Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DENGAN MASALAH


GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Di Susun Oleh :

TRI AGUSTINA WULANDARI

NIM : 191210020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam
bidang kesehatan, eleminasi adalah proses pebuangan sisa metabolism tubuh baik
berupa urine atau bowel (feses). Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme. Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan.
Eliminasi urine adalah Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah
sistem perkemihan. Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra. Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi,
reabsorpsi dan sekresi. Proses filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi
karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen. Proses reabsorpsi terjadi
penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan
beberapa ion karbonat. Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar.

2. Klasifikasi
a. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemihDysuria
Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih.
b. Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml / hari ,
tanpa adanya intake cairan .
c. Inkontinensi urine Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter
eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih.
d. Urinari suppresi Adalah berhenti mendadak produksi urine

3. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Etiologi gangguan eliminasi urin sebagai
berikut:
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Iritasi kandung kemih
c. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
d. Efek tindakan medis dan diagnostic, misalnya operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan.
e. Ketidak mampuan mengakses toilet, misalnya imobilisasi
f. Hambatan lingkungan
g. Ketidakmampuan mengkonsumsi kebutuhan eliminasi
h. Outlet kandung kemih tidak lengkap, misalnya anomaly saluran kemih kongenital
i. Imaturitas, pada anak usia lebih dari 3 tahun

4. Faktor Resiko
a. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk
berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya
urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
c. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
d. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal
dan eksternal.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih.
Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetus atau adanya
g. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginan untuk minum sedikit.
5. Patofisiologi
Gangguan pada eliminasi sangat beragam disebabkan oleh etiologi yang berbeda.
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal, akan
menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/ inkontinensia urin. efek traumatiknya
bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS)
merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan
berkemih dan defekasi.
Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan
penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan
bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan
pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase pengisian,
pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah
dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin di koordinasikan oleh
hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang di kaitkan dengan
peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot
detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis
yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. Selama
fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal
spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak
menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan
kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral di hentikan dan timbul
kontraksi otot detrusor.
6. Pathway

Obstruksi udara

Sumatan aliran urin Respon Stresor


Psikologis

Akumulasi Urin dalam


Dalam kandung kemih Pasien Menjadi Cemas

Stati Urine Retensi urine Ansietas

Media Berkembangnya
Kuman Miksi sekit-sedikt
Perubahan Status kesehatan

Reaksi Infeksi Gangguan Hospitalisasi


Eliminasi urin
Info in Adekurat
Distensi kandung Kemih
Kurang Pengetahuan
Penekanan Serabut Saraf

Pelepasan Mediator Kimia


(Histamin,Bradikimin,Dll)

Hipotalamus

Konteks Serebri Mempersepsikan

Nyeri Akut
7. Manifestasi Klinis
a. Inkontinensia Urine
1) Tidak dapat menahan atau mengontrol rasa ingin buang air kecil
sebelum sampai di WC
2) Sering mengompol
3) Merasakan perlunya untuk berkemih
b. Retensi Urine
1) Distensi serta ketidaksanggupan untuk berkemih
2) Urine yang keluar tidak seimbang dengan intake
3) Meningkatnya keinginan untuk berkemih
4) Ketidaknyaman pada daerah pubis

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urine (urinalisis):
1) Warna
2) Penampilan
3) Bau
4) pH
5) Berat jenis
6) Glukosa
7) Keton
8) Kultur urine

9. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan inkontinensia urine yaitu:
1) Pemanfaatan kartu berkemih
2) Terapi non farmakologi
3) Terapi farmakologi
4) Terapi pembedahan
5) Modalitas lain
b. Penatalaksanaan medis retensi urine yaitu
1) Menggunakan urinal untuk berkemih, dalam memenuhi kebutuhan eliminasi
perkemihan
2) Kateterasi Perkemihan, untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih.
3) Memasang kondom kateter bagi pasien pria, untuk mempertahankan hygene
parineal pasien inkontinensia.

10. Komplikasi
a. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensia vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
b. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk menetap unttuk mengontrol ekskresi urine.
c. Enuresis
Enuresis merupakan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enurisis terjadi pada anak atau
orang jompo. Umumnya enurisis terjadi pada malam hari.

11. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Yang meliputi nama,temptang tanggal lahir,alamat,umur
2) Riwayat keperawatan
a) Pola berkemih
b) Frekuensi urine
c) Gejala dari perubahan berkemih
d) Faktor yang memengaruhi berkemih
3) Pemeriksaan fisik
a) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran
ginjal, nyeri tekan, tenderness.
b) Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
c) Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum.
4) Intake dan output cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b) Kebiasaan minum di rumah.
c) Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan
cairan.
e) Output urine dari urinal, cateter bag, sistostomi.
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Gangguan Eliminasi Urine
3) Ansietas
4) Kurang pengetahuan
5) Resiko infeksi

c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut  Tingkat nyeri  Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan 1. nyeri komprehensif yang
asuhan keperawatan meliputi lokasi,
3x24 jam diharapkan karakteristik, onset/durasi,
pasien dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas atau beratnya
1. Nyeri yang di nyeri dan faktor pencetus
laporkan (2) 2. Pastikan perawatan
2. Panjang nya analgesik bagi pasien
episode nyeri (3) dilakukan dengan
3. Ekspresi nyeri pemantauan yang ketat
wajah (3) 3. Gunakan strategi
4. Tidak bisa komunikasi terapeutik
beristirahat (4) untuk mnegetahui
5. Mengeluarkan pengalaman nyeri dan
keringat (5) sampaikan penerimaan
6. Ketegangan otot pasien terhadap nyeri
(5) 4. Gali pengetahuan dan
keoercayaan pasien
mengenai nyeri
5. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
6. tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien ( misalnya: tidur,
nafsu makan,
pengertian,perasaan,
hubungan, performa kerja
dan tanggung jawab
peran)
7. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
8. menurunkan atau
memperberat nyeri
9. evaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan disability
atau ketidak mampuan
atau kecatatan dengan
tepat
10. evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan
lainnya, mengenai
efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang
pernah di gunakan
sebelumnya
11. bantu keluarga dalam
mencari dan menyediakan
dukungan
12. Berikan informasi
mengenai nyeri,seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri yang di
rasakan, dan antisipasi
dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
13. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi pasien
terhadap ketidak
nyamanan
(misalnya: suhu ruangan,
pencahayaan, suara
bising)
14. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya : ketakutan
,kelelahan, keadaan
menonton, dan kurang
pengetahuan)
15. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat

2. Gangguaneliminasi  Eliminasi Urine  Kontrol infeksi


urine Setelah dilakukan 1. Alokasikan kesesuain luas
asuhan keperawatan ruang perpasien, seperti
3x24 jam diharapkan yang diindikasikan oleh
pasien dengan kriteria pedoman pusat
hasil: pengendalian dan
1. Pola eliminasi (3) pencegahan penyakit
2. Bau urine (4) (Centers for disease control
3. Jumlah urine (3) and prevention I CDC)
4. Warna urine (4) 2. Bersihkan lingkungan
5. Kejernihan urine dengan baik setelah
(4) digunakan untuk setiap
6. Intake cairan (4) pasien
7. Mengosongkan 3. Ganti peralatan parawatan
Kantong kemih perpasien sesuai protoko
sepenuhnya (4) institus
8. Mengenali 4. Ajarkan cuci tangan bagi
keinginan untuk tenaga kesehatan
berkemih (4) 5. Anjurkan pasien mengenai
9. Partikel-partikel teknik cuci tangan dengan
urine terlihat (5) tepat
10. Darah terlihat 6. Anjurkan pengunjung untuk
dalam urine (4) mencuci tangan pada saat
11. Nyeri saat kencing memasuki dan meningglkan
(4) ruangan pasien
12. Retensi urin (4) 7. Cuci tanga sebelum dan
sesudah kegiatan perawatan
pasien
8. Lakukan tindakan -
tindakan pencegahan yang
bersifat universal
9. Pakai sarung tangan
sebagaimana di anjurkan
oleh kebijakan pencegahan
universal/universal
precautions
10. Pakai pakaian ganti atau
jubah saat menangani bahan
-bahan yang infeksius
11. Pakai sarung tangan stiril
dengan tepat
12. Dorong intake cairan yang
sesuai
13. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejal infeksi dan kapan
harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan
kesehatan
 Peresepan obat
1. Evaluasi tanda dan gejala
dari masalah kesehatan
saat ini
2. Resepkan obat-obatan
sesuai dengan otoritas
peresepan obat dan atau
sesuai protokol

3. Ansietas  Tingkat Kecemasan  Pengurangan Kecemasan


Setelah dilakukan 1. Jelaskan semua
asuhan keperawatan prosedur termasuk
3x24jam diharapkan sensasi yang akan
pasien dengan kriteria dirasakan yang mungkin
hasil: akan dialami klien
1. Tidak dapat selama prosedur
beristirahat (4) (dilakukan)
2. Perasaan gelisah 2. Berada di sisi klien
(3) untuk mengurangi
3. Berkeringat ketakutan
dinging (5) 3. Berikan objek yang
4. Gangguan pola menunjukan perasaan
tidur (3) aman
5. Perubahan pola 4. Bantu klien
makan (5) mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
5. Kontrol stimulus untuk
6. kebutuhan klien secara
tepat
7. Atur penggunaan obat-
obatan untuk
mengurangi kecemasan
secara tepat
8. Kaji untuk tandan
verbal dan non verbal
kecemasan

d. Implementasi
Implementasi adalah sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah disusun
dengan begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah di
anggap permanen.

e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah sebuah
kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil mencapai
tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir dengan
apa yang seharusnya dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA 2018-2020


NOC dan NIC Edisi Klima dan Edisi Keenam
Dapartemen Kesehatan RI 2015, Waspada Infeksi Saluran Kemih :
http://repo.stikesperintis.ac.id/123/1/03%20CEMPAKA%20INFEKSI%20SALURAN
%20KEMIH.pdf. (Di akses Tanggal 18 September 2021 Pada Pukul 14:15)

Imvitahul. Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Kemih (ISK). Jombang :


http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1755/2/KTI%20HASIL%20selesai.pdf. (di Akses Pada
Tanggal 18 September 2021 Pukul 14:35)

Anda mungkin juga menyukai