wilayah yang tidak dapat diharapkan potensi alamnya membuat
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut mengalami kemiskinan dan
membuat masyarakat harus meninggalkan tempat tersebut untuk mencari
peruntungan lain. Akan tetapi, keputusannya untuk pindah ke kota lebih
memperburuk keadaan. Tidak adanya potensi yang alam sedia untuk diolah
Page | 13
membuat masyarakat tersebut semakin masuk dalam garis kemiskinan, dan
membuatnya menjadi gelandangan. Oleh karena itu ia lebih memilih menjadi
pengemis sehingga kebutuhan hidupnya sedikit terpeuhi dengan uang hasil
meminta-minta.
2.5Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien
b) Identitas penanggung jawab
c) Identitas rumah sakit
Tanggal masuk
Ruang
Diagnose medis
No RM
2. Alasan masuk
3. Factor predisposisi
Page | 14
4. Pemeriksaan fisik (head to toe)
5. Psikososial
a) Genogram
Buatlah genogram Minimal 3 generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga
b) Konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
c) Hubungan social
d) Spititual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
6. Status mental (Data di dapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga)
Penampilan
Pembicaraan
Aktivitas motorik
Alam perasaan
Afek
Interaksi selama wawancara
Persepsi
Proses pikir
Isi pikir
Tingkat kesadaran
Memori
tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan penilaian
Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
b) Eliminasi
c) Mandi
d) Berpakaian dan berhias
e) Istirahat dan tidur
f) Penggunaan obat
g) Pemeliharaan kesehatan
h) Kegiatan di dalam rumah
i) Kegiatan di luar rumah
Page | 15
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikologis dan lingkungan
10. Pengetahuan tentang koping
11. Aspek medis (terapi, ECT, pemeriksaan penunjang)
B. Analisa data
F. Rencana keperawatan
Tindakan Keperawatan:
-Tindakan Psikoterapeutik
-Tindakan Psikofarmaka
-Tindakan manipulasi
lingkungan
G. Catatan keperawatan
Nama : No.RM :
Ruang : Diagnose medis :
Page | 16
Page | 17
PENUTUP
BAB III
3.1 Kesimpulan
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang
mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat.
Faktor resiko kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan
individu, gaya hidup dan lingkungan. seseorang dikatakan rawan apabila mereka
berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya
berupa genetik, biologi atau psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan
kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif atau
rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Semoga makalah yg kami buat bermanfaat untuk pembacanya dan menambah
ilmu atau wawasan tentang Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas
(Populasi Rentan : Penyakit Mental, Kecacatan, Dan Populasi Terlantar)
Page | 18
DAFTAR PUSTAKA
Page | 19