Anda di halaman 1dari 26

KETERGANTUNGAN NARKOTIKA,

PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF


LAINNYA (NAPZA)

© Stanford University
DEFINISI
Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(NAPZA) adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang semakin lama
semakin meningkat (toleran) dan apabila pemakaiannya dikurangi atau
dihentikan maka akan menyebabkan gejala putus obat (withdrawl
syndrom). (PPDGJ III, 1993)

Ketergantungan NAPZA bisa juga diartikan sebagai keadaan kronik,


gangguan berulang pada otak dimana pengguna selalu mencari dan
menggunakan obat walaupun memiliki efek negatif.
EPIDEMIOLOGI
Perkembangan situasi NAPZA dunia tahun 2014 menyatakan angka
estimasi pengguna tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta
orang atau sekitar 3,5–7%. Estimasi pengguna NAPZA tahun 2010
yang kisarannya 3,5–5,7% (UNODC, 2014).

Prevalensi pengguna mariyuana menjadi yang tertinggi diantara yang


lainnya. Laki-laki dilaporkan menjadi pengguna lebih banyak
dibandingkan perempuan. Ras Kulit Putih dan Hispanic dilaporkan
lebih banyak daripada remaja Amerika Afrika
ETIOLOGI DAN
FAKTOR RISIKO
1. Faktor keluarga (pengguna lain di keluarga, kesendirian,
perceraian, rendahnya perhatian keluarga)

2. Faktor sosial (pengangguran, kesibukan pekerjaan, atasan


yang sulit, kemudahan untuk mendapatkan obat)

3. Faktor lingkungan (salah pergaulan)

4. Faktor personal (kesendirian, keingintauan, kekayaan)


KLASIFIKASI
1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.

NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :

Narkotika Golongan I

Narkotika Golongan II

Narkotika Golongan III


2. PSIKOTROPIKA

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:

Psikotropika Golongan I

Psikotropika Golongan II

Psikotropika Golongan III

Psikotropika Golongan IV
3. ZAT ADIKTIF LAIN

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:

a. Minuman berakohol

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir) Universitas Sumatera Utara 4

Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)

2. Tembakau dan Inhalansia


Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yg ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi 3 golongan :

Golongan Depresan

Golongan Stimulan

Golongan Halusinogen
Addiction
Pathophysiology
Penegakan
Diagnosis
Diagnosis menurut PPDGJ III
Jika ditemukan 3 atau lebih dari gejala berikut ini dalam masa 1 tahun sebelumnya
•Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa(kompulsi) untuk menggunakan zat
•Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat sejak awal, usaha penghentian atau tingkat
penggunaannya
•Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau penguranagn, terbukti orang tersebut
menggunakan zat atau golongan yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya
gejala putus zat
•Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama
yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan
ketergantungan alkohol dan opiat yang secara rutin setiap hari menggunakan zat tersebut secukupnya untuk
mengendalikan keinginannya).
•Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan kerana penggunaan zat psikoaktif yang lain,
meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau pulih dari akibatnya
Diagnosis menurut DSM V
•Menggunakan lebih banyak zat dari yang direncanakan, atau menggunakan zat
untuk interval yang lebih lama dari yang diinginkan
•Ketidakmampuan untuk mengurangi meskipun keinginan untuk melakukannya
•Menghabiskan sejumlah besar hari untuk memperoleh, menggunakan, atau
memulihkan dari penggunaan narkoba
•Mengidam atau dorongan kuat untuk digunakan
•Penggunaan berulang menyebabkan atau berkontribusi pada ketidakmampuan
untuk memenuhi kewajiban sosial, atau profesional yang penting
•Penggunaan yang terus-menerus terlepas dari pengetahuan pengguna bahwa hal itu
sering menyebabkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau rumah
•Menyerah atau mengurangi kegiatan sosial, profesional, atau rekreasi yang penting
karena penggunaan
•Menggunakan dalam situasi yang berbahaya secara fisik, atau penggunaan yang
menyebabkan kerusakan fisik atau mental
•Penggunaan yang terus-menerus terlepas dari kesadaran pengguna bahwa zat
tersebut menyebabkan atau setidaknya memperburuk masalah fisik atau mental
•Toleransi: perlu menggunakan jumlah zat yang meningkat untuk mendapatkan
efek yang diinginkan
•Penarikan: kelompok karakteristik efek fisik atau gejala yang muncul ketika
jumlah zat dalam tubuh berkurang
Terapi
TERAPI FARMAKOLOGIS

Terapi farmakologi meliputi methadone, buprenorphine, dan naltrexone


tersedia untuk seseorang yang ketergantungan terhadap opioid. Untuk
kecanduan nikotin terapinya adalah permen karet, lozenges, dan nasal
spray dan varenicline dan bupropion juga tersedia untuk pasien yang
kecanduan terhadap tabacco/rokok. Pada pasien yang kecanduan
alcohol penanganan farmakologinya adalah dilsufiram,acamprosate,
dan naltrexone.
TERAPI FISIOLOGI

A. Terapi peningkatan motivasi

B. Terapi Behavior/Tingkah Laku

C. Terapi Cognitive-Behavior

D. Terapi Kelompok

E. Terapi Keluarga
Prognosis
TERAPI FISIOLOGI

Prognosisnya adalah bonam apabila dapat penanganan yang tepat

Anda mungkin juga menyukai