BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan
yang telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam
waktu satu tahun (Noviani, 2012). Infertilitas ini dapat dialami oleh pria maupun wanita,
namun sejak dahulu perhatiannya hanya terfokus pada pihak wanita sebagai penyebab
infertilitas. Saat ini diketahui kelainan pada pria ternyata juga memberikan kontribusi
sebanyak 40% terhadap kasus infertilitas (P C, 2012). Infertilitas terjadi lebih dari 20%
pada populasi di indonesia, dan dari kasus tersebut terdapat 40% pada wanita, 40% pada
pria dan 20% pada keduanya dan ini yang menyebabkan pasangan suami istri tidak
mendapat keturunan. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan mendapat
pembuahan dalam 1 tahun (Depkes RI, 2009).
Sekitar 85% pada pasangan suami istri terjadi kehamilan pada usia 6 sampai
12 bulan pernikahan, dan 15% dari pasangan suami istri gagal hamil pada 12 bulan
setelah pernikahan, infertilitas yang terjadi diakibatkan dari faktor laki-laki sekitar 30%
dan gangguan dari perempuan 30% gangguan dari keduanya 30% dan yang tidak di
ketahui sekitar 10% (Baker, 2008). Ahli andrologi menjelaskan bahwa pada penyebab
infertilitas pria 25% disebabkan oleh varikokel, 10% oleh infeksi, 5% oleh faktor
imunologis dan 20% lainya termasuk kedalam kelainan endokrin, iatrogenik, trauma, dan
sitemik (Kemenkes RI, 2015).
Penyebab seorang pria menjadi infertil juga dapat disebabkan oleh faktor
risiko yang meningkat yaitu gaya hidup yang tidak terkontrol yang diterapkan sejak usia
remaja. Faktor-faktor tersebut adalah usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,
stres, diet yang buruk, olahraga berat, mengalami kelebihan berat badan ataupun kurang
gizi, penyakit seksual menular, keadaan ligkungan yang buruk (polusi udara dan air),
juga masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan hormon. (Puscheck, 2011).
Walaupun masalah infertilitas tidak berpengaruh terhadap aktivitas fisik
sehari-hari dan tidak mengancam jiwa, bagi banyak pasangan hal ini berdampak besar
terhadap kehidupan berkeluarga. Sudah tentu faktor psikokultural mempengaruhi sikap
pasangan terhadap masalah ini, termasuk upaya-upaya irasional untuk memiliki
keturunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan
masalah yaitu “Bagaimana Terapi Komplementer Pada Usia Pranikah dan Remaja
dengan Fertilitas dan Infertilitas”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran terapi komplementer pada usia pranikah dan remaja
dengan fertilitas dan infertilitas
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui:
a. Defenisi Fertilitas dan Infertilitas
b. Penyebab Infertilitas
c. Pencegahan Infertilitas
d. Peranan Akupuntur pada Infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki
masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia &
Adiyanti, 2013).
https://andykomkom.wordpress.com/2014/11/11/pengertian-fertilitasmortalitas-dan-migrasi/
Kemenkes RI. (2015). Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi (Kelima).
BKKBN.