Anda di halaman 1dari 3

Cabai (Capsicum) merupakan salah satu buah yang penting karena sudah sejak

lama dikenal sebagai bumbu yang memberikan rasa pedas pada aneka masakan
serta obat. Bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Minangkabau,
produk cabai ini merupakan salah satu bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan
makanan sehari-hari.Cabai juga berkhasiat mengobati berbagai penyakit, seperti
reumatik, sariawan, sakit gigi, flu, dan dapat pula sebagai stomatik atau peningkat
nafsu makan. Cabai juga dapat mencegah penyakit strok dan jantung koroner
karena kapsaisin bersifat anti koagulan yang bekerja untuk menjaga darah tetap
encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah.Kapsaisin (8-
methyl-N-vanillyl-6-nonenamide) merupakan komponen utama alkaloid lipofilik yang
memberikan rasa pedas pada cabai. Ukuran pedas dari cabai tergantung pada
kandungan kapsaisin dan senyawa kapsaisinoid lain yang dikandungnya. Kapsaisin
mencapai 90% dari total kapsaisinoid yang terdapat dalam cabai.Kandungan
kapsaisin dari masing-masing cabai berbeda-beda.Tingkat rasa pedas pada cabai
awal mulanya diukur menggunakan satuan Scoville, diambil dari nama Wilbur
Scoville. Ia mengembangkan teknik pengukuran secara organoleptik. Kapsaisin
murni diberi nilai 16.000.000 satuan Scoville. Ada lima tingkat kepedasan yang
diklasifikasikan menggunakan satuan pedas Scoville (SHU): non pedas (0-700
SHU), agak pedas ( 700-3000 SHU), cukup pedas (3000-25000 SHU), sangat
pedas (25000-70000 SHU) dan sangat sangat pedas (>80000 SHU)5.

Cabai merah mengandung vitamin C (asam askorbat) dan beta karoten yang tinggi mengungguli buah-
buahan yang sering dikonsumsi masyarakat seperti pepaya, mangga, nanas dan semangka. Vitamin C
pada cabai merah berfungsi sebagai pemeliharaan membran sel, meningkatkan daya tahan terhadap
infeksi, mempercepat penyembuhan (Almatsier. S, 2004). Berdasarkan pendapat Naidu (2003) bahwa
vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen. Vitamin yang
terdapat dalam bahan akan lebih mudah larut dengan pemanasan. Kandungan vitamin C yang sedikit
kemudian dilakukan pemanasan maka kadar vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil (Mukaromah
et al, 2010).

Cabai merah (Capsicum annuum L) merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak ditanam
di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi dan permintaan yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan
dengan luas areal perkebunan cabai sekitar 165.000 hektar yang merupakan suatu usaha budidaya yang
terluas dibandingkan komoditas sayuran lainnya (Duriet, 1995). Produksi cabai merah (Capsicum
annuum L) pada tahun 2010 sebanyak 1.220.078 ton yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia
dengan total kebutuhan mencapai 1.220.088 ton (Badan Ketahanan Pangan, 2010)
Sejarah Tanaman Cabai Merah

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan


subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan,
dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama
kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang
telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan,
Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara
di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan
Portugis (Dermawan, 2010).
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar,
zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan
lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium,
kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai
stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan
mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata.
Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya
untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi
sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang
dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas,
dan gatal-gatal.

B.Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman


cabai termasuk kedalam :

1.Divisi: Spermatophyta
2.Sub divisi: Angiospermae
3.Kelas: Dicotyledoneae 6
4.Ordo: Solanales
5.Famili: Solanaceae
6.Genus: Capsicum
7.Spesies: Capsicum annum L

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan


(Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di
dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri
capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan
kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai
untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar (
Harpenas, 2010)

Anda mungkin juga menyukai