Anda di halaman 1dari 35

Laporan Keperawatan

Mata Kuliah : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

Kelompok : 1
Nama Anggota :
- Cinta Meilika (222040)
- Jihan Febry Choirunnisa (222048)
- Ranti Putriningtiyas Damayanti (222059)
- Shenly Aulia Fadilla (222064)
- Nisye Yulianti Pasha (222054)
- Frans Teguh (222045)
Kelas : 1B
Prodi : S1-Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI


JAWA BARAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 21 Maret 2023


Laporan Pendahuluan
Kebutuhan Cairan & Elektrolit
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit.
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh lebih banyak
meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh
yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Sedangkan Elektrolit
adalah substansi yang menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).

B. Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

C. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari
minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal
dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml (Tarwoto &
Wartonah, 2010).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, diantaranya adalah usia,
temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
1. Usia
Variasi  usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang diperlukan dan berat
badan.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

E. Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan


No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700

F. Masalah keseimbangan cairan


1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa
haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan berat badan
akut , mata cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunana
jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

G. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal :
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang aktivitas
kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 200
ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10
% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

H. Pengaturan Elektrolit
Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium (potassium), kalsium,
magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat:
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan Ekstrasel (CES)
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake  garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-
148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam
basa,  karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel,  konduksi jantung, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
3) Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
4) Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS,  normalnya sekitar 95-105 mEqlt.
f. Bikarbonat
1) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan CIS.
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan
pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone parathyroid.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu minus status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan
cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan tingkat
kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses: jumlah dan konsentrasi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ± 200cc.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan bising
usus.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah, hemoglobin
(Hb), dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO, dan
saturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%)

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/resiko defisit volume cairan
Definisi: Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler dan
vaskuler.

Kemungkinan berhubungan dengan:


1) Kehilangan cairan secara berlebihan
2) Berkeringat secara berlebihan
3) Menurunnya intake oral
4) Penggunaan deuretik
5) Pendarahan

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Hipotensi
2) Takhikardia
3) Pucat
4) Kelemahan
5) Konsentrasi urin pekat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1) Penyakit Addison
2) Koma
3) Ketoasidosis pada diabetik
4) Pendarahan gastrointestinal
5) Muntah, diare
6) Intake cairan tidak adekuat
7) AIDS
8) Pendarahan
9) Ulcer kolon

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

b. Volume cairan berlebih


Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema,

Kemungkinan berhubungan dengan:


1) Retensi garam dan air
2) Efek dari pengobatan
3) Malnutrisi

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Orthopnea
2) Oliguria
3) Edema
4) Distensi vena jugularis
5) Hipertermi
6) Distres pernapasan
7) Anasarka
8) Edema paru

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1) Obesitas
2) Hipothiroidism
3) Pengobatan dengan kortikosteroid
4) Imobilisasi yang lama
5) Cushings syndrome
6) Gagal ginjal
7) Sirosis hepatis
8) Kanker
9) Tosemia

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

3. Rencana Keperawatan
a. Aktual/resiko defisit volume cairan

Tujuan yang diharapkan:


1) Mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat, tekanan darah
stabil, membran mukosa mulut lembap, turgor kulit baik.
3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

Rencana Tindakan (Tarwoto & Wartonah, 2010):


Intervensi Rasional
1) Ukur dan catat setiap 4 jam: 1) Menentukan kehilangan
a) Intake dan dan kebutuhan cairan
output
cairan
b) Warna
muntahan,
urine, dan
feses
c) Monitor
turgor kulit
d) Tanda vital
e) Monitor IV
infus
f) CVP
g) Elektrolit,
BUN,
hematokrit,
hemoglobin
h) Status
mental
i) Berat badan
2) Berikan makanan dan cairan 2) Memenuhi kebutuhan
makan dan minum
3) Berikan pengobatan seperti 3) Menunjukkan pergerakan
antidiare dan antimuntah usus dan muntah
4) Berikan dukungan verbal 4) Meningkatkan konsumsi
dalam pemberian cairan yang lebih
5) Lakukan kebersihan mulut 5) Meningkatkan nafsu makan
sebelum makan
6) Ubah posisi pasien setiap 4 6) Meningkatkan sirkulasi
jam
7) Berikan pendidikan 7) Meningkatkan informasi
kesehatan tentang: dan kerja sama
a) Tanda dan gejala
dehidrasi
b) Intake dan output cairan
c) Terapi

b. Volume cairan berlebih


Tujuan yang diharapkan:
1) Mempertahankan keseimbangan intake dan outpun cairan
2) Menurunkan kelebihan cairan

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

Rencana Tindakan (Tarwoto & Wartonah, 2010):


Intervensi Rasional
1) Ukur dan monitor: 1) Dasar pengkajian
a) Intake dan kardiovaskuler dan
output cairan, respons terhadap penyakit
berat badan,
tensi, CVP
distensi vena,
jugularis, dan
bunyi paru
2) Monitor rontgen paru 2) Mengetahui adanya edema
paru
3) Kolaborasi dengan dokter 3) Kerja sama disiplin ilmu
dalam pemberian cairan, dalam perawatan
obat, dan efek pengobatan
4) Hati-hati dalam pemberian 4) Mengurangi kelebihan
cairan cairan
5) Pada pasien yang bedrest: 5) Mengurangi edema
a) Ubah posisi setiap 2 jam
b) Latihan pasif dan aktif
6) Pada kulit yang edema 6) Mencegah kerusakan kulit
berikan losion, hindari
penekanan yang terus-
menerus
7) Berikan pengetahuan 7) pasien dan keluarga
kesehatan tentang: mengetahui dan kooperatif
a) Intake dan output cairan
b) Berat badan
c) Pengobatan
Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit karena Diare

I. Pengertian
a. Pengertian Diare
Diare adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer (Rekawati Susilaningrum dkk, 2013). Diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah
menjadi lembek atau cair yang biasanaya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam (Koes Irianto, 2015). Diare
juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh
beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi
saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food
borne disease) (Mendri, 2017).

II. Anatomi & Gambar

Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia


Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus, menurut Pearce (2009), anatomi
fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:
a. Mulut
Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar yang sempit
(vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan pipi.Bagian dalam yang tediri terdiri atas rongga
mulut.Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu
pada proses mengunyah (mastikasi), menelan (deglution), bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat
kelenjar air utama yaitu :glandula parotis, glandula sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat
pula gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah
dan bicara.
b. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak
lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan cricoidea.
Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
c. Esophagus ( kerongkongan )
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang terbentang mulai
setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
d. Lambung
Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari
esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah
diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisi oleh
asam lambung HCL dan membantu proses penyembuhan eritrosid.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai muara ileocaecalis dan
menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7
meter. Usus halus dibagi menjadi :
1) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung
kekiri.Pada lengkungan ini terdapat pankreas.Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum yang disebut kelenjar brunner.

2) Yeyenum dan Ileum


Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada dinding abdomen posterior lipatan
peritonium yang dikenal sebagai mesentrum.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara
lubang orifisium ileosinkalis.Didalam tunica propria (bagian dalam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan
limfoid, noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok.Sementara di ileum plicae cirkulares dan
villiakan berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara
20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda khas ileum.Fungsi dari
usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam
amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.
f. Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah seperti huruf “ U “ terbalik
dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus.
Usus besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan sigmoideum.Fungsi usus besar
adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.
g. Anus
Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar,
terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :
1) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak

2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki


3) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

III. Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).
1. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebabutama diare
Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica,
giardia lambia), jamur (candida aibicans).

2. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti


Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor makanan : basi, racun, alergi.
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

IV. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis


Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata
cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

V. Patofisiologi
Faktor utama terjadinya diare yaitu faktor infeksi, proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadinya proses perubahan usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
atau bakteri akan menyebabkan sistim transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sektresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, factor malabsorpsi yang mengakibatkan tekanan
osmotic meningkat sehinnga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehinnga terjadilah diare . kemudian terjadilah Proses Kehilangan cairan dan elektrolit
(hipovolemia) kehilangan cairan aktif. Kemudian timbul tanda dan gejala seperti, nafsu makan menurun muntah,
haus, malaise, adanya lecet di sekitar anus fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak bisa lagi diserap oleh usus, sehinnga adanya tanda dehidrasi, menjadi kemampuan absorpsi menurun
sehinnga timbul gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada diare akut, kehilangan cairan secara
mendadak dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan cairan aktif dan elektrolit
melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat
meminta pertolongan medis dapat mengakibatkan syok hipovolemik (A.Asis Almual Hidayat, 2018).

VI. Pathways

VII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :


1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )


1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada intoleransi gula biarkan kuman
untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P Serum pada
diare yang disertai kejang )

VIII. Penatalaksanaan
Aspek paling penting dalam penggantian Cairan dan Elektrolit adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit, selama episode akut ini ini di lakukan dengan hidrasi oral, yang harus dilakukan pada
semua pasien, kecuali tidak dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi
intravena. Idealnya cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat,
1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air, cairan seperti itu tersedia secara komersial pekat dan
mudah di camur dengan air. Jika sediaan komersial tidak ada cairan rehidrasi oral pengganti dapat di buat
dengan menambahakan ½ sendok teh baking soda, dan 2/4 sendok makan gula per liter air, untuk pengantian
kalium dapat diberikan buah pisang atau satu cangkir jus jeruk. Pada bayi pemberian asi tetap dilanjutkan
apabila itu bukan penyebab dari diare pada anak.
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan dengan cara pengeluaran diet
dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari buah segar, air teh
segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol
karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam
yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi
kedalam 1 liter air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan cara mengurangi penularan.

IX. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi perubahan elektrokardiogram).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi

X. Pengkajian
a. Identitas pasien atau biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair (diare
tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali
(dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau
lebih adalah diare persisten.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Mula-mula, gelisah suhu badan mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan
karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Dieresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam bila terjadi dehidrasi. Urin normal pada diare tanpa
dehidrasi. Urin sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu enam jam
(dehidrasi berat).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare dan yang berhubungan dengan distribusi
penularan.
4) Fisiologi dari masalah keperawatan hipovolemia adalah sebagai berikut :
a) Tanda dan gejala mayor diantaranya :
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun.
b) Tanda dan gejala minor diantaranya :
Merasa lemah, mengeluh haus, pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh meningkat,
konsentrasi urin meningkat, beran badan turun tiba-tiba.
XI. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diaremenurut Nanda NIC NOC 2015, adalah :
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare)
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan
e. Resiko syok hipovelemik
f. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akutberhubungan dengan kurangnya informasi
XII. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan klien. Dalam tahap perencanaan
keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi
keperawatan,(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Luaran (Outcome) Keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi
kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi
keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari indikator-indikator atau kriteria-kriteria hasil
pemulihan masalah. Terdapat dua

XIII. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau
intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya (Kozier, 2018). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat utuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).

XIV. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah
di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil, (Kozier,2018).
Hasil yang diharapkan, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) .
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Asupan makanan meningkat
3. Frekuensi nadi membaik
4. Tekanan darah membaik
5. Tekanan nadi membaik
6. Suhu tubuh membaik
7. Dyspnea menurun
8. Keluhan haus menurun
9. Turgorkulit meningkat
10. Asupan cairan meningkat
11. Kelembaban membrane mukosa membaik
12. Mata cekung membaik
13. Turgor kulit membaik
14. Dehidrasi menurun

Laporan Kasus
Proses Keperawatan Hipovolemia Pada Diare

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE
DI RUANG MELATI RS. X
A.  PENGKAJIAN
1.       Identitas
a.      Identitas Pasien
Nama                        : Tn. R
Umur                        : 41 tahun
Agama                      : Islam
Jenis Kelamin           : Laki- laki
Status                        : Menikah
Pendidikan                : SMA
Pekerjaan                  : Swasta
Suku Bangsa             :
Alamat                      : Babakan Ciparay Bandung
Tanggal Masuk         : 27 Agustus 2020
Tanggal Pengkajian   : 29 Agustus 2020
No. Register              : 184395
Diagnosa Medis        : Diare

b.      Identitas Penanggung Jawab


Nama                        : Ny. M
Umur                        :
Agama : Islam
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan                  : Swasta
Alamat                      : Babakan Ciparay Bandung
2.      Status Kesehatan
a.      Status Kesehatan Saat Ini
1)      Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Riwayat kesehatan klien dengan keluhan utama mengatakan mual, muntah

2)      Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Klien mengeluh mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari, konsistensi cair, warna kekuningan

3)      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Keluarga klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat

b.      Satus Kesehatan Masa Lalu


1)      Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dahulu pernah sakit tifus pada bulan Desember 2019

2)      Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat di RS selama 4 hari.

3)      Alergi
-
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
-

c.       Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan penyakit menurun
seperti Hipertensi, DM dll.

d.      Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa : Diare
Therapy : -infus RL 20 tpm
-injeksi ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mb/2ml) merupakan antasida
-injeksi cefotaxime 3x1 amp merupakan antibiotik

3.      Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a.       Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
-
b.      Pola Nutrisi-Metabolik
·   Sebelum sakit          :
Klien makan habis 1 porsi 3 x sehari dengan makan nasi dengan lauk bervariasi dan minum 6-8 gelas perhari
·   Saat sakit                 :
Klien tidak nafsu makan, hanya habis 2-3 sendok dari porsi RS karena pasien bila makan merasa mual dan
nafsu makan menurun dan hanya minum 2-3 gelas perhari dan setiap minum pasien merasa mual dan
terkadang muntah

c.       Pola Eliminasi
1)   BAB
·   Sebelum sakit        : -
·   Saat sakit               : Klien BAB 4-5 x/hari dengan konsistensi cair, bau khas feces
2)   BAK
·      Sebelum sakit       : -
·      Saat sakit              : BAK 5-6 X perhari dengan bau urine seperti obat

d.      Pola aktivitas dan latihan
1)   Aktivitas
Sebelum sakit : dapat beraktivitas sehari-hari tanpa bantuan
Saat sakit :

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

2)  Latihan
 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sehari-hari klien dapat berjalan, lari, berolahraga, dan bekerja sebagai swasta
 Saat sakit       :
Klien tidak dapat bergerak bebas karena kelemahan fisik, pola pemeliharaan postur tubuh, hanya berada di
tempat tidur dengan berganti posisi duduk dan berbaring

e.       Pola kognitif dan Persepsi


-
f.       Pola Persepsi-Konsep diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh

g.       Pola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit          :
Klien mengatakan tidur + 8-9 jam perhari
 Saat sakit                 :
Klien mengatakan sulit tidur karena terganggu dengan lingkungan sekitar terlalu gaduh / ramai pada saat
jam kunjung pasien

h.      Pola Peran-Hubungan
komunikasi sebelum sakit pasien dapat berkomunikasi dengan verbal dan non verbal serta mampu menjawab
pertanyaan sesuai yang ditanyakan, selama sakit pasien mampu berkomunikasi dilingkungan sekitar dan
mampu menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan

j.        Pola Toleransi Stress-Koping


-
k.      Pola Nilai-Kepercayaan
 Sebelum sakit :
Klien menjalankan sholat 5 waktu secara rutin dengan berdiri
 Saat sakit :
Pasien menjalankan sholat 5 waktu secara rutin di tempat tidur

4.       Pengkajian Fisik
a.       Keadaan umum : Lemas
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS            :-
Tinggi baadan :160cm
Berat Badan : Sebelum sakit : 55 kg, setelah sakit 49 kg

b.      Tanda-tanda Vital
Nadi = 80x kali / menit
Suhu = 30oC
TD = 130/80 mmHg
RR = 22 kali per menit

c.       Keadaan fisik
a. Kepala :
Bentuk kepala mesochephal, rambut hitam pendek, tidak berketombe, tidak ada benjolan di kepala
b. Mata :
Simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak ikteris, mata cekung,.dapat membedakan warna,
dapat melihat dengan jelas dalam jarak + 6 m
c. Wajah :
Tampak pucat
d. Hidung :
Simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada secret, dapat membedakan aroma makanan, obat
e. Mulut :
Mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada stomatitis
f. Telinga :
Bentuk simetris, tidak ada serumen, bersih, bila ditanya dapat menjawab dengan jelas
g. Leher :
Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri saat menelan
h. Dada  :
 Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi : tidak ada nyeri tekan, perkusi : sonor,
auskultasi: vesikuler dan tidak ada suara nafas tamabahan
 Jantung
Inpeksi : ictus codis tidak tampak, palpasi : ictus cordis tidak teraba, perkusi : pekak, auskultasi : reguler,
bunyi jantung 1 dan 2 terdengar
i. Abdomen  :
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, auskultasi : terdengar peristaltik usus 35 x/menit, yang menyebabkan
pasien mengalami nyeri perut seperti teremas dan dirasakan sering, palpasi : turgor kulit tidak langsung
kembali dalam satu menit, perkusi : hipertimpani, perut kembung
j. Genetalia :
Bersih, tidak terpasang kateter
k. Anus :
Tidak ada benjolan, kulit sekitar perianal kemerahan
l. Integumen :
Warna kulit sawo matang, turgor jelek, kulit kering
m. Ekstremitas     :
atas kiri gerakan terbatas karena terpasang infus 0,7 % sodium chlorida 20 tpm

5. Pemeriksaan Penunjang

 Ureum 2,5 mg/dl ( nilai normal 10-50 mg/dl )


 Creatinin 4,1 mg/dl ( nilai normal p : 0,7-1,2, w : 0,5-0,9 mg/dl )
 Kalium 5,1 mmol/L ( nilai normal serum : 3,5-5,1 mmol/ L )
 pemeriksaan feses : Bakteri (+)

5.         ANALISA DATA
A.     Tabel Analisa Data
DATA Etiologi MASALAH
DS : Pasien mengatakan minum Output berlebihan
air putih habis + 4 gelas (+
1000 ) / hari Pasien mengatakan
Gangguan keseimbangan
diare 4-5 x 1 hari, konsistensi
cairan dan elektrolit
cair, warna kekuningan.

DO : Turgor jelek, kulit kering


Mukosa bibir kering Feses
konsistensi cair, warna
kekuningan Ureum 2,5 mg/dl
Creatinin 4,1 mg/dl Kalium 5,1
mmol / L

DS : Pasien mengatakan sakit Infeksi di gastrointestinal


Diare
perut dan diare berlebihan

DO : Frekuensi BAB pasien


lebih dari normal, tampak pucat,
lemas

DS : Pasien mengatakan mual, Intake tidak adekuat


muntah Pasien mengatakan
Resti pemenuhan nutrisi kurang Resti pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Intake tidak adekuat 26 hanya
tubuh
habis 2 – 3 sendok dari porsi RS

DO : Wajah tampak pucat


Konjungtiva anemis

B. Diagnosa Keperawatan

NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN Ttd


JAM
DITEMUKAN
1 29 Agustus Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
2020
dengan out put berlebihan.

2 29 Agustus
2020 Diare berhubungan dengan proses infeksi

3 29 Agustus
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2020
berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan
dibuktikan dengan penurunan berat badan

C.     Rencana Tindakan  Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)


Keperawatan hasil(NOC)

1. Gangguan NOC NIC


keseimbangan Keseimbangan Manajemen
elektrolit/Cairan
cairan dan elektrolit dan asam
elektrolit basa 1. Pantau kadar serum
elektrolit yang
abnormal, seperti yang
Setelah dilakukan
tersedia
tindakan keperawatan 2. Monitor peeubahan
2x24 jam diharapkan status paru atau jantung
gangguan yang menunjukkan
kelebihan cairan atau
keseimbangan cairan
dehidrasi
dan elektrolit pada 3. Timbang berat badan
pasien teratasi. harian dan pantau
gejala
4. Monitor hasi il
Indikator : laboratorium yang
1) Serum albumin, relevan dengan
kreatinin, keseimbangan cairan
(misalnya, peningkatan
hematokrit, Blood
BUN, albumin, protein
Urea Nitrogen total, dan osmolalitas
(BUN), dalam serum)
rentang normal 5. Jaga pencatatan
intake/asupan dan
2) pH urine, urine
output yang akurat.
sodium, urine 6. Batasi cairan yang
creatinin,urine sesuai
7. Monitor tanda-anda
osmolarity, dalam
vital yang sesuai
rentang normal 8. Konsultasikan dengan
3) tidak terjadi dokter jika tanda dan
kelemahan otot gejala
ketidakseimbangan
4) tidak terjadi disritmia
cairan dan/atau
elektrolit yang menetap
atau memburuk
9. Instruksikan pasien
dan
keluarga mengenai
alasan untuk
pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukkan.

Diare Setelah dilakukan


2. berhubungan tindakan keperawatan NIC
Manajemen Diare
dengan proses 2x24 jam diharapkan
infeksi Diare pada pasien - Evaluasi efek
teratasi. samping
pengobatan
NOC : Keseimbangan
terhadap
Elektrolit dan Asam
gastrointestinal
Basa
- Ajarkan pasien
Kriteria hasil : untuk
menggunakan
a. Feses berbentuk,
obat anti diare
BAB sehari sekali
tiga hari - Evaluasi intake
makanan yang
b. Menjaga daerah
masuk
sekitar rectal dari
iritasi - Identifikasi faktor
penyebab dari
c. Tidak mengalami
diare
diare
- Monitor tanda dan
d. Menjelaskan
gejala diare
penyebab diare dan
rasional tindakan - Observasi turgor
kulit secara rutin
e. Mempertahankan
turgor kulit - Ukur
diare/keluaran
Skala : BAB

1. Ekstrim - Hubungi dokter


jika ada kenaikan
2. Berat
bising usus
3. Sedang
- Monitor persiapan
4. Ringan
makanan yang
Tidak ada keluhan
aman
- Monitor turgot
kulit
Monitor mual dan
muntah
sekitar rectal dari
iritasi
f. Tidak mengalami
diare
g. Menjelaskan
penyebab diare dan
rasional tindakan
h. Mempertahankan
turgor kulit

Skala :

1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan

2 Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC


gan nutrisi kurang tindakan keperawatan
Manajemen Nutirisi
dari kebutuhan 2x24 jam diharapkan
tubuh nutrisi pasien terpenuhi - Kaji adanya alergi
berhubungan makanan
NOC: Status nutrisi:
dengan output - Kolaborasi dengan
Intake makanan dan
yang berlebihan. ahli gizi untuk
cairan
menentukan jumlah
Kriteria Hasil: kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
a. Adanya
peningkatan berat pasien
badan sesuai - Monitor jumlah
dengan tujuan nutrisi dan
b. Berat badan ideal kandungan kalori
sesuai dengan - Berikan informasi
tinggi badan tentang kebutuhan
c. Mampu nutrisi
mengidentifikasi - Kaji kemampuan
kebutuhan nutrisi pasien untuk
d. Tidak ada tanda- mendapatkan
tanda malnutrisi nutrisi yang
Dibutuhkan Badan

- Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual
dan muntah

Skala :

1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Keluhan

D.    Implementasi Keperawatan

Hari/ Evaluasi proses/ Respon Ttd


No Dx Tindakan Keperawatan
Tgl/Jam Tindakan
Hari ke-1 1 1. Memantau kadar serum
elektrolit yang
abnormal, seperti yang
tersedia
2. Memonitor peeubahan S : Pasien mengatakan lemas
status paru atau jantung
yang menunjukkan berkurang
kelebihan cairan atau O : mukosa bibir membaik,
dehidrasi pucat berkurang
3. Menimbang berat badan
harian dan pantau
gejala
4. Memonitor hasil
laboratorium yang relevan dengan
keseimbangan cairan
(misalnya, peningkatan
BUN, albumin, protein
total, dan osmolalitas
serum)
5. Menjaga pencatatan
intake/asupan dan
output yang akurat.
6. Membatasi cairan yang
sesuai
7. Memonitor tanda-anda
vital yang sesuai
8. Mengonsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/atau
elektrolit yang menetap
atau memburuk
9. Menginstruksikan pasien dan
keluarga mengenai
alasan untuk
pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukkan.

- Mengevaluasi efek samping


2 S : Pasien mengatakan mual
pengobatan terhadap
berkurang, frekuensi BAB
gastrointestinal
menuju normal
- Mengajarkan pasien untuk
O: Mukosa bibir tidak kering,
menggunakan obat anti diare
konsistensi feses tidak cair
- Mengevaluasi intake makanan
yang masuk
- Mengidentifikasi faktor penyebab
dari diare
- Memonitor tanda dan gejala diare
- Mengobservasi turgor kulit secara
rutin
- Mengukur diare/keluaran BAB
- Menghubungi dokter jika ada
kenaikan bising usus
- Memonitor persiapan makanan
yang aman
- Memonitor turgot kulit
- Memonitor mual dan muntah
- Mengkaji adanya alergi
makanan
- Mengolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan S : Pasien mengatakan nafsu

jumlah kalori dan nutrisi makan membaik

yang dibutuhkan pasien O: Berat badan Kembali naik,

- Memonitor jumlah nutrisi pasien terlihat tidak lemas


3
dan kandungan kalori
- Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
- Mengkaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

      

E.           Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl TT
No. DX Evaluasi
Jam d
S: Pasien mengatakan pucat berkurang, dan sudah tidak
Hari ke-1 1
lemas

O : pasien terlihat lebih kuat

A : Gangguan keseimbangan cairan teratasi

P : Intervensi diberhentikan
2 S : Pasien mengatakan sudah tidak mual, diare berkurang,
nafsu makan membaik

O : Feses sudah berbentuk, BAB sehari sekali tiga hari

Daerah sekitar rectal tidak iritasi

Tidak mengalami diare

Turgor kulit baik

A : Diare teratasi dibuktikan dengan keseimbangan cairan


dalam tubuh

P : Intervensi Diberhentikan

S: Paien mengatakan mual teratasi


3
O: Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Tidak ada tanda- tanda malnutrisi

A: Ketidakseimbangan nutrisi teratasi

P: intervensi diberhentikan

Daftar Pustaka
Sugiharta, I. (2020). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE DENGAN
HIPOVOLEMIA DI RUANG KASWARI RSUD WANGAYA TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan).

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai