Usia Lanjut
Seseorang disebut usia lanjut jika telah berumur 60 tahun keatas (aspek kesehatan)49-59 tahun
disebut prasenileSecara biologis mengalami proses penuaan, penurunan daya tahan fisik, rentan
terhadap berbagai penyakitMasalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut yaitu menopause dan
andropause yang berkaitan dengan penurunan fungsi hormon yang berakibat pada gangguan
kesehatan
Masalah yang terjadiMenopause terjadi penurunan atau hilangnya estrogen sehingga akan
menyebabkan gangguan dan keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat
menurunkan kualitas hidupnyaAndropause berkaitan dengan penurunan fungsi hormon androgen
dan testosteronGangguan kesehatan yang timbul masa menopause yaitu nyeri tulang dan sendi,
nyeri waktu senggama, dementia, insiden keganasan (prostat, cervik, mamae), penyakit jantung
koroner, impotensi
KLIMAKTERIUM,MENOPAUSE,SENIUM
Klimakterium adalah masa peralihan antara masa reproduksi ke masa seniumMasa klimakterium
sebelum menopause/pramenopause dan sesudah menopause/pasca menopauseKlimakterium
lamanya 13 tahunMenopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Penyebabnya
karena penurunan fungsi indung telur sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang
mengakibatkan terhentinya haidUsia menopause wanita Indonesia rata-rata 49 tahunSemakin dini
menarke terjadi makin lambat menopause terjadiMasa senium telah terjadi keseimbangan hormonal
baru. Pada masa ini tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikologis. Kemunduran alat-lat
tubuh dan kemampuan fisik
ANDROPAUSE
Kekurangan tenaga/lemah
Upaya perawatan
Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan adalah sebagai berikut (Harahap, 2003):
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi genital, fistula, dan lain-
lain.
Hak-hak reproduksi
f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya,
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari pelecehan,
perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual,
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi,
i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya,
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan kehidupan kesehatan
reproduksi,
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi.
Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan Reproduksi
mencakup 5 (lima) komponen atau program terkait, yaitu
Promosi keluarga berencana (KB) dapat ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus
kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga atas dasar cinta kasih,
serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-anak
mereka serta masyarakat. Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya atau strategi kependudukan
dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga
merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak
dan jumlah kelahiran. Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
pandangan klien atau pengguna pelayanan.
Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai menjadi
1) kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya;
2) kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu;
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap
kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga
terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan
Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut.