Book Reading
Diajukan untuk tugas stase Psikosomatis
Diajukan oleh
Pembimbing :
DR. Dr Agus Siswanto SpPD KPsi
2019
Defenisi infertilitas pada pria dan wanita
Di Indonesia kejadian wanita infertil pada usia 30-34 tahun adalah 15%, kemudian meningkat 30%
pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada
pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena
masalah infertilitas pada wanita, 10% sebab dari pria ataupun wanita dan 10% tidak diketahui
sebabnya (Syamsiyah, 2010).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu
1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantoro, 2008).
Infertilitas sekunder yang berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2
– 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun (Kasdu, 2001).
Definisi
Infertilitas Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah
menikah 1 tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut
melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian
kontrasepsi.3 Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan
berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama
1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan
masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan dasar.
WHO memberi batasan
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang
telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu
paling kurang 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah
berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita
yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah
hamil.
Infertilitas pada pria dan wanita
Kecemasan dan stres seksual pada pria dan wanita yang menjalani perawatan infertilitas.
Peterson BD 1 , Newton CR , Feingold T.
Informasi penulis
1
Program Terapi Pernikahan dan Keluarga, Departemen Psikologi, Universitas Chapman, Orange,
California 92866, AS. bpeterson@chapman.edu
HASIL:
Wanita melaporkan kecemasan dan stres infertilitas seksual yang lebih besar daripada pria. Namun,
pria dan wanita menunjukkan pola yang sama dalam cara gejala kecemasan terkait dengan stres
infertilitas seksual, dengan kecemasan subyektif dan kecemasan otonom memiliki hubungan yang
paling kuat. Gejala kecemasan menyumbang proporsi yang signifikan dari varians dalam stres
infertilitas seksual untuk kedua jenis kelamin dan prediksi stres seksual pada tingkat yang cukup
besar pada pria.
KESIMPULAN:
Meskipun penelitian ini menemukan bahwa ada lebih banyak kesamaan daripada perbedaan dalam
bagaimana pria dan wanita mengalami kecemasan dan stres infertilitas seksual, keterkaitan yang
kuat antara kecemasan dan stres seksual pada pria mengejutkan, karena pria cenderung melaporkan
lebih sedikit stres seksual dan juga lebih sedikit kecemasan. Stres seksual di antara pria infertil
mungkin lebih erat terkait dengan kecemasan kinerja daripada penurunan yang lebih umum dalam
kepuasan seksual yang terkait dengan infertilitas.
Pada pasien infertil, psikoterapi yang menyediakan pendidikan dan keterampilan seperti pelatihan
relaksasi telah terbukti lebih efektif mengurangi gejala psikopatologi akibat stres dan biofeedback
dapat digunakan sebagai strategi regulasi emosi. Pelatihan relaksasi yang dibantu biofeedback
efektif dalam mengubah fisiologi baik menggunakan pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif
atau pelatihan autogenik (Levy, et al, 2008 ; Jarasiunaite, et al, 2015).
jurnal
Pengertian Koping
Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan atau penanggulangan (to cope
with artinya mengatasi/menanggulangi).
Koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan. Koping sering
dimaknai sebagai cara memecahkan masalah (problem solving). Pemecahan masalah lebih
mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif.
Koping diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai
sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada apa yang
orang lakukan untuk mengatasi tuntutantuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk
melindungi diri (Stuart, 2007).
Mekanisme Koping Perempuan yang Mengalami Infertilitas Penelitian yang dilakukan oleh
Tirtaonggana (2005) menunjukkan meskipun infertilitas merupakan stressor yang berat namun tidak
semua pasangan memiliki sikap yang negatif, terdapat pasangan yang semakin menguatkan
komitmen pernikahan, mendekatkan diri kepada Tuhan, saling menguatkan agar sabar, mencari
alternatif sebagai solusi terhadap masalah ketidakhadiran seorang anak dengan cara bertanya
terhadap tenaga kesehatan yang menangani masalahnya dan berbagi dengan Universitas Sumatera
Utara pasangan lain yang memiliki masalah yang sama. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya
pengaruh positif dukungan yang diberikan kepada perempuan dengan masalah infertilitas.