Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

Tentang
PENGANTAR KESEHATAN PARIWISATA

Di Susun Oleh :
Nama : Ni Nyoman Sulindri Intan Sari
NIM : 018.06.0065
Kelas :A
Blok : Kedokteran Pariwisata
Dosen : Prof. Dr. dr. Ketut Tuti Parwati Merati, SpPD-KPTI,
FINASIM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2020 / 2021
PENGANTAR KESEHATAN PARIWISATA

Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan mempunyai kekayaan
keberagaman bumi, hayati dan budaya ini sudah menjadi tujuan bangsabangsa asing sejak dahulu
kala. Sektor pariwisata di Indonesia saat ini merupakan sektor prioritas dalam meningkatkan
devisa. Statusnya sebagai sektor unggulan telah terbukti bertumbuh dan berkembang menjadi
andalan dalam menambah devisa dari peringkat ke-5 menjadi peringkat ke-2. Selain
pertumbuhan pariwisatanya yang cepat, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata
paling diminati karena keunggulan kekayaan budaya Analisis Strategis Determinan Kesehatan:
yang luar biasa.Dengan melihat pergeseran tren pariwisata dunia yaitu dari Eropa ke Asia,
merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia untuk mengembangkan
potensi pariwisatanya. Pembangunan sektor Pariwisata Indonesia merupakan bagian dari sasaran
prioritas dalam program kerja Presiden dan Wakil Presiden Jokowi – Ma’ruf pada periode 2019-
2024(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Data pertumbuhan wisatawan manca negara Indonesia tahun 2017 juga menunjukkan
pertumbuhan positif sebesar 22%, lebih tinggi dibanding ASEAN yang tumbuh 7%, dan
pertumbuhan global sebesar 6%. Untuk dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja
pariwisata Indonesia, berbagai upaya pengembangan produk pariwisata yang mampu mendorong
wisatawan untuk tinggal lebih lama dan meningkatkan pengeluaran berwisata yang lebih tinggi
harus dilakukan secara terstruktur dan sistematik. Untuk itu, maka kolaborasi antara sektor
pariwisata dan kesehatan dalam mengembangkan wisata kesehatan adalah pilihan yang tepat
bagi pemerintah Indonesia untuk dapat mendongkrak peningkatan kinerja pariwisata.
(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Adapun tugas Kementerian Kesehatan dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS)


adalahmenyusun dan mensosialisasikan kebijakan wisata kesehatan, mendorong sektor swasta
untuk menyelenggarakan rumah sakit unggulan (medical tourism) dan fasilitas kesehatan
tradisional unggulan (wellness tourism), memfasilitasi ketersediaan fasilitas pelayanan dan
pelaksanaan upaya kesehatan lainnya untuk memberikan perlindungan kesehatan wisatawan di
10 (sepuluh) Destinasi Pariwisata Prioritas, menetapkan rumah sakit (medical tourism) dan
fasilitas kesehatan tradisional (wellness tourism) yang memiliki pelayanan unggulan dalam
penyelenggaraan wisata kesehatan, memberikan informasi kepada Kementerian Pariwisata yang
terkait dengan pengembangan wisata kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan tradisional
untuk memiliki unggulan yang meliputi antara lain Spa, herbal, Akupresur dan akupuntur dalam
penyelenggaraan wisata kesehatan dan mengembangkan potensi wisata ilmiah dari hasil
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Bidang ini menjadi semakin penting karena semakin bertambahnya jumlah wisatawan
dan semakin berkembangnya jenis atau tipe wisata . Wisata tidak hanya untuk liburan atau
tamasya, tetapi juga untuk tujuan bisnis, belajar, bekerja atau bertualang ketempat-tempat yang
eksotik.

Pelayanan kedokteran wisata diberikan di travel clinic yang umumnya berada di negara-
negara maju untuk memenuhi kebutuhan warga mereka yang akan bepergian ke negaranegara
berkembang. Saat ini diperkirakan setiap tahun ada 80 juta orang yang bepergian dari negara-
negara maju ke negaranegara berkembang. Sejauh ini negara-negara berkembang hanya
dianggap sebagai daerah tujuan wisata yang mempunyai risiko kesehatan tertentu, bahkan dalam
buku panduannya, World Health Organization hanya menyebutkan bahwa konsultasi pra-travel
diperlukan oleh travellers yang bermaksud mengunjungi negara berkembang( Pakasi, 2016)

Kedokteran wisata atau travel medicine adalah bidang ilmu kedokteran yang
mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang bepergian
(travellers).Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam tiga dekade terakhir sebagai respons
terhadap peningkatan arus perjalanan internasional di seluruh dunia. Tahun 2003, World
Tourism Organization mencatat ada 691 juta international arrivals di seluruh bandara di dunia
dan tahun 2020 diproyeksikan akan meningkat sampai 1,56 milyar. Kesehatan wisata adalah
abang ilmu kesehatan yang mempelajari berbagai aspek terkait upaya untuk menjamin
wisatawan tetap sehat selama melakukan perjalanan dan aktivitas wisata. Kesehatan pariwisata
adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang mempelajari berbagai aspek yang berkaitan
dengan kesehatan wisatawan, kesehatan masyarakat lokal, dan semua pihak yang terlibat pada
industri pariwisata Dampak dari upaya kesehatan pariwisata adalah Pariwisata Sehat (Healthy
Tourism). Wisata kesehatan adalah aktivitas perjalanan ke daerah wisata dengan tujuan
memperoleh pengobatan, atau meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Wisata kedokteran
adalah Aktivitas perjalanan wisata ke negara lain dengan tujuan utama mendapatkan pelayanan
medis (pengobatan, layanan gigi, layanan fertilitas, dll) Merupakan salah satu bentuk wisata
kesehatan(Wirawan, 2016).

Bidang ini menjadi semakin penting karena semakin bertambahnya jumlah wisatawan
dan semakin berkembangnya jenis atau tipe wisata . Wisata tidak hanya untuk liburan atau
tamasya, tetapi juga untuk tujuan bisnis, belajar, bekerja atau bertualang ketempat-tempat yang
eksotik. Kedokteran wisata berkembang menjadi sangat kompleks sebagai akibat perubahan
yang dinamis pada epidemiologi penyakit infeksi, perubahan resistensi obat dan meningkatnya
orang dengan penyakit kronik yang menjadi wisatawan. Kedokteran wisata menjadi penting
karena pola penyakit di berbagai negaratidak sama dan dapat berubah setiap saat, munculnya
wabah penyakit infeksi yang baru (new emerging infectious diseases) sehingga dengan adanya
globalisasi, risiko untuk mendapat penyakit tersebut pada orang yang bepergian atau wisatawan
juga semakin meningkat.

Dalam pelayanan kedokteran wisata, orang yang datang umumnya adalah orang sehat
yang membutuhkan informasi dan tidak menganggap dirinya seorang pasien, meskipun mungkin
saja statusnya berubah menjadi pasien setelah pulang dari perjalanan.Di bidang kedokteran
wisata, dokter tidak hanya mengupayakan pencegahan penyakit serta menangani
masalahmasalah kesehatan pada travellers namun juga mengambil bagian dalam advokasi untuk
perbaikan pelayanan kesehatan dan keamanan untuk wisatawan. Oleh karena itu, dokter
kedokteran wisata perlu mempunyai pengetahuan yang luas dan selalu up-to-date karena
perubahan-perubahan yang cepat di seluruh dunia, yang meliputi pengetahuan wabah penyakit,
terutama emerging infectious diseases, pola resistensiantibiotika, iklim global, ekologi, dan
bahkan perubahan politik negara lain(levina S Pakasi, 2016)

Ruang lingkup kesehatan pariwisata adalah kesehatan wisatawan,kesehatan masyarakat


lokal (penjamu), kesehatan pekerja di industri pariwisata ,kesehatan lingkungan daerah wisata
,keamanan pangan daerah wisata , kebijakan terkait kesehatan dan pariwisata

Pelayanan kedokteran wisata yang perlu dan dapat diberikan di travel clinic adalah.
konsultasi pra-perjalanan; imunisasi; bekal profilaksis, stand-by treatment, dan medical kit;
konsultasi dan penatalaksanaan penyakit pascaperjalanan. Di samping itu, setiap klinik perlu
mengembangkan sistem dokumentasi rekam medik dan sarana tambahan seperti konsultasi via
telepon, apotik dan pelayanan penjualan alat-alat untuk pencegahan penyakit. nformasi yang
aktual dan akurat sangat penting dalam kedokteran wisata sehingga rekomendasi yang diberikan
bukan didasarkan pada opini tetapi evidence-based. Nasihat perjalanan diberikan dalam bentuk
konsultasi dan edukasi mengenai risiko kesehatan yang mungkin dapat dialami klien selama
bepergian, baik sewaktu di perjalanan maupun setelah tiba di tempat tujuan. Pengetahuan yang
penting dikuasai oleh tenaga kesehatan sehubungan dengan hal ini antara lain medical
geography, distribusi dan epidemiologi penyakit infeksi, serta kondisi-kondisi tertentu dalam
perjalanan, misalnya problem ketinggian (high altitude), jet lag, mabuk perjalanan, temperatur
tinggi dan sebagainya (Sutarga, 2018).

Sebagian besar nasihat perjalanan akan dilanjutkan dengan penjelasan penyakit-penyakit


yang dapat dicegah denganimunisasi atau pemberian vaksin. Imunisasi hanya salah satu dari
beberapa strategi preventif dalam kedokteran wisata. Ada dua jenis imunisasi yang terkait
dengan perjalanan, yaitu imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Namun terlebih dahulu
harus dipastikan bahwa klien telah melengkapi jadwal pemberian imunisasi sesuai ketentuan
nasional, terutama untuk anak-anak. Jenis-jenis imunisasi dan cara pemberiannya tidak dibahas
dalam makalah ini. Penting dicatat bahwa dalam menawarkan imunisasi, klien harus
mendapatkan informasi sejelas-jelasnya, yang antara lain meliputi jenis imunisasi (wajib atau
dianjurkan), tujuan imunisasi, jenis patogen (termasuk strain-nya) yang dapat dicegah, daya
proteksi (berapa persen sesuai dengan merk vaksin), berapa lama kekebalan yang tercapai, kapan
perlu booster, dan yang terpenting, apa efek samping yang mungkin terjadi, mulai dari nyeri
setelah disuntik sampai risiko anafilaksis. Catatan lengkap harus dibuat sehubungan dengan
vaksin yang diberikan, termasuk merk dan nomor batch, dan pasien diminta menandatangani
informed consent (Sutarga, 2018)..

Pelayanan kedokteran wisata yang ideal merupakan suatu kesinambungan sejak sebelum
berangkat sampai setelah pulang dari perjalanan. Pelayanan konsultasi pasca-perjalanan
membutuhkan lebih banyak keahlian dan sumber daya (dokter spesialis, laboratorium dan
penunjang diagnostik lainnya). Hal ini dapat disiasati dengan membangun kerja sama antara
beberapa provider kesehatan, misalnya rumah sakit, laboratorium 24 jam, dan lain sebagainya

Pengetahuan tentang risiko suatu penyakit pada lokasi tertentu khususnya wisatawan
masih terbatas,Wisatawan yang berisko untuk mendapat penyakit saat wisata dibandingkan
orang lain, mungkin lebih berisiko untuk menderita penyakit lebih berat atau mempunyai
kontraindikasi untuk beberapa jenis vaksin atau obat-obatan. Kelompok risiko tinggi ini antara
lain: bayi dan anak-anak, orang lanjut usia, wanita hamil, keadaan defisiensi imun, mengidap
penyakit kronis ( DM, penyakit kardiovaskuler dan penyakit paru), wisatawan yang berwisata
jangka panjang dan yang mengunjungi teman atau keluarga (Merati et al., 2013).

Pelayanan kedokteran wisata dapat diberikan dalam klinik dokter umum, klinik di rumah
sakit atau klinik swasta untuk kedokteran wisata, dimana dokter yang melayani adalah dokter
yang mempunyai kompetensi di bidang kedokteran wisata. Peran dokter pada bidang ini
mencangkub beberpa elemen penting pencegahn penyakit dan kejadian spesifik pada wisatawan,
tidak hanya berdokus pada vaksinasi dan pemberian obat untuk pencegahn namun perannya
mengutamakan promosi kesehatan.Interaksi profesi sektor kesehatan (dokter, perawat, ahli
kesehatan masyarakat) sangat penting

Kesimpulanya bidang ilmu kedokteran wisata mempelajari ilmu kedokteran pencegahan,


mempelajari epidemiologi dari berbagai penyakit infeksi diberbagai belahan dunia termasuk
penanganannya, dan memberikan tatacara penanganan penyakit oleh yang bersangkutan atau
self-therapy. Kedokteran wisata menjadi penting karena pola penyakit di berbagai negaratidak
sama dan dapat berubah setiap saat, munculnya wabah penyakit infeksi yang baru (new
emerging infectious diseases) sehingga dengan adanya globalisasi, risiko untuk mendapat
penyakit tersebut pada orang yang bepergian atau wisatawan juga semakin meningkat.
SUMBER

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Policy Brief Pengembangan Wisata Kebugaran dan
Jejamuan.

levina S Pakasi. (2016). Kesehatan Wisata Kesehatan Wisata Daftar isi :

Merati, K. T. P., Wiraguna, A. A. G. P., Somia, I. K. A., Senapathi, T. G. A., Utama, I. M. S.,
Gayatri, A. A. A. Y., & Sukmawati, N. M. D. D. (2013). Buku Ajar Travel Medicine.
Udayana University Press, 53(9), 114–120.

Sutarga, dr wayan. (2018). Peran rs dalam travel medicine; mutu dan keselamatan pasien.

Wirawan, I. M. A. (2016). Peran Profesi Kesehatan dalam Upaya Kesehatan Definisi. 1–21.

Anda mungkin juga menyukai