Anda di halaman 1dari 15

Skenario 3

Perjalanan Dinas ke Afrika


Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke kantor kesehatan pelabuhan untuk melakukan
konsultasi. Ia mengatakan akan melakukan perjalanan dinas ke Afrika. Ia mengatakan akan
melakukan perjalanan dinas ke Afrika. Saat ini ia sedang mengurus persyaratan perjalanan,
dimana salah-satunya adalah harus memiliki setifikat vaksinasi yellow fever. Laki-laki tersebut
merupakan seorang awak kapal laut. Saat ini ia tidak memiliki keluhan. Dokter melakukan
pemeriksaan kesehatan untuk menilai resiko kesehatan sebelum perjalanan.

Step 5
1. Definisi dan ruang lingkup travel medicine
2. Apa saja faktor resiko travel medicine – dan faktor yang berhubungan dengan resiko
tersebut
3. Bagaimana mengkaji faktor resiko
4. Contoh penyakit yang dialami oleh traveller
5. Strategi pencegahan travel medicine yang diberikan oleh dokter dan contohnya

Step 6
BELAJAR MANDIRI

Step 7
1. Kedokteran wisata (KW) atau Travel Medicine adalah cabang ilmu kedokteran yang baru
dan bidang yang berkaitan dengan pencegahan dan penanganan masalah kesehatan pada
wisatawan manca Negara. KW terutama menangani masalah pencegahan dan penanganan
penyakit yang berhubungan dengan perjalanan. Bidang ilmu ini baru saja berkembang
dalam tiga dasa warsa terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan
internasional di seluruh dunia. Tahun 2003, World Tourism Organization (WTO) mencatat
ada 691 juta international arrivals di seluruh bandara di dunia dan tahun 2020
diproyeksikan akan meningkat sampai 1,56 milyar. Bidang ini adalah bagian dari ilmu
kedokteran yang bersifat unik karena bersifat multidisplin, dimana pada umumnya
berusaha mencegah terjadinya risiko perjalanan pada wisatawan, baik risiko infeksi
maupun non-infeksi. Karena itu bidang ilmu kedokteran wisata mempelajari ilmu
kedokteran pencegahan, mempelajari epidemiologi dari berbagai penyakit infeksi
diberbagai belahan dunia termasuk penanganannya, dan memberikan tatacara penanganan
penyakit oleh yang bersangkutan atau self-therapy.1
Kedokteran Wisata adalah cabang ilmu kedokteran yang masih baru yang bertujuan untuk
mencegah dan menangani penyakit dan masalah kesehatan yang terjadi pada wisatawan,
Bidang Kedokteran Wisata bersifat multidisipliner antara lain meliputi bidang ilmu
epidemiologi penyakit, terutama penyakit infeksi danpenyakit tropis, bidang kedokteran
pencegahan dan penanganan penyakit dan self-therapy. Kedokteran wisata penting karena

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


1
disamping jumlah orang yang mengadakan perjalanan semakin meningkat, tujuan
berwisata semakin beraneka ragam, juga pola penyakit di berbagai negara tidak sama dan
dapat berubah setiap saat. Dengan adanya globalisasi, risiko untuk mendapat penyakit
tersebut pada wisatawan juga semakin meningkat. Bidang ilmu ini utamanya mencakup
persiapan bagi wisatawan mulai dari sebelum, selama dan sesudah perjalanan. Berbagai
risiko yang berkaitan dengan wisata dapat terjadi, tergantung dari destinasi, jenis
transportasi, akomodasi dan aktifitas selama wisata; disamping kondisi kesehatan
wisatawan itu sendiri. Pelayanan kedokteran wisata dapat diberikan dalam klinik dokter
umum, klinik di rumah sakit atau klinik swasta untuk kedokteran wisata, dimana dokter
yang melayani adalah dokter yang mempunyai kompetensi di bidang kedokteran wisata.1
Dalam konsep yang lebih luas maka kita juga mulai mendengar istilah kesehatan
pariwisata (tourism health) dan pariwisata sehat (healthy tourism). Namun demikian,
sampai sejauh ini belum ditemukan definisi dan ruang lingkup untuk istilah-istilah tersebut
di literatur ilmiah. Dengan memperhatikan berbagai definisi sebelumnya, maka kesehatan
pariwisata dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu kesehatan masyarakat yang
mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan wisatawan, kesehatan
masyarakat daerah pariwisata, maupun semua pihak yang terkait dengan industri
pariwisata. Sedangkan pariwisata sehat adalah dampak yang diharapkan akibat penerapan
upaya-upaya kesehatan pariwisata.2

Figure 1: Konsep dan Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata.2

Faktor kunci dalam menentukan risiko yang mungkin dihadapi wisatawan adalah:3
• moda transportasi,
• tujuan,
• durasi dan musim perjalanan,
• tujuan perjalanan,
• standar akomodasi, kebersihan makanan dan sanitasi,

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


2
• perilaku wisatawan,
• kesehatan yang mendasari wisatawan.3
Kesehatan pariwisata dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu kesehatan masyarakat yang
mengkaji berbagai aspek kesehatan wisatawan dan kesehatan masyarakat di kawasan
pariwisata termasuk semua pihak, institusi dan sektor yang terkait, serta industri
pariwisata. Dalam praktiknya, kesehatan pariwisata menerapkan prinsip-prinsip ilmu
kesehatan masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan daerah pariwisata dan
integrasinya dengan berbagai aspek yang lebih luas. Melihat definisi tersebut maka upaya
kesehatan pariwisata dapat digolongkan kedalam empat domain utama yaitu kesehatan
wisatawan, kesehatan populasi di daerah destinasi, kesehatan, keselamatan dan lingkungan
industri pariwisata, serta upaya peningkatan elemen pendukung terkait lainnya, seperti
infrastruktur, peran industri pariwisata, dan kebijakan terkait kesehatan dan pariwisata.4

Figure 2: Cakupan dan keterkaitan berbagai terminologi dalam bidang kedokteran dan kesehatan wisata.4

2. Risiko yang dihadapi wisatawan selalu berhubungan dengan daerah wisata, lama dan
musim saat berwisata, tujuan berwisata, tempat tinggal, kebersihan makanan/minuman,
perilaku atau aktivitas dan kondisi kesehatannya.1
Beberapa penelitian menunjukkan pada wisatawan penyebab kematian yang paling sering
adalah penyakit kardiovaskuler (50-70%), trauma dan kecelakaan (sampai 25%), dan
penyakit infeksi pada 2,8 – 4% kematian. Selain itu penelitian morbiditas menunjukkan
sekitar 50% wisatawan dari Negara maju yang tinggal selama satu bulan di Negara
berkembang akan menderita sakit, terutama yang paling sering adalah traveler’s diarrhea.1
Risiko pada wisatawan tergantung cara wisata melalui udara atau laut, sehingga mungkin
mengalami mabuk perjalanan, gangguan akibat penurunan tekanan saturasi oksigen,
kelembaban udara, jet-lag, thrombosis vena, masalah aklimatisasi, heatstroke, kedinginan,
terbakar matahari, kecelakaan, gigitan serangga atau binatang. Mungkin terjadi penularan
penyakit melalui makanan, minuman, tanah, kontak seksual, dan paparan cairan tubuh.

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


3
Disamping itu kemungkinan risiko terinfeksi beberapa penyakit infeksi yang tidak dapat
dicegah dengan vaksin, antara lain infeksi dengue, HIV, amubiasis, dan filariasis.1
Risiko wisata juga berbeda pada kelompok/individu tertentu yang disebut kelompok risiko
khusus, seperti wanita hamil, anak2, orang lanjut usia, penyakit jantung dan paru, imun
defisiensi dan diabetes, ekspatriat dan wisatawan yang mengunjungi keluarga atau teman.1
Kedokteran Wisata mempersiapkan wisatawan sebelum memulai perjalanan dengan
memberikan konsultasi pra wisata, evaluasi kondisi kesehatan dan kebutuhan vaksinasi
atau pemberian obat profilaksis sebelum keberangkatan; rencana selama wisata, mengikuti
keadaan dan kemungkinan pengobatan yang diperlukan setelah kembali dari perjalanan.1
3.
a. Wisatawan ODHA
Perjalanan wisata pada orang yang terinfeksi HIV bukanlah hal yang tidak mungkin.
Suatu survey yang dilakukan di klinik dan rumah sakit yang merawat pasien terinfeksi
HIV di California pada era pra HAART (highly active antiretroviral therapy)
menunjukkan Odha dengan median CD4 120/mm3 dalam dua tahun terakhir sebanyak
46% telah berwisata di dalam negeri (USA) dan 20% bepergian keluar negeri. Alasan
perjalanan ada beberapa, diantaranya sejumlah 30% responden menyatakan bahwa ini
adalah kesempatan terakhir untuk bepergian. Dengan adanya keberhasilan pengobatan
dengan HAART untuk Odha diseluruh dunia, semakin banyak Odha dapat melakukan
perjalanan wisata dari satu tempat ke tempat lainnya baik perjalanan lokal maupun
perjalanan internasional. Suatu penelitian pasca HAART di Kanada menunjukkan hal
tersebut, dimana Odha dengan median CD4 440/mm3, sebanyak 57 % yang lahir diluar
Kanada mengadakan perjalanan pulang kampung ke negeri asalnya untuk
mengunjungi keluarga dan teman (VFRs), dan 43% dari yang lahir di Kanada
mengadakan perjalanan keluar negeri untuk berlibur dan bisnis. Adapun daerah tujuan
wisatanya secara urutan terbanyak adalah Afrika Sub-Sahara, Karibia, Amerika
Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara (Sherrard 1997-2007). Disamping itu orang
yang bepergian mempunyai kemungkinan untuk lupa minum obat, dalam hal ini ARV
yang harus diminum secara disiplin dan tepat waktu. Keadaan ini sangat berisiko
karena dapat menimbulkan resistensi. Perilaku orang yang bepergian sudah banyak
diteliti, dimana ditemukan lebih dari 10% Odha dan sejumlah proporsi tertentu Odha
oleh karena satu dan lain sebab menghentikan ARV selama dalam perjalanan. Keadaan
ini merupakan tantangan bagi petugas kesehatan untuk dapat membantu dan
mempersiapkan perjalanannya secara lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan Odha
baik persiapan pra wisata, selama dalam perjalanan wisata dan setelah kembali dari
perjalanannya (pasca wisata).1
b. Wisata dengan anak
Wisata dengan anak sudah menjadi gaya hidup pada jaman globalisasi saat ini. Jumlah
anak yang melakukan perjalanan wisata lintas negara mengalami peningkatan secara
dramatis. Data mengenai insiden penyakit pada anak-anak yang berhubungan dengan
kegiatan wisata sangat terbatas, pada 2014 diperkirakan 2.44 juta wisatawan
international dari Amerika adalah anak-anak atau orang dewasa yang berwisata dengan
mengajak anak-anak. Wisata bersama anak-anak, tentu memerlukan persiapan yang
berbeda dengan orang dewasa pada umumnya, karena membutuhkan persiapan
tersendiri sesuai dengan perbedaan imunitas serta kematangan pertumbuhannya untuk
bayi, anak atau remaja.1

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


4
Dalam perjalanan wisata bersama anak perlu mempertimbangakan perubahan suasana
lingkungan, makanan dan gaya hidup, bertemu orang–orang baru dengan adat kebiasan
yang berbeda, serta keamanan dan kenyamanan sarana transportasi wisata. Risiko
tertinggi untuk terjadi trauma dan kematian pada anak selama perjalanan wisata adalah
akibat kecelakaan kendaraan. Disamping itu terdapat hal penting lain adalah risiko
paparan berbagai jenis mikroorganisme yang mungkin berbeda dengan di negeri
asalnya, sehingga anak belum memiliki kekebalan terhadap mikroorganisme tersebut.
Oleh sebab itu bila bepergian ke luar negeri dalam waktu lama, anak memerlukan
vaksinasi lengkap sebelum keberangkatan.1
Konsultasi dengan dokter keluarga sangat diperlukan sekurang-kurangnya 8 minggu
sebelum keberangkatan (lebih awal lebih baik), sehingga dapat direncanakan tindakan
pencegahan untuk penyakit-penyakit infeksi ataupun bila anak mempunyai penyakit
kronik. Informasi mengenai risiko kesehatan yang mungkin dapat dialami dalam
perjalanan ataupun setelah tiba di tempat tujuan sangatlah penting. Hal ini menyangkut
kondisi geografi, distribusi dan epidemiologi penyakit infeksi serta kondisi-kondisi
tertentu dalam perjalanan misalnya problem ketinggian, mabuk perjalanan, temperatur
tinggi dan sebagainya.1
c. Wisatawan lanjut usia
Sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup, populasi usia lanjut secara global
mengalami peningkatan. Perubahan ini juga berdampak pada trend traveling, dimana
angka international traveler pada segmen usia di atas 60 tahun mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Data tahun 2017 menunjukkan 5 – 10 persen international traveler di
United State berusia lanjut dan data Eurostat menunjukkan 10 – 26 persen traveler di
Eropa berusia di atas 65 tahun.1
Proses penuaan dan perubahan fisiologisnya berefek pada perubahan parameter klinis
dan peningkatan insiden penyakit sehingga traveler dengan usia lanjut memiliki risiko
lebih tinggi mengalami travel-related diseases (TRD).1
d. Wisatawan ibu hamil
Di era globalisasi ini, industri pariwisata berkembang pesat. Akibat mudahnya
transportasi dan komunikasi dunia pada milenium ketiga ini serasa semakin kecil. Pada
tahun 2000 tercatat 664 juta orang bepergian lintas negara, dan WTO (World Tourist
Organisation) memperkirakan tahun 2010 akan meningkat 80% dan pada tahun 2020
mencapai 1.602 milyar. Selain peningkatan jumlah yang hampir 3 kali lipat dalam 20
tahun, hal ini akan berdampak pada kesehatan karena pajanan terhadap penyakit
infeksi akan semakin tinggi dan akan lebih mudah terjadi perpindahan mikroorganisme
pathogen ke berbagai negara. Apalagi bepergian dalam kondisi hamil tentu
memerlukan persiapan yang berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. Perjalanan
wisata bersama ibu hamil memerlukan persiapan khusus, mempertimbangkan usia
kehamilan yang aman untuk perjalanan, golongan darah dan Rhesus, status imunisasi
serta keamanan dan kenyamanan sarana transportasi wisata.1
e. Wisatawan dengan penyakit kronis
Diantara individu yang melakukan traveling untuk tujuan wisata, pekerjaan atau
mengunjungi keluarga, terdapat segmen yang perlu mendapatkan perhatian khusus
karena risiko mengalami gangguan kesehatan akan lebih tinggi pada populasi tersebut.
Termasuk diantaranya: bayi dan anak anak, wanita hamil, usia lanjut, penderita cacat,
immunocompromised dan orang–orang yang sudah memiliki masalah kesehatan

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


5
kronis; seperti penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung, stroke), gangguan
pernafasan kronis, dan diabetes mellitus dan imunocompromised. Kelompok -
kelompok tersebut memerlukan evaluasi khusus dan dibekali pengetahuan terkait
kondisi mereka dan daerah wisata yang akan dituju.1
Satu dari lima travelers melaporkan memiliki penyakit kronis, dan paling banyak
dijumpai pada individu yang akan melakukan ibadah haji. Dari jumlah tersebut hanya
40 persen dengan penyakit kronis yang meminta advis ke praktisi travel medicine.
Penelitian menunjukkan penyakit dasar atau masalah kesehatan kronis yang paling
sering dijumpai pada traveler adalah diabetes mellitus, gangguan imunitas karena
penggunaan imunosupresan, penurunan pertahanan mukosa gaster, masalah
cardiovascular termasuk hipertensi dan infeksi HIV. Insiden travel related-diseases
(TRDs) pada individu yang memiliki penyakit dasar lebih tinggi dibandingkan traveler
sehat; setiap satu episode traveling, TRDs setidaknya 2 kali lebih sering terjadi pada
traveler dengan penyakit dasar.1
4.
a. Hepatitis A
Infeksi hepatitis A dianggap sebagai salah satu infeksi terkait perjalanan yang paling
umum yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Meskipun tingkat infeksi telah menurun
drastis dengan diperkenalkannya vaksin yang efektif, serta sanitasi dan kebersihan
yang lebih baik, risiko tetap ada bagi para pelancong ke Afrika, Asia dan Amerika
Latin. Di Amerika Serikat, sebagian besar kasus baru terkait dengan perjalanan
internasional.5
Vaksin hepatitis A pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992, dan pada awalnya
hanya diberikan kepada orang yang berisiko tertular infeksi. Vaksinasi universal
terhadap hepatitis A untuk anak di atas usia satu tahun direkomendasikan di Amerika
Serikat pada Mei 2006. Vaksin hepatitis A tersedia dalam tiga bentuk. Vaksin mati
(Havrix® diproduksi oleh GlaxoSmithKline dan Vaqta® diproduksi oleh Merck & Co.,
Inc.) diberikan dalam dua dosis dengan jarak 6 bulan. Vaksin hepatitis A kedua yang
dikombinasikan dengan hepatitis B (Twinrix® diproduksi oleh GlaxoSmithKline)
diberikan dalam tiga dosis (0, 1 dan 6 bulan). Kombinasi vaksin hepatitis A dan tifus
(HepatyrixTM diproduksi oleh GlaxoSmithKline dan ViatimTM diproduksi oleh
Sanofi Pasteur) tersedia di Eropa. Ini diberikan dalam dua dosis dengan jarak 6 bulan.
Perbandingan efektivitas dan tolerabilitas telah dipelajari oleh berbagai kelompok.
Tidak diperlukan dosis tambahan vaksin hepatitis A bagi mereka yang menyelesaikan
seri awal. Seperti yang diharapkan, pemberian vaksin kombinasi – sehingga
mengurangi jumlah suntikan sebelum perjalanan – membantu membuat imunisasi
yang direkomendasikan ini lebih dapat diterima.5
b. Typhoid
Tifoid (demam enterik/enteric fever) telah mengambil alih hepatitis A sebagai penyakit
yang paling dapat dicegah dengan vaksin pada wisatawan. Sebagian besar infeksi
diperoleh di Asia. Sejarah penelitian vaksin tifoid sangat menarik. Vaksin pertama
dikembangkan sejak tahun 1890-an. Vaksin awal memiliki efek samping yang parah.
Vaksin yang aman sekarang tersedia dan penelitian yang sedang berlangsung
melibatkan investigasi untuk meningkatkan kemanjuran vaksin.5
Di Amerika Serikat, vaksin tifoid tersedia dalam dua bentuk. Vaksin suntik mati
(Typhim Vi) digunakan dalam dosis tunggal, disetujui untuk digunakan setelah usia 2

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


6
tahun. Ini membutuhkan dosis berikutnya setelah setiap dua tahun bagi mereka yang
kembali ke negara berisiko. Vaksin oral hidup yang dilemahkan (Vivotif®) disetujui
untuk digunakan setelah usia 6 tahun. Ini diresepkan sebagai satu kapsul pada hari
alternatif untuk empat dosis. Vaksin ini membutuhkan dosis berulang setelah lima
tahun pada mereka yang kembali ke negara berisiko. Vaksin hidup dikontraindikasikan
pada mereka yang memiliki gangguan sistem kekebalan. Vaksin ini dianggap aman,
meski perlindungannya hanya sekitar 70%. Vaksinasi terhadap tifus harus diselesaikan
minimal 1 minggu sebelum perjalanan.5
c. Polio
Polio disebabkan oleh enterovirus yang ditularkan melalui rute fecal-oral. Inisiatif
Pemberantasan Polio Global (Global Polio Eradication Initiative/GPEI) dan upaya
organisasi serupa telah menghasilkan eliminasi polio dari Eropa Barat, Amerika dan
sebagian besar negara di Afrika dan Asia. Namun, polio tetap endemik di beberapa
negara tropis di Afrika dan Asia. Penghapusan tidak berhasil di Pakistan, Afghanistan
dan Nigeria. Pada tahun 2012, jumlah kasus polio baru yang dilaporkan secara global
adalah 222, dimana 216 kasus dilaporkan dari ketiga negara tersebut. India – salah
satu tujuan perjalanan umum untuk pariwisata dan bisnis – belum melaporkan kasus
baru selama dua tahun terakhir.5
Dua jenis vaksin polio tersedia, vaksin hidup tersedia dalam bentuk oral (Oral
Form/OPV), dan vaksin tidak aktif yang diberikan sebagai injeksi intramuskular
(Intramuscular Injection/IPV). Hanya IPV yang digunakan di Amerika Serikat. Orang
dewasa yang telah menerima seri vaksin polio primer dan bepergian ke negara-negara
endemik polio, serta negara-negara tetangganya, direkomendasikan satu dosis penguat
IPV sebelum bepergian. Daftar negara yang diperbarui di mana dosis penguat
dianjurkan sebelum perjalanan tersedia di situs web CDC.5
d. Yellow fever
Demam kuning (Yellow Fever/YF) adalah infeksi virus yang ditularkan nyamuk
endemik di negara-negara tropis Afrika dan Amerika Selatan. Sebagian besar wabah
sebelumnya terjadi di Afrika Barat, tetapi baru-baru ini peningkatan jumlah kasus
dilaporkan dari Afrika Tengah. Wabah terbaru di Darfur telah mengakibatkan 71
kematian di antara lebih dari 800 kasus yang dicurigai seperti yang dilaporkan oleh
Kementerian Kesehatan Sudan dan WHO. Di Amerika Selatan, YF terlihat di daerah
pedesaan Peru dan Bolivia. Namun, baru-baru ini, kasus telah dilaporkan di daerah
perkotaan termasuk kota wisata utama di Brasil. Ringkasan terbaru dari epidemiologi
YF dan rekomendasi untuk vaksin YF termasuk negara-negara di mana vaksinasi YF
direkomendasikan untuk pelancong diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC).5
Vaksin YF adalah vaksin hidup yang diberikan sebagai suntikan intramuskular
tunggal. 80%-100% individu yang menerima vaksin mengembangkan antibodi
penawar. Vaksin idealnya diberikan minimal 21 hari sebelum melakukan perjalanan
ke daerah berisiko. Respon antibodi tertunda pada orang tua dan risiko efek samping
juga meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun antibodi telah terdeteksi bahkan
19 tahun setelah pemberian vaksin awal, vaksin diharapkan dapat memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah itu diperlukan vaksin ulangan bagi mereka yang
kembali ke daerah berisiko. Karena vaksin YF adalah vaksin hidup, ini relatif
dikontraindikasikan pada orang dengan disfungsi kekebalan dan bayi berusia kurang

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


7
dari 6 bulan. Risiko dan manfaat vaksinasi pada orang dengan HIV dan wanita hamil
dibahas secara rinci dalam pedoman ringkasan CDC.5
e. Japanese Encephalitis
Japanese Encephalitis (JE) adalah endemik infeksi virus yang ditularkan nyamuk di
daerah pedesaan Asia dan Pasifik Barat. Pertama kali diisolasi pada tahun 1935, JE
dianggap sebagai penyebab paling umum dari ensefalitis yang dapat dicegah dengan
vaksin di Asia. Dalam sebuah penelitian dari Bangladesh, 3 dari 13 kasus virus
meningo-ensefalitis dikaitkan dengan JE. Risiko diharapkan terjadi terutama di daerah
pedesaan pertanian padi dan babi di negara-negara tersebut. Peta distribusi geografis
dari infeksi ini serta informasi rinci dari masing-masing negara mengenai musim
penularan dan wilayah yang terkena dampak tersedia di situs web CDC. Vaksinasi
terhadap JE direkomendasikan untuk pelancong ke daerah endemik ini. Ixiaro® adalah
vaksin tidak aktif yang tersedia di Amerika Serikat. Ini diberikan sebagai dua suntikan
intramuskular dengan jarak 28 hari. Ini dilisensikan untuk digunakan pada individu
berusia 17 tahun ke atas, tetapi uji klinis pada populasi anak menunjukkan profil
keamanan yang baik. Dosis penguat tunggal satu tahun setelah seri primer
direkomendasikan untuk pelancong yang kembali ke daerah berisiko tinggi. Namun
jika sudah lebih dari dua tahun sejak seri primer, seri 2 dosis vaksin mungkin
diperlukan untuk pelancong yang kembali ke daerah endemik JE.5
f. Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai kelompok mikroorganisme termasuk
bakteri dan virus. Juga, meningitis "tidak menular" dapat disebabkan oleh berbagai
bahan kimia termasuk obat-obatan. Meningitis meningokokus disebabkan oleh bakteri
Neisseria meningitides dan terjadi di seluruh dunia. Namun, para pelancong ke Afrika
– terutama “sabuk meningitis” Afrika sub-Sahara dan beberapa negara di Asia
dianggap berisiko tinggi tertular infeksi dan direkomendasikan vaksinasi pencegahan
sebelum bepergian. Jemaah haji ke Mekkah dan Madinah di Arab Saudi juga
diwajibkan mendapatkan vaksin meningitis. Penularannya adalah orang ke orang
melalui sekret pernapasan. Ada lima serotipe utama N. meningitides (A, B, C, Y dan
W-135) yang terkait dengan penyakit ini. Dua vaksin konjugasi quadrivalen (MCV4)
dilisensikan untuk digunakan di Amerika Serikat (Menactra oleh Sanofi Pasteur dan
Menveo oleh Novartis) dan disetujui untuk digunakan pada orang berusia 9 bulan
hingga 55 tahun. Vaksin polisakarida (MPSV4) (Menomune oleh Sanofi Pasteur) juga
tersedia. Ini diberikan kepada mereka yang berusia di atas 55 tahun dan juga dapat
diberikan kepada siapa saja yang berusia di atas 2 tahun. CDC merekomendasikan
vaksinasi 2 dosis rutin dimulai pada usia 11-12 tahun. Dosis penguat
direkomendasikan setiap lima tahun untuk individu dengan kondisi medis tertentu
yang menempatkan mereka pada risiko penyakit meningokokus, serta pelancong ke
daerah endemik. Vaksin yang tersedia saat ini tidak termasuk serotipe “B” dan
penelitian untuk pengembangan vaksin melawan serotipe ini sedang berlangsung.5
g. Malaria
Malaria disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Ini endemik di banyak negara tropis. Ada
lima spesies utama plasmodium yang dapat menginfeksi manusia. Pada tahun 2010
diperkirakan 219 juta kasus, dengan 660.000 kematian akibat malaria dilaporkan
dalam versi terbaru dari “World Malaria Report”. Sebanyak 40% dari kasus ini

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


8
dilaporkan hanya dari tiga negara – Republik Demokratik Kongo, Nigeria dan India.
Spesies plasmodium knowlesi yang paling baru diidentifikasi mungkin telah lazim
pada tingkat rendah di Asia Tenggara selama beberapa tahun dan bertanggung jawab
atas peningkatan jumlah kasus malaria di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir.
Membedakannya secara morfologis dari plasmodium malariae sulit dan diagnosis
membutuhkan tes PCR. Kasus yang tidak rumit dapat diobati dengan klorokuin,
sedangkan kasus yang lebih parah memerlukan artenusat intravena. Sebagian besar
kasus yang terlihat di Amerika Serikat adalah pada orang yang kembali dari perjalanan
ke daerah endemik malaria. Aspek terpenting pencegahan malaria pada wisatawan
adalah pencegahan gigitan nyamuk dan penggunaan pil antimalaria profilaksis
(chemoprophylaxis). Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2012, CDC
melaporkan bahwa dari pasien di Amerika Serikat yang didiagnosis dengan malaria
saat kembali dari perjalanan, hanya 25% yang menggunakan kemoprofilaksis.
Klorokuin, doksisiklin, meflokuin, dan malaron adalah empat obat yang paling umum
digunakan di Amerika Serikat untuk kemoprofilaksis malaria. Panduan terperinci
mengenai spesies plasmodium dan obat-obatan yang direkomendasikan saat bepergian
tersedia di situs web CDC. Pilihan pengobatan tergantung pada negara perjalanan
(spesies plasmodium dan pola resistensi di negara itu), kondisi medis yang mendasari
pelancong dan preferensi pribadi pasien terakhir.5
Chloroquine diberikan sebagai tablet tunggal untuk diminum seminggu sekali.
Profilaksis dimulai satu minggu sebelum perjalanan, dilanjutkan seminggu sekali
selama perjalanan dan sekali seminggu selama empat minggu setelah meninggalkan
daerah berisiko malaria. Sayangnya, resistensi klorokuin terlihat di sebagian besar
negara di Afrika dan Asia, serta di beberapa negara di Amerika Selatan. Evolusi
resistensi klorokuin dan munculnya malaria yang sangat resisten di “episentrum
resistensi obat”-perbatasan Thailand-Kamboja-telah ditinjau secara elegan oleh Mita
dan Tanabe. Mefloquine, malarone atau doxycycline tersedia untuk digunakan saat
bepergian ke negara-negara dengan malaria yang resisten terhadap klorokuin. Dosis
meflokuin mirip dengan klorokuin. Ini dihindari pada orang dengan riwayat penyakit
kejiwaan dan gangguan kejang. Resistensi mefloquine terlihat di beberapa negara di
Asia Tenggara. Malarone adalah obat kombinasi (atovaquone dengan proguanil). Ini
diberi dosis sebagai tablet tunggal untuk diminum sekali sehari. Profilaksis harus
dimulai 2 hari sebelum kedatangan di negara endemik, dilanjutkan setiap hari saat
berada di daerah endemik dan kemudian selama satu minggu setelah kembali dari
daerah berisiko malaria. Ini dikontraindikasikan pada kehamilan dan pada pasien
dengan penyakit ginjal. Dosis chloroquine, mefloquine dan malarone harus
disesuaikan dengan berat badan saat diresepkan untuk anak-anak. Doksisiklin
direkomendasikan dalam dosis satu tablet setiap hari, dimulai 2 hari sebelum tiba di
daerah endemik, dilanjutkan setiap hari saat berada di daerah endemik dan selanjutnya
selama empat minggu setelah kembali. Ini merupakan kontraindikasi pada anak-anak
dan pada kehamilan. Ini adalah obat yang paling murah yang diresepkan untuk
profilaksis malaria.5
Malarone adalah agen yang paling sering diresepkan pada pasien yang dievaluasi oleh
Global TravEpiNet dan penulis mempertanyakan penggunaan agen yang mahal ini
secara berlebihan. Ini bisa menjadi sekunder dari ketakutan pasien (atau dokter)
terhadap gejala neuropsikiatri yang dilaporkan dengan meflokuin. Dalam studi double-

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


9
blind acak yang membandingkan mefloquine versus malarone, efikasi dan jumlah efek
samping sebanding, meskipun tingkat penghentian lebih tinggi untuk mefloquine.
Dalam sebuah studi dari Swiss yang melibatkan lebih dari 1000 pelancong, penulis
melaporkan bahwa 45% pelancong memilih mefloquine, 21% memilih malarone, dan
18% memilih doksisiklin. Pasien diberi tabel berwarna dengan data yang
membandingkan ketiga obat sehubungan dengan rejimen dosis, sifat dan tingkat efek
samping, kemanjuran dan harga. Para penulis menyimpulkan bahwa lebih banyak
pasien yang memilih mefloquine ketika mereka diberi informasi objektif tentang
berbagai agen yang tersedia untuk kemoprofilaksis malaria. Mefloquine juga
merupakan agen yang paling umum digunakan yang dilaporkan dalam Ringkasan
Surveilans Malaria CDC 2010.5
Upaya untuk mengurangi beban penyakit di seluruh dunia termasuk penelitian menuju
pengembangan vaksin malaria yang aman dan efektif. Kemanjuran sederhana dengan
kandidat vaksin-RTS, S/AS01 (33%) dalam uji coba fase 3, dan RTS,S/AS02 (50%)
dalam uji coba fase 2b di Tanzania cukup menggembirakan.5
h. Dengue
Demam berdarah adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi. Ini endemik di banyak negara tropis Asia Tenggara,
beberapa tujuan wisata populer di Amerika Selatan dan Puerto Rico, dengan hampir
satu juta infeksi baru setiap tahun. Organisasi Kesehatan Dunia menganggap demam
berdarah sebagai infeksi virus yang ditularkan melalui arthropoda yang paling penting
pada manusia. Ada sejumlah kandidat vaksin yang sedang diselidiki. Sayangnya, saat
ini tidak ada vaksin yang tersedia untuk penggunaan rutin. Oleh karena itu, wisatawan
disarankan untuk mengenakan pakaian yang menutupi sebagian besar kulit terutama
pada siang hari saat nyamuk paling aktif, serta menggunakan DEET pada kulit serta
pakaian yang terbuka.5
i. Diarrheal Illness and Food and Water-Borne Diseases
Banyak penelitian merangkum penyakit pada orang yang kembali ke rumah dari
perjalanan ke luar negeri melaporkan bahwa diare dan gastrointestinal lainnya masalah
adalah gejala yang paling umum. Diare Wisatawan (Traveler’s Diarrhea/TD) adalah
istilah non-spesifik dan dapat mencakup infeksi dan non-penyebab menular dari tinja
yang encer pada seseorang yang kembali dari perjalanan ke negara lain. Episode diare
cair yang sangat singkat dapat terjadi oleh intoleransi terhadap makanan atau rempah-
rempah, sedangkan penyebab infeksi diare mungkin menjadi bakteri, virus atau parasit.
Sangat sulit diantisipasi penyebabnya TD. Semua pelancong juga harus diberi tahu
tentang kebersihan tangan yang benar sebagai pencegahan makanan dan air. Pada
umumnya makanan dimasak panas dan disegel cairan botol harus disarankan.
Beberapa bakteri yang paling umum patogen yang terkait dengan TD termasuk
campylobacter, salmonella, shigella dan escherichia coli. Wisatawan disarankan
untuk membawa antibiotik fluoroquinolone (ciprofloxacin) jika mereka berkembang
diare parah. Kuinolon dikontraindikasikan pada kehamilan, dan campylobacter yang
resisten kuinolon dan infeksi lainnya lazim di beberapa negara terutama di Asia
Selatan. Azitromisin adalah direkomendasikan sebagai antibiotik alternatif. Rifaximin
yang bertindak lokal di saluran pencernaan tanpa penyerapan sistemik juga dapat
digunakan. Kolera endemik di beberapa Afrika dan Asia negara tropis dan wabah telah
terjadi di daerah non-endemik setelah bencana alam seperti yang terlihat di Haiti.

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


10
Sayangnya tidak efektif vaksin tersedia di Amerika Serikat. Relawan dan wisatawan
lainnya ke daerah-daerah ini harus benar-benar mematuhi kebersihan makanan dan air.
Semua pelancong harus disarankan untuk melapor ke dokter mereka saat kembali
rumah jika mereka mengalami diare selama perjalanan atau segera setelah mereka
kembali. Tes tinja dapat diindikasikan untuk mencari parasit gastrointestinal terlihat di
negara-negara tropis (Figure 3).5

Figure 3: Vaksin Perjalanan dengan informasi tentang batasan usia, waktu optimal pemberian sebelum perjalanan, dosis
dan durasi perlindungan.5

Penelitian vaksin untuk berbagai bakteri, virus, dan parasit gastrointestinal sedang
berlangsung, tetapi tidak ada vaksin yang tersedia untuk penggunaan rutin.5
5.
a. Konsultasi pratravel
Konsultasi pra-wisata merupakan bagian penting dari Kedokteran Wisata yang
bertujuan untuk mempersiapkan wisatawan sebelum keberangkatannya, baik
mengenai vaksinasi, pemberian profilaksis anti-malaria dan item medis lain yang
diperlukan. Dalam konsultasi pra wisata diberikan nasihat perjalanan dalam bentuk
konsultasi dan edukasi mengenai risiko terhadap kesehatan, keamanan dan
pencegahannya disamping menilai kondisi fisik calon wisatawan. Informasi yang
diberikan adalah informasi terbaru yang akurat. Konsultasi sebaiknya dilakukan 4 – 8
minggu sebelum keberangkatan, terutama untuk wisata jangka panjang. Namun
demikian konsultasi 1- 2 hari pra wisata dapat bermanfaat juga pada wisatawan yang
mendadak harus berangkat. Data menunjukkan dari sekitar 600 juta wisata di seluruh
dunia, hanya sebagian kecil saja (8%) yang mempersiapkan diri dengan baik dengan
melakukan konsultasi pra wisata sebelum memulai perjalanan. Hal ini menjadi
perhatian karena sebenarnya banyak risiko perjalanan yang dapat dicegah bila
persiapan perjalanan dilakukan dengan baik.1
Untuk mempersiapkan calon wisatawan sebelum keberangkatannya, maka dilakukan
konsultasi pra wisata dengan cara:1
• Melakukan risk-assesment individual.
Dalam hal ini, ilmu kedokteran wisata memberikan rekomendasi yang
diperlukan seorang calon wisatawan berdasarkan penilaiannya terhadap
kondisi kesehatan individu tersebut. Kondisi kesehatan mungkin baik, atau
mungkin kurang baiksehingga berisiko menjadi sakit dalam perjalanan
wisatanya dan menilai seberapa berat masalahnya nanti bagi wisatawan
tersebut. Disamping menilai kondisi kesehatan calon wisatawan, ada empat
komponen penting yang dinilai dalam melakukan risk-assesment ini yaitu
destinasi, transportasi, akomodasi dan aktivitas wisatawan selama berwisata.1

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


11
• Memberi informasi dan edukasi calon wisatawan dalam hal mengenal risiko
perjalanan dan cara mencegahnya. Disamping itu informasi harus datang ke
klinik wisata seandainya pasca wisata mengalami sakit.
• Memberikan vaksinasi, obat profilaksis dan self treatment bila diperlukan.1

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


12
b. Persiapan travelling-travel kit
Perjalanan, baik untuk tujuan wisata, bisnis atau mengunjungi keluarga dan teman,
kunjungan ke luar kota, luar pulau ataupun luar negeri memerlukan persiapan untuk
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Persiapan sebelum traveling meliputi
pengaturan akomodasi, travel documents, passport atau kartu identitas diri, pakaian
dan perlengkapan harian dan travel kit. Travel kit merupakan kumpulan barang barang,
pernak pernik esensial yang disiapkan untuk mengantisipasi kedaruratan. Apa yang
termasuk di dalam travel kit akan tergantung pada beberapa pertimbangan, diantaranya
tujuan perjalanan, tempat yang dituju, lama berkunjung, dan kebutuhan (terkait usia
dan kondisi kesehatan sebelum bepergian).1
Traveler, terutama international traveler dan atau kunjungan dalam jangka waktu lama,
aapun tujuan perjalanan, harus merancang dan mempersiapkan travel kit yang mudah
dibawa (hand carry). Mempersiapkan travel kit bisa dilakukan sendiri atau membeli
paket travel kit yang saat ini mudah diakses online. Komposisi travel kit selayaknya
mensuplai kebutuhan: obat rutin untuk kondisi medis (bila ada) dan obat darurat bila
terjadi kekambuhan, pencegahan penyakit dan cedera, serta pengobatan marginal
selama traveling.1
Toiletries juga disertakan dalam jumlah cukup untuk selama waktu perjalanan, kecuali
bila tersedia di daerah tujuan wisata. Toiletries meliputi perangkat perawatan gigi
(pasta gigi, sikat gigi, dental floss), perawatan mata (termasuk contact lens), perawatan
kulit dan personal hygiene.1
c. Vaksinasi pada wisatawan
Pada era globalisasi saat ini, dimana perjalanan wisata di dalam dan ke luar negeri
sangat mudah dan meningkat, maka juga akan disertai dengan peningkatan risiko
paparan terhadap agen-agen penyebab infeksi. Salah satu upaya pencegahan terhadap
penyakit infeksi yang paling efektif adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan
salah satu jenis intervensi kesehatan dengan pemberian vaksin atau antigen yang dapat
merangsang pembentukan antibodi dari sistem kekebalan manusia. Vaksinasi yang
diberikan sebelum berpergian dapat mengurangi risiko wisatawan mendapat penyakit
infeksi spesifik tertentu, sehingga ikut memberikan kontribusi mencegah penyebaran
penyakit infeksi di daerah tujuan wisata, tempat asal wisatawan dan secara global.
Peraturan kesehatan Internasional tahun 2005 merekomendasikan vaksinasi penyakit
demam kuning pada wisatawan yang akan berpergian ke daerah tropis di Afrika dan
Amerika utara selatan. Berikut akan diuraikan tentang vaksinasi pada wisatawan.1
Vaksinasi yang direkomendasikan pada wisatawan sebelum berpergian adalah sebagai
berikut:1
• Vaksinasi selektif adalah jenis vaksinasi yang dianjurkan sebelum berpergian
ke daerah tujuan tertentu yang berisiko terhadap penyakit infeksi tertentu,
meliputi: kolera, hepatitis A dan /atau E, japanese encephalitis, meningokokus,
polio, rabies, tick-borne encephalitis, yellow fever dan demam tifoid.1
• Vaksinasi yang diperlukan sebelum masuk ke negera tertentu berdasarkan
peraturan kesehatan internasional, yang meliputi: Demam kuning,
Meningokokus dan polio.1
• Vaksinasi rutin adalah jenis vaksinasi yang secara rutin didapat oleh setiap
wisatawan yang akan berpergian, meliputi: difteri, tetanus dan pertusis,
hepatitis B, Haemophillus influenza type b, human Papillomavirus, influenza

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


13
(seasonal), measles, mumps dan rubella (MMR), pneumokokus, poliomyelitis,
rotavirus, tuberculosis dan varicella.1

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


14
DAFTAR PUSTAKA
1. Merati, Ketut Tuti Parwati. 2019. Buku Ajar Travel Medicine. Denpasar: Udayana
University Press.
2. Wirawan, Made Ady. 2016. Kesehatan Pariwisata: Aspek Kesehatan Masyarakat di
Daerah Tujuan Wisata. Denpasar: Pusat Kajian Kesehatan Pariwisata.
3. World Health Organization. 2012. International Travel and Health. Switzerland: World
Health Organization.
4. Wirawan, Made Ady. 2022. Orasi Ilmiah Kesehatan Pariwisata: Pendekatan Integratif
untuk Memperkuat Keamanan Kesehatan Global. Denpasar: Panuduh Atma Waras
5. Rapose, Alwyn. 2013. Travel to Tropical Countries: A Review of Travel-Related Infectious
Diseases. Worcester: Tropical Medicine & Surgery.

PBL SK3 BLOK 3.2 TA 2022/2023


15

Anda mungkin juga menyukai