MIGRAIN
Disusun oleh:
Rini Risnawati Tardi
030.13.168
Pembimbing:
dr. Mintarti Sp.S
Migrain
030.13.168
Semarang,
Januari 2019
Rini Risnawati
Tardi
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Migren
2.1.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Patofisiologi
1. Fase Prodromal
2. Fase Aura
3. Fase Serangan
4. Fase Postdromal
Grup A Grup B
1. Nyeri kepala unilateral 1. Terdapat nausea atau vomit
2. Nyeri kepala berdenyut 2. Terdapat fotofobia/fonofobia
3. Nyeri sedang atau berat dan dapat
menghambat/ mambatasi kegiatan
4. Nyeri diperberat oleh aktivitas fisik rutin,
seperti membungkuk atau naik tangga
Aura merupakan gejala fokal neurologi yang komplek dan dapat timbul
sebelum, pada saat atau setelah serangan nyeri kepala. (2,4,5)
Serangan migren ada empat fase, antara lain :
1. Fase Prodrome : 1-24 jam, sebelum timbul nyeri kepala, tidak selalu
timbul, biasanya sulit dibedakan menjadi iritabel, hiperaktif atau depresi.
2. Fase aura : berlangsung 0-60 menit, dapat menjelang nyeri kepala atau
dengan nyeri kepala .
3. Fase sefalgia : berlangsung 4-72 jam, biasnya 60% unilateral, dan dapat
pindah kesisi lainnya. Nyeri kepala Bilateral tidak dapat menyingkirkan
diagnosa migren
4. Fase postdrome : pasca gejala nyeri kepala, berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari.1
2.7 Diagnosa Banding 10
Migren Riwayat keluarga, Unilateral atau Mual, muntah, mungkin terdapat defisit Ergot
dapat mengenai segala bilateral, terutama neurologis
usia, wanita > pria bifrontal B blocker
Kluster Remaja dan dewasa, Unilateral, Lakrimasi, kongesti nasal unilateral, Ergots
orbitofrontal kadang-kadang ptosis dan miosis
pria > wanita B Blocker
Amitriptilin
Tension Wanita > pria Bilateral, general, atau Durasi lama, dihubungkan dengan Ansiolitik
oksipital ansietas, depresi Antidepresan
Hipertensi Riwayat keluarga Bilateral, oksipital, Hipertensi, retinopati, mungkin papil Terapi hipertensi
atau frontal edema dengan hipertensi enselofalopati
Perdarahan sub Bilateral, oksipital Onset akut dengan perdarahan sub Terapi PSA,
arakhnoid (PSA), arakhnoid dan ensefalitis. meningitis
ensefalitis,
meningitis Meningitis onsetnya juga bisa tiba-tiba,
atau somewhat more proctrated.
1
bersamaan dengan ergotamin atau vasokonstriktor lainnya. Sumatriptan
tidak boleh diberikan pada migren basiler atau migren hemiplegik.
e. Pengobatan pencegahan
Pengobatan pencegahan hanya diberikan bila terdapat: lebih dari 2 kali
serangan dalam sebulan, tak mempan dengan pengobatan non medik, dan
pencegahan faktor pencetus. Obat pencegah migren adalah sebagai berikut: 6
1. β – Blocker
Misalnya propanolol, metoprolol, timolol, atenolol dan nadolol. Cara
kerjanya dengan meningkatkan tahanan pembuluh darah tepi. Propanolol
dengan dosis 60-180 mg per hari dibagi 2-3 kali pemberian. Tidak
diberikan pada pasien dengan asma bronkhial, penderita diabetes yang
memakai obat insulin atau obat antidiabetes oral, maupun gagal jantung
kongestif. 6
2. Antagonis Ca
Misalnya nimodipine dan flunarizine. Cara kerjanya dengan mencegah
masuknya ion kalsium dalam sel neuron, menekan pelepasan
neurotransmiter yang berlebihan dan mencegah aktivasi enzim
fosfolipase akibat masuknya ion kalsium. Efek samping flunarizine
adalah mengantuk, menambah gemuk, depresi, gejala-gejala parkinson,
dan setelah 2-3 bulan baru mempunyai efek optimal. Nimodipine tidak
memberikan efek profilaktik pda migren, malah dapat menyebabkan
nyeri kepala (drug induced headache). 6
3. Antiserotonin dan antihistamin
Misalnya cyproheptadine dengan dosis 8-16 mg per hari dalam dosis
terbagi dan pizotifen dengan dosis 0.25-0.5 mg per dosis diberikan 1-3
kali sehari. Cara kerjanya sebagai anti serotonin. Efek sampingnya
mengantuk dan bertambah gemuk, mulut kering, menghambat
pertumbuhan anak, dsb. 6
4. Antidepresan trisiklik
Misalnya amitryptyline. Cara kerjanya dengan menghambat uptake nor
adrenalin dan menghambat aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor
2
histamin. Dosis 50-75 mg per hari sebelum tidur atau dalam dosis
terbagi. Efek samping: mengantuk, mulut kering, mata kabur, konstipasi,
dsb. 6
5. Klonidin
Cara kerja dengan mencegah vasokonstriksi atau vasodilatasi yang
abnormal. Efek samping: mengantuk, mulut kering, depresi. 6
6. NSAID
Misalnya: naproxen. Cara kerjanya dengan menghambat pembentukkan
prostaglandin dan bradikinin yang merupakan faktor penting terjadinya
respon inflamasi steril pada migren. Efek samping: nyeri lambung, tukak
lambung. 6
3
BAB III
PENUTUP
1.
3.1 Kesimpulan
1. Definisi migren yang ditetapkan oleh Ad Hoc Committee on Classification of
Headache adalah serangan nyeri kepala unilateral berulang-ulang, dengan
frekuensi lama dan hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam; serangannya
sesisi dan biasanya berhubungan dengan tak suka makan dan kadang-kadang
dengan mual dan muntah. Kadang-kadang didahului oleh gangguan sensorik,
motorik, dan kejiwaan. Sering dengan faktor keturunan.
2. Insidensi migren di Amerika meliputi 10-20% dari populasi umum penduduk
Amerika. Migren lebih sering menyerang wanita daripada pria, dengan
perbandingan 3:1.
3. Empat fase gejala migren, yaitu: fase prodromal, aura, serangan, dan
postdromal.
4. Faktor pencetus migren meliputi faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
5. Penatalaksanaan migren meliputi:
a. Mencegah atau menghindari faktor pencetus (faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik)
b. Pengobatan non medik
c. Pengobatan simptomatik
d. Pengobatan abortif
- Pengobatan pencegahan
4
DAFTAR PUSTAKA
5
13. Beiton, J dan Carlson, R. 2011. Diagnosis and Treatment of Headache. Institute
for Clinical Systems Improvement. Bloomington MN.
14. Duncan, C, Watson, D dan Stein, A. 2008. Diagnosis and Management of
Headache in Adults: Summary of SIGN Guideline. Journal of BMJ. Volume
337. Halaman 1231-1236.