Anda di halaman 1dari 14

KEWASPADAAN

NEGARA-BANGSA
SUATU RENUNGAN BERSAMA
SELURUH WARGA NEGARA (INDONESIA)
PERANG MASA KINI: Ancaman, Tantangan
Bagi NKRI dan Tuntutan Menyikapinya
Catatan Jenderal Purn. Ryamizard Ryacudu

Berakhirnya perang dingin pada tahun 90-an


merupakan titik mula munculnya perubahaan sikap dan
pemikiran dari negara-negara maju dalam
menggunakan kekuatan bersenjata untuk mensukseskan
nafsu imperialismenya.
Niat menguasai suatu negara atau nafsu imperialisme akan terus
terjadi dimuka bumi ini sejalan dengan kodrat manusia. Dengan
berkembangnya strategi perang dan memikirkan resiko kehancuran
saat ini perang dilakukan dengan skenario lain tanpa harus
mengeluarkan biaya besar. Skenario ini dilancarkan dengan
memaksa elite suatu bangsa agar silau dan terpengaruh terhadap
faham luar, yang pada akhirnya mengakibatkan suatu bangsa
terpecah dan terkotak-kotak kedalam tiga parameter yaitu; pertama:
mayoritas masyarakat dibuat tidak tahu apa yang sesungguhnya
sedang terjadi, hal ini terjadi pada masyarakat awam; kedua: 
sebagian masyarakat tahu namun tidak sadar atau tidak menyadari
bahwa bangsa ini berada dalam jebakan, ini terjadi pada kaum
intelektual dan yang ketiga: sebagian masyarakat  tahu dan sadar
apa yang sesungguhnya terjadi, namun akibat kerakusan, mereka
justru bersedia berkhianat kepada negara bangsanya,  dengan
bekerja sebagai agen asing atau sebagai komprador.
Di Indonesia skenario perang ini sebenarnya dimulai beberapa
waktu sebelum krisis moneter 1997/1998, dimana krisis tersebut
sangat cepat berubah menjadi krisis multidimensi yang
dampaknya terus dirasakan sampai sekarang. Krisis yang
berkepanjangan itu seharusnya harus menjadi peringatan
sekaligus ujian bagi bangsa Indonesia karena terjadi melalui
desakan keras dari kekuatan luar agar menerima faham yang
dihembuskan dalam kemasan globalisasi, diawali dengan
penggoyangan sektor moneter, kemudian meluas ke sektor
ekonomi riil dan selanjutnya berkembang menjadi krisis
kepercayaan dan krisis politik, serta krisis budaya. Kondisi yang
tidak stabil tersebut justru disikapi oleh para elite politik dan
beberapa kelompok kepentingan di dalam negeri untuk
mengambil kesempatan demi kepentingan pribadi dan
kelompok-kelompoknya (Oligarkhi di tingkat partai dan
birokrasi), dengan mengabaikan kepentingan nasional dalam
jangkauan jauh ke depan.
• Tujuan ”perang modern” ini adalah :
1) Mengeliminir kemampuan negara sasaran agar tidak menjadi
suatu potensi ancaman;
2) Melemahkan kemampuan negara sasaran sehingga semakin
tergantung dan lebih mudah ditekan;
3) Penguasaan secara total negara sasaran. Adapun tahapannya
sebagai berikut:
a) TAHAP I  INFILTRASI. Melakukan infiltrasi melalui bidang-
bidang: Intelijen, Militer, Pendidikan, Ekonomi, Ideologi, Politik,
SOSBUD / Kultur dan Agama, Bantuan-bantuan, Kerjasama
disemua bidang dan Media / Informasi
b) TAHAP II EKSPLOITASI. Melakukan ekploitasi dengan
melemahkan dan menguasai bidang-bidang Intelijen, Angkatan
Bersenjata, Ekonomi, Politik, Budaya dan Ideologi dimana semua
ini adalah titik berat kekuatan suatu negara.
c) TAHAP III POLITIK ADU DOMBA. Menjalankan strategi adu
domba, dilakukan untuk timbulkan kekacauan / kekerasan,
konflik horisontal (SARA), berikutnya bertujuan agar muncul
keinginan memisahkan diri dari NKRI atau separatisme dimulai
dengan eskalasi pemberontakan pada akhirnya terjadi pertikaian
antar anak bangsa / perang saudara.
d) TAHAP IV CUCI OTAK. Pada tahap brain wash atau cuci otak,
mereka mempengaruhi paradigma berfikir masyarakat, yakni
merubah paradigma berfikir dalam bingkai Kebangsaan
(Nasionalisme) menjadi cara pandang yang universal dengan
keutamaan isu global: Demokratisasi, HAM & Lingkungan,
derngan jalan menyusupkan dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari.
e) TAHAP V INVASI. Ketika wawasan kebangsaan suatu Negara
sasaran hancur dan jati diri bangsa hilang, maka praktis negara
sasaran sudah dengan kata lain dapat  dikuasai atau negara
sasaran dalam penguasaan dan terjajah dalam berbagai aspek
kehidupan. Berikutnya tinggal membentuk negara boneka yang
diwakili oleh komperador asing.
Sadar ataupun tidak dari situasi dan kondisi saat ini, sesungguhnya sudah dan
sedang berlangsung perang modern di wilayah Indonesia, dengan menjalankan
strategi sesuai tahapan perang modern di atas; kapitalisme internasional yang
dipimpin oleh Negara maju dan sekutunya, berusaha mengkikis wawasan
kebangsaan, berusaha memecah belah persatuan bangsa Indonesia agar lemah
dan akhirnya mampu mempengaruhi berbagai kebijakan dan pelaksanaannya
untuk tujuan akhir yakni menguasai mayoritas Sumber daya alamnya (SDA).

Banyak masyarakat Indonesia tidak menyadarinya bahwa saat ini sedang


dijajah dan menjadi korban dari perang modern. Satu alasan pasti bahwa
melakukan invasi fisik sangat tidak memungkinkan sehingga mereka merubah
konsep dari konvensional menjadi non konvensional (perang modern). Perang
modern, dengan biaya yang murah namun hasilnya sangat dahsyat karena
dapat merusak sendi-sendi kekuatan negara sasaran.  Hal tersebut sangat
berbahaya bagi keutuhan wilayah NKRI karena di dalamnya hidup jutaan
manusia yang berasal dari berbagai macam elemen suku, agama, ras dan
budaya (SARA) sehingga sangat memungkinkan bagi mereka untuk
“bermain” untuk memecah belah struktur masyarakat yang demikian
majemuk.
• POTENSI EKONOMI
• 40 jt ton lalu-lintas cargo/hari. 21 juta barrel/hari lalu lintas minyak dari
Timur Tengah ke Asia Pasifik (Tahun 2030 prediksi meningkat 2x lipat).
Produksi ikan dari wilayah Timur dapat memberikan konsumsi hampir
separuh penduduk dunia — bila dikelola dengan benar. Hutan sebagai paru-
paru dunia. Energi alternatif panas bumi, hydro, solar, angin dan bifuel dari
tumbuhan (jarak, sagu, tebu, ubi kayu dll), ethanol, alcohol dll. Penghasil
lada putih No. 1 dunia. Penghasil Kayu Lapis No. 1 di dunia. Penghasil Puli
dari buah Pala No. 1 di dunia. LNG No. 1 di dunia. Penghasil Lada Hitam
No. 2 di dunia. Penghasil Karet Alam No. 2 di dunia. Penghasil Minyak
Sawit (CPO) No. 2 di Dunia. Penghasil Timah No. 2 di Dunia. Penghjasil
Tembaga No. 3 di dunia. Penghasil Kopi No. 4 di dunia. Jumlah Penduduk
No. 4 di dunia. Penghasil karet Sintetik No 4 di dunia. Penghasil Ikan No. 6
di dunia. Penghasil Biji-bijian No. 6 di dunia. Penghasil Teh No. 6 di dunia.
Penghasil Natural Gas No. 6 di Dunia. Penghasil Emas No. 8 di dunia.
Penghasil Batu-bara No. 9 di dunia. Penghasil Minyak Bumi No. 11 di
dunia. Negara dengan luas No. 15 di dunia. Penghasil Aspal. Penghasil
Bauxit. Penghasil Nikel. Penghasil Granit. Penghasil Perak. Penghasil
Uranium. Penghasil Marmer & Mineral ikutan lainnya. Pasir besi kualitas
terbaik di dunia.
Faktor inilah yang mengundang pihak asing ingin
menguasai Indonesia, dengan strategi penguasaan secara
tidak langsung yang dibungkus dengan cara
mempengaruhi baik cara hidup maupun cara berpikir
masyarakat melalui globalisasi komunikasi, media,
kebudayaan, ekonomi, keuangan, sosial dan politik.
Sejalan dengan tujuan dari perang modern maka sasaran
antaranya adalah melemahnya wawasan kebangsaan serta
menghilangkan jati diri dimana berikutnya akan muncul
persoalan-persoalan kebangsaan mulai dari pelecehan
terhadap negara, tumbuhnya terorisme, penguasaan dan
pengelolaan sumberdaya alam oleh pemodal asing, konflik
horizontal terutama di masyarakat kelas bawah, korupsi
merajalela, perseteruan antar lembaga negara dan banyak
lagi contoh persoalan yang memprihatinkan. Demikian
juga adanya campur tangan asing dalam pembuatan
berbagai undang-undang merupakan bagian dari agenda
perang modern untuk merusak sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
ANTISIPASI
Pembelajaran dari invasi yang di motori oleh Amerika Serikat (AS) terhadap
negara-negara Timur Tengah khususnya Irak dengan dalih mencari senjata
pemusnah massal dan terorisme adalah bukti nyata dari digelarnya konsep
perang modern. Pada mulanya invasi ke Irak dilakukan dengan pengerahan
kekuatan senjata, tetapi karena tidak bisa dikuasai ataupun dikontrol secara
penuh sehingga skenario invasi diganti dengan cara menggulingkan
pemerintahannya yang kemudian digantikan oleh pemerintahan baru yang pro
AS sehingga lebih mudah untuk mengontrol sesuai dengan keinginan mereka.
Untuk menutupi operasi perang yang dilancarkan, maka dicari alasan
pembenar di mata internasional dengan dalih pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) berat. Sasaran berikutnya masyarakat Irak dipecah belah dan dikotak-
kotakan (Sunni dan Syiah) sehingga pada saat di invasi, Irak dalam posisi
lemah karena tidak ada persatuan.
• Undang-Undang di Indonesia yang merupakan hasil intervensi pihak luar (Jaringan Subversi
Asing):
• (1) UU No 5 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; (2) UU No. 14
Tahun 2001 Tentang Paten; (3) UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merk; (4) UU No. 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan; (5) UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi; (6) UU No. 15 Tahun
2002 Tentang Tindak Pidana Pencusian Uang; (7) UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Hak Cipta; (8) UU
No. 18 Tahun 2003 Tentang Hak Advocat; (9) UU No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas RUU
Tentang Pertambangan dan Mianeral; (10) Dan DRAF AKADEMIK yang disiapkan adalah: a) RUU
Rahasia Negara; b) RUU Perintah Transfer Dana; c) RUU Informasi dan Transaksi Elektronik; (11) UU
No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi; (12) UU No. 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah; (13) UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
(14) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; (15) UU No. 16 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan; (16) UU No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang nomor 7 tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan; (17) UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; (18) UU
No. 25 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004; (19) UU No. 14 tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak; (20) UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan; (21) UU No. 32
tahun 2002  tentang Penyiaran; (22) UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (23) UU No. 19
tentang BUMN; (24) UU No. 27 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (25) UU No. 3 Tahun 2004
Pewrubahan Atas UU No. 23 Th. 1999 tentang Bank Indonesia; (26) UU No. 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air; (27) UU No. 19 tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No 41 th. 1999 tentang Kehutanan
menjadi UU; (28) UU No. 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Pemerintahan Daerah; (29) UU No. 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (30) UU No. 22
tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; (31) UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan; (32) UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Bruruh.
Bagi Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai namun
lebih cinta kemerdekaan, mempertahankan kedaulatan
negara dan eksistensi NKRI adalah keharusan. Tetapi
dalam mempertahankan kedaulatannya haruslah tetap
membangun kemampuan alutsistanya. Berkaitan dengan
kenyataan bahwa ancaman invasi fisik sangat kecil
kemungkinannya pada era globalisasi ini, Indonesia harus
senantiasa siap dan waspada walaupun dapat
diperhitungkan apabila maju ke medan perang dengan
kondisi alutsista yang ada saat ini maka pada pertempuran
udara Indonesia akan kalah dalam hitungan jam sedangkan
di laut akan kalah dalam hitungan hari. Namun di darat
maka seribu tahun peperangan Indonesia tetap eksis
dengan satu catatan TNI dan rakyatnya harus bersatu
dalam bahasa pikiran dan tindakan.
Sebagai bangsa yang memperjuangkan
kemerdekaannya harus tetap ada kewaspadaan
nasional dan bertindak secara nyata untuk
menjaga eksistensi NKRI yang dijalankan
berdasakan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
(yang dilahirkan dari Proklamasi) untuk mencapai
cita-cita luhur masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur serta sebagai negara bangsa yang kuat,
bermartabat, mandiri dan disegani sehingga tidak
akan pernah terjerumus ke dalam skenario “perang
modern”.

Anda mungkin juga menyukai