Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT

AKAL PIKIRAN DAN BERPIKIR FILSAFAT

OLEH :

IRMA SAFITRI
M.201601027

PROGRAM PASCA SARJANA

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat adalah merupakan ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu
pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi
segala sesuatu. Pada kenyataannya banyak sekali orang yang enggan untuk berfilsafat bahkan
berfikir filsafati. Dahal dengan kita berfikir filsafatt, maka kita akan mengetahui kebenaran
suatu hal yang sudah kita ketahui dengan kebenaran yang hakiki. Sehingga pengetahuan
manusia akan suatu kebenaran tersebut terbatas dan tidak berkembang dengan pemikiran
yang lain. Karna filsafat adalah suatu titik penemuan tentang hakikat kebenaran yang sudah
ada namun ingin dikebangkan lebih mendalam tanpa adanya ujung dari kebenaran ayang ada
karna penyelanyesaian masalah dalam filsafat itu bersifat mendalam dan universal.
Jika dibandingkan antara filsafat dengan pengetahuan tentang suatu ilmu atau pelajaran,
maka berfikir filsafat adalah lebih unggul. Karena penarian kebenaran dari filsafat tidak ada
habisnya sedangkan berfikir tentang pengetahuan suatu ilmu itu hanya berujung pada
pengetahuan itu saja. Maka dari pada itu berfilsafat akan menjadikan kita terus dan terus
berfikir tentang suatu hakekat kebenaran yang sudah kita ketahui.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah pengertian filsafat dan berfikir filsafati itu?
2.      Bagaimanakah karakteristik berfikir filsafati itu?
3. Apakah Pengertian akal pikiran ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian filsafat dan berfikir filsafati
2.      Mengetahui karakteristik berfikir filsafati.
3. mengetahui akal pikiran
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Pengetahuan Filsafat


Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti
bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa
filsafat itu ( Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, 1:3 ). Langeveld juga berpendapat seperti
itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam
ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu ( Langeveld, Menudju ke Pemikiran
Filsafat, 1961:9 ).
Poedjawijatna ( Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974: 11) mendefinisikan filsafta
sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bkry ( Sistematik Filsafat,
1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal
manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.
Apa yang diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita
sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak
empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa
filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically ( Joe Park, Selected Reading
in the Philosophy of Education, 1960:3 ). D.C. Mulder ( Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat,
1966: 10 ) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan
sebagai keseluruhan.
Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan
sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat
yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya
kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau
keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu
pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan
tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban
yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut
kata-katanya. Sementara itu pengertian khusus filsafat telah mengalami perkembangan yang
cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks sehingga menimbulkan
berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat
khusus tentang filsafat anatara lain:
a.       Rasionalisme yang mengagungkan akal
b.      Materialisme yang mengagungkan materi
c.       Idealisme yang mengagungkan idea
d.      Hedolisme yang mengagungkan kesenangan
e.       Stoikisme yang mengagungkan tabiat saleh
Aliran-aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing, menekankan kepada
sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus di beri tempat yang tinggi misalnya
ketenangan, kesalehan, kebendaan, akal dan idea.
Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti berikut:
 Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
 Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam
 Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih
lanjut ilmu pengetahuan
 Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi
 Filsafat adalah pandangan hidup
 Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan
memyeluruh.

1.      Struktur Filsafat


Hasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul banyak sekali,
dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara sistematis, itulah yang disebut
sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:
a.       Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang
hakikat segala sesuatu
b.      Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu
c.       Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini,
misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat
Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja
yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini
berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan
filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.

B.     Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat
Spekulatif
1.      Berfilsafat
Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong
manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan
kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:’maka kita memberi pengamatanm bintang-
bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk
menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat’.
Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia
heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang
heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan
kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang
kemudian disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri
manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya
sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila
seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami
penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya tadi
manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran
hakiki.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat
dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa
tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.
2.      Sifat Menyeluruh Berfikir Filsafati
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi
sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi,
memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat
dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.
Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu
itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan
ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya.
3.      Sifat Mendasar Berfikir Filsafati
Selain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat
berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut
dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang
untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir.
Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?
4.      Sikap Spekulatif Berfikir Filsafati
Tidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan
manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu
hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik,
bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun
pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat
diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah
alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?
Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi
dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka
tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa
yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang
disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian.
C.     Epistemologi Filsafat
Epistemologi membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat ( yaitu yang difikirkan ), cara
memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran ( pengetahuan ) filsafat.
1.      Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam.
Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat.
Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti ( dipikirkan)-nya. Jika
ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jiak yang difikirkannya hukum
maka hasilnya tentulah Filsafat Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang mungkin dapat
dif\ikirkan? Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah objek filsafat. Jika ia
memikirkan pengetahuan jadilah ia Flisafat Ilmu, jika memikirkan etika jadilah Filsafat Etika,
dan seterusnya.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti
objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang disebut objek formal
yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada epistemologi
filsafat.
Perlu juga ditegaskan bahwa sain meneliti objek-objek yang ada dan empiris, yang
ada tetapi abstrak ( tidak empiris ) tidak dapat diteliti oleh sain. Sedangkan filsafat meneliti
objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika
ada.
2.      Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Pertama-tama filosof harus membicarakan ( mempertanggung jawabkan ) cara
mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para
filosof antara lain ialah karena ketelitian mereka, sebelum mencari pengetahuan mereka
membicarakan lebih dahulu ( dan mempertanggung jawabkan cara memperoleh pengetahuan
tersebut.
Berfislafat ialah berfikir. Berfikir itu tentu menggunakan akal. Menjadi persoalan, apa
sebenarnya akal itu. John Locke ( Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, 11, 1973:111)
mempersoalkan hal ini. Ia melihat, pada zamannya akal telah digunakan secara terlalu bebas,
telah digunakan sampai diluar batas kemampuan akal. Hasilnya adalah kekacauan pikiran
pada masa itu. Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan filsafat? Dengan berfikir secara
mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang
konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian “dibelakang” objek konkret itu.
Secara mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu, ia
mengetahui sedalam-dalamnya. Kapan pengetahuannya itu dikatakan mendalam? Dikatakan
mendalam tatkala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju lagi, disitulah
orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam. Jadi jelas, mendalam
bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.
Seperti telah disebut dimuka, sain mengetahui sebatas fakta empiris. Ini tidak
mendalam. Filsafat ingin mengetahui dibelakang sesuatu yang empiris itu. Ini lah yang
disebut mendalam. Tetapi itu pun mempunyai rentangan. Sejauh mana hal abstrak dibelakang
fakta empiris itu dapat diketahui oleh seseorang, akan banyak tergantung pada kemampuan
berfikir seseorang. Saya misalnya mengetahui bahwa gula rasanya manis ( ini pengetahuan
empirik ) dibelakangnya saya mengetahui bahwa itu disebabkan oleh adanya hukum yang
mengatur demikian. Ini pengetahuan filsafat, abstrak, tetapi baru satu langkahorang lain dapat
mengetahui bahwa hukum itu dibuat yang maha pintar. Ini sudah langkah kedua, lebih
mendalam dari pada sekedar mengetahui adanya hukum. Orang lain masih dapat melangkah
kelangkah ketiga, misalnya ia mengetahui sebagian hakikat tuhan. Demikianlah pengetahuan
dibelakang fakta empiris itu dapat bertingkat-tingkat, dan itu menjelaskan kemendalaman
pengetahuan filsafat seseorang. Untuk mudahnya mungkin dapat dikatakan begini: berfikir
mendalam ialah berfikir tanpa bukti empirik.
3.      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini
menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahan itu. Kebenaran
teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis atau tidaknya tersebut akan
terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan teori itu. Fungsi argumen dalam
filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi data pada pengetahaun sain. Aegumen itu
menjadi satu kesatuan dengan konklusi, konklusi itulah yang disebut teori filsafat. Bobot teori
filsafat justru terletak pada kekuatan argumen, bukan pada kehebatan konklusi. Karena
argumenitu menjadi kesatuan dengan konklusi, maka boleh juga diterima pendapat yang
mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh
argumennya.
4.      Persoalan Filsafat
Ada enam persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf, yaitu ‘ada’, pengetahuan,
metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Keenam persoalan tersebut memerlukan
jawaban secara radikal dan tiap-tiap persoalan menjadi salah satu cabang filsafat.
1.      Persoalan ‘Ada’
Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti dibalik
dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian
tentang sifat paling dalam dalam dan radiakal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filusuf
tidak mengacu kepada ciri-ciri khsus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu
kepadaciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat
mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan antropologis. Ketiga hal tersebut memiliki
titik sentral kajian tersendiri. Ontologis merupakan teori tentang sifat dasar dari kenyataan
yang radikal dan sedalam-dalamnya. Kosmologi merupakan teori tentang perkembangan
kosmos ( alam semesta ) sebagai suatu sistem yang teratur.
2.      Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge )
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi,
yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari akar kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistemologi merupakan salah satu cabang fislsafat yang mengkaji secara mendalam dan
radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
3.      Persoalan tentang metode
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari
metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara
perjalanan, arah. Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau telaah penyusunan
secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang
menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau sebagai penysusun struktur ilmu-ilmu fak.
4.      Persoalan tentang penyimpulan
Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika ( logis ). Logika berasal
dari kata logos ang berarti uraian, nalar. Secara umum, pengertian logika adalah telaah
mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berfikir tepat dan benar. Berfikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi
manusia. Dengan berfikir manusia telah mengerjakan pengolahan pengetahuan yang telah
didapat. Dengan mengerjakan, mengelola pengetahuan yang telah didapat maka ia dapat
memperoleh kebenaran. Apabila seseorang mengelola, mengerjakan, berarti ia telah
mempertimbangkan, membandingkan, menguraikan, serta menghubungkan pengertian yang
satu dengan lainya. Logika dapat dibagi menjadi logika ilmiah dan logika kodrati. Logika
merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan.
5.      Persoalan tentang moralitas ( morality )
Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Istilah etika berasal
dari kata ethos yang berati adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat
menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berarti berlaku untuk
semua orang dan setiap saat. Jadi tidak dibatasi dengan ruang dan waktu.
6.      Persoalan tentang keindahan
Persoalan tentang keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika ( aesthetics ). Estetika
berasal dari kata aesthetikos yang maknanya berhubungan dengan pecerapan indra. Estetika
merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidak indahan. Faham pengertian
yang lebih luas, estetika merupakan cabang filsafat yang menyangkut bidang keindahan atau
sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa, norma-norma nilai dalam seni.

D.    Aksiologi Pengetahuan Filsafat


1.      Kegunaan Pengtahuan Filsafat
Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya denmgan melihat filsafat
sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai
metode pemecahan masalah, ketiga filsafat sebagai pandangan hidup ( philosophy of life ).
Dan yang paling pentimg adalah filsafat sebagai methodology, yaitu cara memecahkan
masalah yang dihadapi. Disini filsafat digunakan sebagai suatu cara atau model pemecahan
masalah secara mendalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut
pandang seluas-luasnya.
Berikut ini uraian yang membahas kegunaan filsafat dalam menentukan philosophy of
life. Banyak memiliki pandanagn hidup, banyak orang menganggap philosophy of life itu
sangat penting dalam menjalani kehidupan.
a.       Kegunaan Filsafat bagi Akidah
b.      Kegunaan Filsafat bagi Hukum
c.       Kegunaan Filsafat bagi Bahasa

2.      Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah


Sesuai dengan sifatnymenyelesaikan masalah secara mendalam dan universal.
Penyelesaian filsafata, filsafat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universala
artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya
penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
E. AKAL PIKIRAN
Akal yaitu suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas
pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun informal, dari manusia pemiliknya. Jadi,
akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk
mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah.

Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak
sama. Maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang betul-betul sama.

Pikiran berasal dari kata dasar pikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Boediono, 2005), Pikir  artinya akal budi ; ingatan; angan-angan; kata dalam hati; kira,
kemudian mendapat sufiks –an menjadi kata pikiran. Pengertian pikiran menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi 3,2007 bahwa pikiran adalah akal budi atau ingatan. Sedangkan
menurut Sri Utami (1992 :30), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental manusia.
Dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisinya dari hal-hal
yang khusus atau atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang khusus ke yang umum. Berpikir
berarti merangkai konsep-konsep. Pikiran adalah proses pengolahan stimulus yang
berlangsung dalam domain representasi utama. Proses tersebut dapat dikategorikan sebagai
proses perhitungan (computational process).
Proses berpikir dilalui dengan tiga langkah yaitu: pembentukan pikiran, pembentukan
pendapat,  penarikan kesimpulan dan pembentukan keputusan. Pertama, yaitu pada
pembentukan pikiran. Pada pembentukan pikiran inilah manusia menganalisis ciri-ciri dari
sejumlah objek. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya mau
membentuk pengertian manusia. Kita akan menganalisis ciri-ciri manusia.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang
artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar,
atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran
sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang
sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan berfilsafat
sendiri adalah berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang disebut
berfilsafat. Kemudian, berfilsafat juga berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya
kebenaran yang dicari telah dijangkau. Dengan kita berfilsafat maka kita akan lebih
menggunakan akal dan fikiran kita untuk mencari suatu hakikat dari kebenaran yang ada dan
yang sudah kita ketahui.
Selanjutnya, karakteristik berfikir filsafat sendiri adalah meliputi karakteristik yang
bersifat menyeluruh, bersifat mendasar, dan bahkan bersifat spekulatif. Maksudnya adalah
bahwa seseorang dalam mereka berfilsafat itu tidak hanya ingin tahu pada satu objek saja
namun ingin mengetahui seluruh objek yang belum mereka ketahui secara filsafati. Lalu
seseorang yang berfikir filsafat itu tidak mau hanya sekedar menerima pendapat dari satu
objek, namun ia ingin mengkaji dengan sendirinya tentang hakikat kebenaran dari suatu
objek kajian. Dan dalam mereka menemukan hakikat kebenaran yang sesungguhnya, mereka
membutuhkan landasan atau patokan yang menguatkan mereka dan menjadi dasar bagi
mereka atas kebenaran yang mereka peroleh dari suatu objek kajian.
akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi
untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah.
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. PT Remaja Rosdakarya. Bnadung. 2004


Soetriono, Hanarief, Rita. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. CV Andi Offset.
Yogyakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai