TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS
2.1.1 Definisi
Tuberkulos (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh bakteri M.
tuberculosis. Kuman TB sebagian besar menyerang paru-paru (80 sampai 90%), sehingga
disebut pulmonary TB. Tuberkulosis (TB) juga dapat menyerang organ tubuh lainnya dan TB
yang menyerang organ tubuh lain tersebut lebih berbahaya daripada pulmonary TB (Depkes,
2011). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme
patogenik maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih
kecil dari sel darah merah (Sylvia, 2014). Kuman ini mengandung lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap
ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari (Tabrani, 2010).
Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai
panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel
dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam,
yaitu apabila sekali diwarnai, tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan
larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu
diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified
antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang
memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang
menggolongkan antigen M.tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang
tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup,
contohnya antigen 30.000 α, protein MTP 40 dan lain lain (PDPI, 2014).
1.1.2 Etiologi
batang lengkung, gram positif lemah, pleiomorfik, tidak bergerak, tidak membentuk spora,
panjang sekitar 2 sampai 4 µm, dan mereka dapat terlihat sendiri-sendiri atau berkelompok
pada spesimen klinis yang diwarnai atau media biakan. M. tuberculosis merupakan aerob
wajib (obligat) yang tumbuh pada media sintetis yang mengandung gliserol sebagai sumber
karbon dan garam amonium sebagai sumber nitrogen. Mikobakteria ini tumbuh paling baik
pada suhu 37 sampai 41º C, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel yang
kaya lipid menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan komplemen (Nelson,
2012).
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru,
dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
dikenal sebagai kompleks primer (Djojodibroto, 2009). Kompleks primer ini akan mengalami
suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat bersangkutan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
• Meninggal Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer. (PDPI, 2014).
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem
kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun
lobus inferior (Djojodibroto, 2009). Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut
(PDPI, 2014):
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran,
dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi
aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
• Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini
• Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair
• Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau
sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
1.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%. Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif bila
terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa
diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm
ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC
aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi
berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan
Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun memerlukan
waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked
Immunoabserben Assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase – anti – peroxidase
sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase
Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum dapat membedakan TB aktif
atau tidak.
1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.
1.1.5 Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium
lanjut: 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat
retraksi bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,