Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN

DI RSI FATIMAH DI RUANG SHOFA MATERNAL

Disusun oleh:
IZZA KHILYATUZ ZUHRO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2023
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses
homeostatis dan memelihara fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60% tubuh
manusia dan tersebar baik di dalam sel maupun di luar sel. (Tarwoto & Wartonah,
2015)
Kebutuhan cairan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada usia
individu tersebut. Cairan berfungsi dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk mengangkut zat makanan
ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut elektrolit, memelihara suhu tubuh,
mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan. (Vita Andina, 2017)
2. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
1. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
2. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB
3. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml +
20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
3. Manifestasi Klinis
a. Hipovolemia
1. Pusing, kelemahan, keletihan
2. Sinkope
3. Anoreksia, mual, muntah, haus
4. Kekacauan mental
5. Konstipasi dan oliguria.
6. Peningkatan nadi, suhu.
7. Turgor kulit menurun.
8. Lidah kering, mukosa mulut kering.
9. Mata cekung.
b. Hipervolemia
1. Sesak nafas
2. Ortopnea
3. Oedema
4. Patofisiologis
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. (Mubarak, 2011)
5. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi
Macam-macam dehidrasi:
a) Dehidrasi Ringan
Untuk dehidrasi jenis ini memiliki ciri-ciri antara lain rasa haus
luar biasa, tenggorokan terasa agak perih, kulit menjadi kering dan bibir
pecah-pecah. Macam macam dehidrasi yang tergolong ringan akan
kehilangan cairan tubuh sekitar 5% dari total berat badan.
b) Dehidrasi Sedang
Ciri-ciri dehidrasi yang sudah cukup parah atau termasuk dehidrasi
sedang adalah detak jantung meningkat dan terasa berdebar kencang.
Tidak hanya itu, tubuh juga akan terasa lemas serta air seni kuning/coklat
pekat dengan jumlah yang sedikit. Hal tersebut diakibatkan adanya
peningkatan pada tekanan darah. Macam macam dehidrasi yang
tergolong sedang biasanya akan kehilangan cairan tubuh sekitar 5-10%
dari berat badan.
c) Dehidrasi Berat
Dehidrasi berat adalah tingkat terparah dari macam macam
dehidrasi yang ada. Dehidrasi berat menyebabkan seseorang kehilangan
cairan diatas 10% dari total berat badan. Ciri-ciri dehidrasi berat adalah
kram otot, lidah membengkak, tubuh menjadi tidak berdaya dan
kehilangan kesadaran atau pingsan. Kondisi ini memerlukan tindakan
lebih lanjut karena organ ginjal akan kehilangan fungsi utamanya bahkan
kematian jika dibiarkan terus-menerus.
d) Dehidrasi hipertonik
Salah satu jenis dari macam macam dehidrasi ini terjadi karena
tubuh kehilangan banyak air sehingga kadar elektrolit natrium (sodium)
tubuh meningkat, yaitu lebih dari 145 mmol/liter. Kondisi ini biasanya
dialami oleh bayi dan anak-anak yang kurang minum air, sedang diare
atau sakit dengan muntah bertekstur encer.
e) Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah kadar air dan natrium yang berkurang
dalam jumlah sama. Salah satu dari macam macam dehidrasi yang terjadi
saat sakit diare.
f) Dehidrasi Hipotonik atau Hiponatremia
Salah satu dari macam macam dehidrasi ini disebabkan oleh kadar
natrium dalam tubuh berkurang lebih banyak dari air kurang dari 135
mmol/liter). Penyebabnya adalah minum air terlalu banyak sehingga
jumlah natrium lebih rendah. Kehilangan cairan tubuh bisa terjadi
melalui pernapasan (paru-paru), penguapan (kulit), kemih (ginjal), dan
tinja. Keadaan apabila kehilangan lebih daripada 20% (satu per lima)
darah atau bekalan cecair di dalam badan.
2) Renjatan hipovolemik
Merupakan keadaan yang berlaku apabila kehilangaan lebih 20% (satu per lima)
darah atau cairan didalam darah.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1) Elektrolit serum
2) Pemeriksaaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji d
gangguan keseimbangan cairan & elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering
adalah natrium, kalium, klorida, dan ion bikarbonat.
3) Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na adalah:
Air yang hilang=0,6 x BB x (Na+sserum terukur-142)
Na+ serum terukur

Tabel: kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan


BERAT KEBUTUHAN
NO UMUR BADAN CAIRAN
(KG) (ML/24 JAM)
1 3 Hari 3,0 250-300
2 1 Tahun 9,5 1.150-1.300
3 2 Tahun 11,8 1.350-1.500
4 6 Tahun 20,0 1.600-1.800
5 10 Tahun 28,7 2.000-2.500
6 14 Tahun 45,0 2.200-2.700
7 18 Tahun 54,0 2.200-2.700
8 Dewasa 60,0 2.400-2.600
(Aryani, 2010)
a. Rumus Balance Cairan
Balance Cairan = Intake Cairan – Output Cairan Tujuan menghitung
balance cairan adalah untuk mengetahui keseimbangan cairan antara input
dan output. Untuk menghitung
balance cairan pada seorang anak tergantung pada umur anak tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Usia 1-3 tahun : 8 ml/KgBb/hari
2) Usia 5-7 tahun : 8 - 8,5 ml/KgBb/hari
3) Usia 7-11 tahun : 6 - 7 ml/KgBb/hari
4) Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 ml/KgBb/hari
b. Untuk menghitung Insensible Water Loss (IWL) pada seorang anak dapat
menggunakan rumus
IWL = ( 30 – usia anak dalam tahun) x ml/KgBb/hari
c. Rumus IWL Kenaikan Suhu
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8⁰C)
d. Untuk menghitung cairan infus dapat menggunakan rumus :
Jumlah cairan = TPM X 60
Jumlah waktu factor tetesan

Keterangan
TPM: Tetes Per Menit
Factor tetes : Mikro : 60
Makro: 20
Transuset :15

7. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water
(DSW), amigen, dan aminovel. (Alimul H A. A., 2012)
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan, ataupun
cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan yang termasuk input yaitu:
1) Minuman dan makanan
2) Terapi infus
3) Terapi injeksi
4) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
1) Muntah
2) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus15cc/kgBB/hari
4) Cairan NGT terbuka
5) Urin
6) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam
basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A. A. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Aryani, R. d. (2010). Posedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: C.V. Trans Info Media.

Mubarak, W. &. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.

Vita Andina, Y. F. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai