Anda di halaman 1dari 12

Infertitilas ..

Book Reading
Diajukan untuk tugas stase Psikosomatis

Diajukan oleh

Pembimbing :
DR. Dr Agus Siswanto SpPD KPsi

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

2019
Defenisi infertilitas pada pria dan wanita

A. Defenisi infertilitas pada pria dan wanita


Definisi Stres
Stres adalah suatu kondisi atau situasi yang mengganggu homeostasis
yang disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang disebut
dengan stressor
Definisi Stresor
Stresor adalah stimulus baik internal maupun eksternal yang
mengaktifkan aksis HPA (Hipotalamus Pituitari Adrenal) dan sistem
persarafan simpatis yang menghasilkan suatu respon fifiologis
Manusia terdiri dari atas psikis dan somatik yang merupakan suatu
kesatuan yang tidak bisa terpisahkan, maka bila seseorang yang
menderita suatu penyakit akan mengalami gejala psikis maupun
aseksual terbagi menjadi gangguan struktural yang dapat
mempengaruhi psikis pasien ( diabetes melitus) dan gangguan fungsu
yang dapat menimbulkan berbagai keluhan somatik . serta gangguan
seksual pada umumnya sangat berhubungan dengan gangguan
psikosomatik oleh karena aspek psikis ikut berperan dalam psikologi
dan psikopatologi berbagai jenis gangguan seksual terutama pada
disfungsi ereksi pada pria .

Di Indonesia kejadian wanita infertil pada usia 30-34 tahun adalah 15%, kemudian meningkat 30%
pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada
pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena
masalah infertilitas pada wanita, 10% sebab dari pria ataupun wanita dan 10% tidak diketahui
sebabnya (Syamsiyah, 2010).

Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu
1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantoro, 2008).

Secara medis infertilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu


infertilitas primer yang berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun dan

Infertilitas sekunder yang berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2
– 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun (Kasdu, 2001).

Gangguan seksual psikosomatik


Ganggual seksual psikosomatik sebenarnya dapat berupa gangguan
fungsional maupun struktural sehingga pendekatan terhadap kedua
keadaan tersebut harus dilakukan secara bersamaan.
Disfungsi seksual lebih banyak dijumpai pada pria dari pada
perempuan . (papdi 2014)

Definisi
Infertilitas Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah
menikah 1 tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut
melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian
kontrasepsi.3 Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan
berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama
1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan
masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan dasar.
WHO memberi batasan
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang
telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu
paling kurang 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah
berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita
yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah
hamil.
Infertilitas pada pria dan wanita

Infertilitas terjadi ketika pasangan tidak dapat hamil setelah


melakukan hubungan seks tanpa kondom secara teratur.
Mungkin satu pasangan tidak dapat berkontribusi pada konsepsi, atau
bahwa seorang wanita tidak dapat melakukan kehamilan sampai
penuh waktu. Hal ini sering didefinisikan sebagai tidak hamil setelah
12 bulan melakukan hubungan seksual teratur tanpa menggunakan
alat kontrasepsi.

Di Amerika Serikat, sekitar 10 persen wanita berusia 15 hingga 44


tahun diperkirakan mengalami kesulitan untuk hamil atau tetap
hamil. Di seluruh dunia, 8 hingga 12 persenpasangan mengalami
masalah kesuburan. Antara 45 dan 50 persen kasus diduga berasal
dari faktor-faktor yang mempengaruhi pria.
(Infertility in men and women ,Last updated Thu 4 January 2018
By Christian Nordqvist , Reviewed by Debra Rose Wilson, PhD,
MSN, RN, IBCLC, AHN-BC, CHT).

Kecemasan dan stres seksual pada pria dan wanita yang menjalani perawatan infertilitas.
Peterson BD 1 , Newton CR , Feingold T.
Informasi penulis
1
Program Terapi Pernikahan dan Keluarga, Departemen Psikologi, Universitas Chapman, Orange,
California 92866, AS. bpeterson@chapman.edu

HASIL:

Wanita melaporkan kecemasan dan stres infertilitas seksual yang lebih besar daripada pria. Namun,
pria dan wanita menunjukkan pola yang sama dalam cara gejala kecemasan terkait dengan stres
infertilitas seksual, dengan kecemasan subyektif dan kecemasan otonom memiliki hubungan yang
paling kuat. Gejala kecemasan menyumbang proporsi yang signifikan dari varians dalam stres
infertilitas seksual untuk kedua jenis kelamin dan prediksi stres seksual pada tingkat yang cukup
besar pada pria.
KESIMPULAN:

Meskipun penelitian ini menemukan bahwa ada lebih banyak kesamaan daripada perbedaan dalam
bagaimana pria dan wanita mengalami kecemasan dan stres infertilitas seksual, keterkaitan yang
kuat antara kecemasan dan stres seksual pada pria mengejutkan, karena pria cenderung melaporkan
lebih sedikit stres seksual dan juga lebih sedikit kecemasan. Stres seksual di antara pria infertil
mungkin lebih erat terkait dengan kecemasan kinerja daripada penurunan yang lebih umum dalam
kepuasan seksual yang terkait dengan infertilitas.

PMID: 17433317 DOI: 10.1016 / j.fertnstert.2006.12.023

Penyebab pada Suami dan Istri


a. Gangguan pada Hubungan Seksual Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabka n penetrasi tak
sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan
anatomik seperti hipospadia, epispadia.
b. Faktor Psikologis antara Kedua Pasangan (suami dan istri) - Masalah tertekan karena sosial
ekonomi belum stabil - Masalah dalam pendidikan Universitas Sumatera Utara
c. Emosi karena Didahului Orang Lain Hamil Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, masih
ada faktor di luar organ yang mempengaruhi ketidaksuburan, yaitu :
1. Faktor Usia Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi
2. Berat Badan Jika seseorang memiliki berat badan yang berlebih (over weight) atau mengalami
kegemukan (obesitas), atau yang memiliki lemak tubuh 10-15% diatas lemak tubuh normal, maka
perempuan tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang terkait dengan
sebuah sindrom ovarium poli kistik. mengalami defesiensi hormon reproduksi yang berakibat
terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada perempuan tersebut (Kasdu, 2001).
3. Gaya Hidup Gaya hidup yang dimaksud adalah pola makan dan kebiasaan sehari-hari. (Kasdu,
2001).
4. Lingkungan Beberapa zat polutan seperti saat ini dicurigai memiliki kaitan yang erat dengan
tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis terutama bagi perempuan yang tinggal di daerah
perkotaan (Kasdu, 2001).
Patofisiologi infertil dan stres
Ketika stimulus dianggap sebagai stres, sinyal dikirim ke hipotalamus yang kemudian mengaktifkan
jalur symphatetic adrenomedullary (SAM). Apabila stres terus berlanjut (menjadi kronis), jalur SAM
akan tetap hiperaktif dan hypothalamic pituitary adrenal (HPA) menjadi aktif juga. Untuk sistem
SAM, norepinefrin disekresikan ke dalam aliran darah, yang akhirnya menghasilkan peningkatan
produksi alpha amylase saliva oleh kelenjar parotis (Lynch, et al, 2014). Alpha amylase saliva adalah
parameter potensial yang mudah untuk dinilai. Alpha amylase saliva diproduksi oleh kelenjar parotis
di mulut, maka dapat menjadi penanda stres yang lebih baik dibandingkan dengan kortisol. Alpha
amylase saliva adalah pengukuran aktif, sebagai lawan kortisol yang pasif diangkut dari plasma ke
saliva (Wang, et al, 2015).

Pada pasien infertil, psikoterapi yang menyediakan pendidikan dan keterampilan seperti pelatihan
relaksasi telah terbukti lebih efektif mengurangi gejala psikopatologi akibat stres dan biofeedback
dapat digunakan sebagai strategi regulasi emosi. Pelatihan relaksasi yang dibantu biofeedback
efektif dalam mengubah fisiologi baik menggunakan pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif
atau pelatihan autogenik (Levy, et al, 2008 ; Jarasiunaite, et al, 2015).

jurnal

Effect of mindfulness-based cognitive


infertility stress therapy on psychological
well-being of women with infertility
Pada kondisi flight-or-flight yang dicetuskan oleh stress
beberapa fungsi seperti reproduktif dan pertumbuhan
tidak diperlukan maka terjadi suatu mekanisme supresi
fungsi-fungsi tersebut.
Katabolik state: Pertumbuhan (growth),reproduksi,
Pembentukan jaringan adiposa, Aktivitas osteoblas
Dengan menggunakan teknik mikro-dialysis dapat ditemukan
adanya peningkatan kadar kortikosterone pada area
prefrontal korteks, hipokampus, dan amigdala setalah
pajanan stress pada grup intervensi yang menunjukkan
peranan hormon stress pada struktur susunan saraf pusat
tersebut.

Penatalaksanaan infertil dan stress pada


wanita dan pria
Mekanisme Koping

Pengertian Koping
Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan atau penanggulangan (to cope
with artinya mengatasi/menanggulangi).
Koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan. Koping sering
dimaknai sebagai cara memecahkan masalah (problem solving). Pemecahan masalah lebih
mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif.
Koping diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai
sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada apa yang
orang lakukan untuk mengatasi tuntutantuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk
melindungi diri (Stuart, 2007).

Mekanisme Koping Perempuan yang Mengalami Infertilitas Penelitian yang dilakukan oleh
Tirtaonggana (2005) menunjukkan meskipun infertilitas merupakan stressor yang berat namun tidak
semua pasangan memiliki sikap yang negatif, terdapat pasangan yang semakin menguatkan
komitmen pernikahan, mendekatkan diri kepada Tuhan, saling menguatkan agar sabar, mencari
alternatif sebagai solusi terhadap masalah ketidakhadiran seorang anak dengan cara bertanya
terhadap tenaga kesehatan yang menangani masalahnya dan berbagi dengan Universitas Sumatera
Utara pasangan lain yang memiliki masalah yang sama. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya
pengaruh positif dukungan yang diberikan kepada perempuan dengan masalah infertilitas.

Anda mungkin juga menyukai