Step 5
1. Definisi dan ruang lingkup travel medicine
2. Apa saja faktor resiko travel medicine – dan faktor yang berhubungan dengan resiko
tersebut
3. Bagaimana mengkaji faktor resiko
4. Contoh penyakit yang dialami oleh traveller
5. Strategi pencegahan travel medicine yang diberikan oleh dokter dan contohnya
Step 6
BELAJAR MANDIRI
Step 7
1. Kedokteran wisata (KW) atau Travel Medicine adalah cabang ilmu kedokteran yang baru
dan bidang yang berkaitan dengan pencegahan dan penanganan masalah kesehatan pada
wisatawan manca Negara. KW terutama menangani masalah pencegahan dan penanganan
penyakit yang berhubungan dengan perjalanan. Bidang ilmu ini baru saja berkembang
dalam tiga dasa warsa terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan
internasional di seluruh dunia. Tahun 2003, World Tourism Organization (WTO) mencatat
ada 691 juta international arrivals di seluruh bandara di dunia dan tahun 2020
diproyeksikan akan meningkat sampai 1,56 milyar. Bidang ini adalah bagian dari ilmu
kedokteran yang bersifat unik karena bersifat multidisplin, dimana pada umumnya
berusaha mencegah terjadinya risiko perjalanan pada wisatawan, baik risiko infeksi
maupun non-infeksi. Karena itu bidang ilmu kedokteran wisata mempelajari ilmu
kedokteran pencegahan, mempelajari epidemiologi dari berbagai penyakit infeksi
diberbagai belahan dunia termasuk penanganannya, dan memberikan tatacara penanganan
penyakit oleh yang bersangkutan atau self-therapy.1
Kedokteran Wisata adalah cabang ilmu kedokteran yang masih baru yang bertujuan untuk
mencegah dan menangani penyakit dan masalah kesehatan yang terjadi pada wisatawan,
Bidang Kedokteran Wisata bersifat multidisipliner antara lain meliputi bidang ilmu
epidemiologi penyakit, terutama penyakit infeksi danpenyakit tropis, bidang kedokteran
pencegahan dan penanganan penyakit dan self-therapy. Kedokteran wisata penting karena
Faktor kunci dalam menentukan risiko yang mungkin dihadapi wisatawan adalah:3
• moda transportasi,
• tujuan,
• durasi dan musim perjalanan,
• tujuan perjalanan,
• standar akomodasi, kebersihan makanan dan sanitasi,
Figure 2: Cakupan dan keterkaitan berbagai terminologi dalam bidang kedokteran dan kesehatan wisata.4
2. Risiko yang dihadapi wisatawan selalu berhubungan dengan daerah wisata, lama dan
musim saat berwisata, tujuan berwisata, tempat tinggal, kebersihan makanan/minuman,
perilaku atau aktivitas dan kondisi kesehatannya.1
Beberapa penelitian menunjukkan pada wisatawan penyebab kematian yang paling sering
adalah penyakit kardiovaskuler (50-70%), trauma dan kecelakaan (sampai 25%), dan
penyakit infeksi pada 2,8 – 4% kematian. Selain itu penelitian morbiditas menunjukkan
sekitar 50% wisatawan dari Negara maju yang tinggal selama satu bulan di Negara
berkembang akan menderita sakit, terutama yang paling sering adalah traveler’s diarrhea.1
Risiko pada wisatawan tergantung cara wisata melalui udara atau laut, sehingga mungkin
mengalami mabuk perjalanan, gangguan akibat penurunan tekanan saturasi oksigen,
kelembaban udara, jet-lag, thrombosis vena, masalah aklimatisasi, heatstroke, kedinginan,
terbakar matahari, kecelakaan, gigitan serangga atau binatang. Mungkin terjadi penularan
penyakit melalui makanan, minuman, tanah, kontak seksual, dan paparan cairan tubuh.
Figure 3: Vaksin Perjalanan dengan informasi tentang batasan usia, waktu optimal pemberian sebelum perjalanan, dosis
dan durasi perlindungan.5
Penelitian vaksin untuk berbagai bakteri, virus, dan parasit gastrointestinal sedang
berlangsung, tetapi tidak ada vaksin yang tersedia untuk penggunaan rutin.5
5.
a. Konsultasi pratravel
Konsultasi pra-wisata merupakan bagian penting dari Kedokteran Wisata yang
bertujuan untuk mempersiapkan wisatawan sebelum keberangkatannya, baik
mengenai vaksinasi, pemberian profilaksis anti-malaria dan item medis lain yang
diperlukan. Dalam konsultasi pra wisata diberikan nasihat perjalanan dalam bentuk
konsultasi dan edukasi mengenai risiko terhadap kesehatan, keamanan dan
pencegahannya disamping menilai kondisi fisik calon wisatawan. Informasi yang
diberikan adalah informasi terbaru yang akurat. Konsultasi sebaiknya dilakukan 4 – 8
minggu sebelum keberangkatan, terutama untuk wisata jangka panjang. Namun
demikian konsultasi 1- 2 hari pra wisata dapat bermanfaat juga pada wisatawan yang
mendadak harus berangkat. Data menunjukkan dari sekitar 600 juta wisata di seluruh
dunia, hanya sebagian kecil saja (8%) yang mempersiapkan diri dengan baik dengan
melakukan konsultasi pra wisata sebelum memulai perjalanan. Hal ini menjadi
perhatian karena sebenarnya banyak risiko perjalanan yang dapat dicegah bila
persiapan perjalanan dilakukan dengan baik.1
Untuk mempersiapkan calon wisatawan sebelum keberangkatannya, maka dilakukan
konsultasi pra wisata dengan cara:1
• Melakukan risk-assesment individual.
Dalam hal ini, ilmu kedokteran wisata memberikan rekomendasi yang
diperlukan seorang calon wisatawan berdasarkan penilaiannya terhadap
kondisi kesehatan individu tersebut. Kondisi kesehatan mungkin baik, atau
mungkin kurang baiksehingga berisiko menjadi sakit dalam perjalanan
wisatanya dan menilai seberapa berat masalahnya nanti bagi wisatawan
tersebut. Disamping menilai kondisi kesehatan calon wisatawan, ada empat
komponen penting yang dinilai dalam melakukan risk-assesment ini yaitu
destinasi, transportasi, akomodasi dan aktivitas wisatawan selama berwisata.1