Anda di halaman 1dari 9

Tugas : Final

INFERTILITAS DAN PENDIDIKAN SEKS

OLEH:

ANGGI SELFINA
M. 2016 01009

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN ANTARA WANITA
YANG MENGALAMI INFERTILITAS PRIMER
DAN INFERTILITAS SEKUNDER

PEMBAHASAN KASUS

Salah satu yang paling ditakutkan adalah ketidaksuburan atau infertilitas

yang sering dikaitkan dengan kemandulan pada salah satu pasangan. Bagi

wanita, ketidaksuburan atau infertilitas disebabkan karena gagalnya pelepasan sel

telur atau indung telur tidak dapat menghasilkan sel telur yang matang. Dengan

demikian tidak terjadi ovulasi sehingga sel telur tidak masuk ke saluran telur yang

menyebabkan tidak dapat terjadi pembuahan. Kondisi ini disebut sebagai

ovulation disorder. Penyebab lainnya adalah tertutupnya atau tersumbatnya tuba

falopi atau saluran telur. Atau adanya endometriosis atau sering dikenal sebagai

kista yaitu tumbuhnya jaringan dinding rahim di luar rahim.

Sedangkan bagi pria, ketidaksuburan sering disebabkan karena tidak

adanya produksi sperma pada kantung sperma. Jikapun ada produksi sperma,

namun jumlahnya sangat sedikit sehingga ketika masuk ke vagina, tidak ada

sperma yang berhasil membuahi sel telur.

Menurut Weschler, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang

berkesimpulan dirinya infertil, padahal sebenarnya belum tentu demikian:

 Apabila dalam satu tahun tidak terjadi kehamilan meski menjalani

hubungan intim tanpa kontrasepsi.

 Jika siklus menstruasi tidak teratur. Padahal, tidak semua wanita memiliki

siklus 28 hari, dan ovulasi tidak selalu terjadi pada hari ke 14.
 Dokter terburu-buru mengambil kesimpulan hanya berdasarkan frekuensi

hubungan intim, dan terburu-buru menerapkan tes-tes yang invasif atau

terburu-buru memberikan obat. Padahal, keseringan hubungan intim tidak

akan menghasilkan kehamilan apabila dilakukan pada waktu yang tidak

tepat. Dokter yang teliti akan mengambil langkah berikut terlebih dahulu

Infertilitas merupakan mimpi buruk bagi setiap perempuan yang

mengalaminya. Pasangan suami istri digolongkan infertil jika pasangan tersebut

tidak memiliki anak setelah melakukan hubungan seksual secara teratur dalam

waktu 12 hingga 18 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas

dibedakan 2 jenis, yaitu Infertilitas Primer dan Sekunder. Infertilitas Primer dimana

keadaan istri belum pernah mengandung atau telah mengandung namun

mengalami keguguran. Sedangkan Infertilitas Sekunder terjadi jika istri sudah

memiliki setidaknya seorang anak, kemudian mengalami keguguran dan sulit

mendapatkan anak kembali. Menghadapi kondisi Infertilitas ini, perempuan paling

banyak mengalami tekanan psikososial yang lebih besar. Kondisi infertil sangat

berdampak dalam kehidupannya terutama dalam lingkup keluarga. Seringkali kita

melihat orangtua dari pasangan yang menyatakan kerinduannya akan hadirnya

seorang cucu. Kondisi seperti inilah yang memicu depresi bagi seorang

perempuan. Belum lagi dampak negatif yang dirasakannya dalam bersosialisasi di

masyarakat. Reaksi yang ditunjukan oleh perempuan yang mengalami Infertilitas

adalah depresi, merasa bersalah, cemas den takut. Ketidakbahagiaan ini

cenderung mempengaruhi kehidupan seksualnya. Ia akan menganggap bercinta

tak lebih hanya sebuah kegiatan untuk menghasilkan anak dibandingkan untuk

memperoleh kenikmatan.
PENEKANAN PENATALAKSANAAN PASANGAN INFERTILITAS

a. Pasangan suami istri harus dipandang sebagai satu kesatuan biologis.

b. Kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya

sehingga kehamilan dapat berlangsung.

c. Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga siklus

(3 bulan).

d.  Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah

dijadwalkan.

e. Suami dilakukan pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan pemeriksaan

analisis sperma

PENGOBATAN INFERTILITAS BERDASARKAN PENYEBAB

a. PENYEBAB IDIOPATIK INFERTILITAS

Artinya setelah dilakukan pemeriksaan ternyata semuanya baik,

tetapi pasangan tersebut belum juga belum hamil, kemungkinan

penyebabnya adalah alergi yang menyebabkan ketidak mampuan

pasangan menjadi hamil, misalnya karena dikejar oleh makin tuanya usia.

Sulit dipecahkan dengan memuaskan karena masalah alergi adalah

masalah kompleks. Dalam situasi ini kenyakinan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, sangat terasa sehingga ada baiknya disamping berobat disertai

dengan doa yang tulus dengan permohonan agar diberikan kesempatan

untuk memelihara bayi.

b. PENYEBAB INFERTILITAS KARENA GANGGUAN HORMONAL


Pengobatan gangguan hormonal bervariasi tergantung dimana letak

gangguan hormonnya. Bila gangguan pada poses ovulasi maka

pengobatannya dengan induksi ovulasi atau klimofen sitrat dan lainnya.

Faktor tingginya polaktin diobati dengan bromokriptin atau parlodel.

Gangguan atau kurangnya progesteron dapat diobati dengan menambah

progesteron atau sejenisnya.


PENGARUH MENOPAUSE TERHADAP KECENDERUNGAN DEPRESI
IBU-IBU PKK DESA SIDOMULYO KECAMATAN BATU KOTA BATU

Menopause memiliki dampak psikologisnya bisa berupa gejala depresi

seperti kecemasan berlebihan, paranoia, mudah marah dan tersinggung oleh hal-

hal sepele, merasa dirinya adalah beban, sedih berlebihan, tertekan, dan selalu

berpikiran negatif hingga sulit tidur. Nah, dampak psikologis tersebut harus benar-

benar dipantau agar perempuan yang memasuki periode menopause tidak

kehilangan semangat hidupnya dan berujung pada keinginan untuk mengakhiri

hidup atau penyakit fisik seperti kanker, jantung koroner, dan hipertensi.

Terdapat dua teori tentang terjadinya peningkatan gangguan depresi pada

masa transisi menopause. Pertama adalah teori estrogen withdrawal yang searah

idenya dengan teori aksis Hipothalamus Pituitary Gonadal (HPG) yang

menyebabkan gangguan depresi. Estrogen dipercaya memiliki kualitas sebagai

antidepresan, yang meningkatkan fungsi serotonergik. Peningkatan insiden

depresi dan gangguan vasomotor pada wanita yang mengalami penurunan

estrogen akibat pembedahan mendukung teori ini. Beberapa penilitian bahkan

menerangkan adanya hubungan antara fungsi ovarium dengan perbaikan

suasana perasaan (mood).

Teori yang kedua disebut teori Domino. Wanita yang mengalami

menopause mengalami banyak keluhan somatik seperti keringat malam,

gangguan tidur yang mengarah ke ketidakstabilan mood dan depresi. Akan tetapi
depresi seperti yang disebutkan di atas terkadang tidak disertai dengan gejala

vasomotor, dan penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa estrogen dapat

memperbaiki mood pada wanita yang tidak mengalami hot flushes.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala stres saat

menopause. Salah satunya adalah melakukan tindakan medis seperti pemberian

suntik hormon estrogen untuk terapi meredakan stres.Cara lainnya adalah

memenuhi pikiran dengan bayangan-bayangan positif. Jangan menghantui diri

dengan pikiran bahwa proses menopause adalah penghambat perempuan untuk

mencapai kebahagiaan.

Anda dapat mengalihkan pikiran negatif dengan bergaul bersama sahabat-

sahabat, sharing ide dengan orang-orang terkasih, maupun melakukan perjalanan

wisata agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Satu hal yang tidak kalah

penting adalah memperhatikan gaya hidup dan asupan makanan. Hal-hal kecil

seperti berkebun, bertamasya, memasak sajian favorit keluarga, yoga, mengikuti

kegiatan organisasi, keagamaan, dan bersosial akan membantu meredakan stres

menopause. Sebuah penelitian yang dihelat oleh Physical Fitness Research

Institute, Meiji Yasuda Life Foundation of Health and Welfare di Tokyo

mengungkapkan bahwa melakukan peregangan (stretching) setidaknya 10

menit/hari bisa meredakan gejala depresi saat menopause. Penelitian tersebut

dilakukan terhadap 40 perempuan paruh baya usia 40—61 tahun. Dua puluh di

antara perempuan tersebut ditugaskan untuk melakukan peregangan selama 10

menit per hari sebelum tidur selama tiga pekan. Sisanya ditugaskan untuk diam

saja sebelum tidur.

Untuk diketahui, dua pertiga dari partisipan peneiltian tersebut mengaku

mengalami gejala depresi menopause. Sebagian besar dari mereka mengaku


cenderung tidak aktif secara fisik selama hidupnya.Dari percobaan itu didapatkan

hasil bahwa para perempuan yang melakukan peregangan selama 10 menit

setiap sebelum tidur membuahkan kemajuan dalam mengatasi gejala depresi

dibandingkan mereka yang tidak. “Perempuan yang kurang gerak cenderung

bermasalah dengan kesehatan fisik dan mental, serta mengalami hot flashes.

Sebaliknya, gaya hidup aktif terbukti bisa mengurangi dampak hot flashes,

meningkatkan mood, dan mencegah risiko penurunan kemampuan kognitif,” jelas

Direktur Eksekutif North American Menopause Society JoAnn Pinkerton, dikutip

dari Reuters.

Estrogen dengan segala kontroversinya telah digunakan untuk mengatasi

depresi pada wanita menopause sejak tahun 1930an. Penelitian saat ini telah

menunjukkan estrogen efektif mengobati depresi pada transisi menopause namun

tidak pada fase yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan fase

menopause oleh dokter menjadi sangat penting dalam keberhasilan terapi.

Fluktuasi hormon pada fase ini juga yang sering disebut memberikan kontribusi

terhadap terjadinya depresi.

Antidepresan terutama golongan SSRI juga membantu dalam tatalaksana

karena sifatnya yang membantu kerja dari estrogen. Penelitian terakhir

mengatakan bahwa terapi hormon menambah kerja dari antidepresan golongan

SSRI ini dan pada suatu penelitian meningkatkan kognisi serta mengurangi

kecemasan.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pasien jika mengalami gejala

menopause

1. Pemeriksaan fisik oleh dokter ahli spesialis kandungan (SpOG)

2. Pemeriksaan laboratorium penunjang yang perlu (termasuk fungsi hormon)


3. Pemeriksaan status kesehatan jiwa termasuk skrining adanya gangguan

kesehatan jiwapada klien oleh psikiater (dr.SpKJ)

4. Tatalaksana sesuai hasil pemeriksaan status kesehatan klien baik secara

hormonal, farmakoterapi maupun psikoterapi/konseling

Sehingga adalah benar jika penatalaksanaan pasien dengan gejala

emosional pada pasien menopause haruslah merupakan kerjasama antara dokter

spesialis kebidanan dengan dokter spesialis kedokteran jiwa agar mencapai hasil

yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai