Anda di halaman 1dari 25

TERAPI PALIATIF

PADA PENDERITA
KANKER

Oleh : Deti Fitria

Pembimbing: Dr. dr. Riskiana Djamin,


Sp.T.H.T.K.L (K)
PENDAHULUAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007

bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan


semakin meningkat

bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan
rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien
dengan stadium terminal
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 644.000 kasus baru kanker
kepala dan leher, dimana 2/3 dari kasus tersebut terjadi di negara
berkembang.
Tahun 2002 ditemukan 420.000 kasus baru kanker kepala dan leher
pada pria dan 142.000 pada wanita di dunia

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Selama 5 tahun (2001-


tahun 2007, prevalensi tumor di Indonesia 2005) terdapat 448
adalah 4,3 /1000 penduduk. Prevalensi kanker kasus kanker kepala
kepala leher di Indonesia menduduki urutan dan leher di RS Dr.
keempat dari seluruh keganasan Kariadi Semarang,

Insiden tertinggi adalah


kanker tiroid 18%, kanker maxilla dan
kanker nasofaring (112
kanker rongga mulut mandibula 5%, kanker
kasus atau 25%) dan
13%, kanker cavum nasi laring 4%, kanker
kanker kelejar getah
dan sinus paranasalis parotis 2%, dan kanker
bening leher (111 kasus
6% telinga 2%
atau 25%)
Nyeri, sesak
nafas, Gangguan
Mempengaruhi
Stadium lanjut penurunan BB, psikososial dan
kualitas hidup
gangguan spiritual
aktivitas

Dukungan
Pengobatan kebutuhan
Kebutuhan gejala fisik psikologis,
sosial, spiritual

Pendekatan Perwatan
interdisiplin Paliatif
TINJAUAN PUSTAKA

Kanker menjadi
penyebab kematian
WHO 2013 nomer 2 di dunia setelah
kardiovaskular dan
nomer 7 di Indonesia.

Diperkirakan th 2030
insiden kanker
KEMENKES
mencapai 26jt dan 17jt
2015
diantaranya meninggal
dunia.

Tahun 2013 prevalensi


kanker 1,4/1000
INDONESIA penduduk/ sekitar
330.000 orang.
PALIATIF Berasal dari kata Latin “pallium” yang berarti
mantel menutup dengan mantel

Menciptakan keadaan nyaman bagi pasien dan


sedapat mungkin meringankan penderitaannya

Tindakan kedokteran yang menitikberatkan pada


tindakan medis untuk meringankan dan mencegah
penderitaan pasien, terutama pasien yang menderita
penyakit kronis dan penyakit terminal yang sangat
menderita dalam proses mendekati akhir hidupnya.
• Mengantisipasi, mencegah, dan
mengurangi penderitaan pasien dan
sedapat mungkin meningkatkan
kualitas hidup pasien dan
keluarganya, tanpa dipengaruhi
TUJUAN stadium penyakit ataupun
kebutuhan terhadap terapi lainnya
PERAWATAN PALIATIF MEMILIKI 3 FASE

Fase pertama adalah fase terfokus pada penyakit dengan tujuan


memperpanjang usia penderita dan mempertahankan kualitas
hidup dengan mencoba mengobati keganasan yang mendasari.

Fase kedua adalah pendekatan berorientasi gejala. Fase ini


dimulai ketika terapi anti tumor dihentikan karena kurang efektif
atau menimbulkan efek samping yang berat. Fokus fase ini
adalah meningkatkan kualitas hidup dan stabilisasi penyakit
serta pencegahan gejala

Fase ketiga atau fase terminal adalah ketika penyakit menjadi


semakin progresif dan kematian telah menjelang. Dalam fase ini,
tujuannya terutama untuk membiarkan pasien menuju kematian
dengan nyaman dengan mengatasi gejala dan mengurangi
penderitaan dengan penerimaan terhadap hilangnya fungsi
kognitif, emosional, ataupun fungsi social
KEMENKES (2013), MENJELASKAN PRINSIP
PELAYANAN PALIATIF PASIEN KANKER:
 Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,
 Menghargai kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses normal,
 Tidak bertujuan mempercepat atau menunda
kematian,
 Mengintegrasikan aspek psikologis, social dan
spiritual,
 Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup
seaktif mungkin,
 Memberikan dukungan kepada keluarga sampai
masa dukacita,
 Menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarganya,
 Menghindari tindakan sia-sia.
PENDEKATAN TERAPI PALIATIF

Kelelahan

Gangguan
Nyeri
tidur

Mual dan
Anoreksia
muntah

Diare
PENDEKATAN TERAPI PALIATIF
• Gejala yang paling
sering dengan
prevalesi mencapai
78%.
• Seperti anemia,
kelelahan juga dapat
mengurangi kualitas
hidup penderita.
• Gejala ikutan yang
KELELAHAN dapat menambah
kelelahan : dehidrasi,
malnutrisi, infeksi,
gangguan tidur,
depresi, dan ansietas.
• Anemia mungkin
merupakan penyebab
terbesar kelelahan
terkait kanker
KELELAHAN

•Pendekatan terbaik mengatasi kelelahan


terkait kanker adalah etiologi, termasuk
mengurangi penggunaan obat-obatan
yang tidak berguna, mengatasi gangguan
tidur, memperbaiki anemia dan
abnormalitas metabolik lainnya,
memperbaiki hidrasi dan status nutrisi
pasien.
•Pasien dengan kelelahan terkait depresi
dapat diberikan antidepresan, misalnya
dengan selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRI) ataupun antidepresan trisi
NYERI

Jika tidak dapat


secara oral,
Pemberian
Terapi dengan maka pemberian
secara oral
obat adalah yang lebih tidak
biasanya lebih
yang utama invasif biasanya
digemari karena
dalam dipilih, misalnya
mudah, nyaman,
manajemen pemberian
dan lebih
nyeri perrektal
murah.
ataupun
transdermal
TAHAPAN PEMBERIAN ANLGETIK
UNTUK NYERI
Tahap pertama adalah analgetik yang paling
ringan, yaitu asetaminofen dengan dosis maksimal
3g/hari. Selain itu beberapa NSAID yang non selektif
maupun COX-2 selektif inhibitor dapat menjadi
pilihan

Tahap dua adalah analgesik yang mengandung


opioid yang dikombinasi dengan analgetik non
opioid seperti asetaminofen, misalnya kodein,
hidrokodon, dan oksikodon

Tahap ketiga apabila nyeri masih persisten adalah


menggunakan analgetik dengan opioid kuat.
Misalnya morfin, hidromorfin, oksikodon, dan
fentanil
MUAL DAN MUNTAH

Pendekatan pertama adalah


mengurangi sekresi gastrointestinal
menggunakan obatobatan antikolinergik
ataupun analog somatostatin, misalnya
ocreotide

Kedua adalah menggunakan obat-


obatan antiemetik. Antagonis 5-
HT3 (misalnya ondansetron,
granisetron, dolasetron) adalah
obat pilihan untuk mual-muntah
pada pasien kanker
DIARE
Manajemen umum adalah pemberian

antisekretori yang sama yang digunakan untuk
mencegah muntah, misalnya ocreotide.

 Pada pasien yang mendapat terapi opioid,


laksansia harus disandingkan karena 90% opioid
akan menyebabkan konstipasi.
CACHEKSIA

Pasien dengan cacheksia dinilai derajat beratnya


kehilangan berat badan, lalu atasi beberapa
penyakit penyerta, misalnya stomatitis,
mukositis, mual-muntah, konstipasi, dispnea,
nyeri, ataupun gangguan pola makan

Pemberian perangsang nafsu makan dapat


digunakan, misalnya megesterol asetat 400-800
mg perhari, ataupun prednison 10-20 mg dua kali
sehari. Beberapa nutrisi tambahan, baik enteral
maupun parenteral harus dipertimbangkan
dengan baik, karena sebagian kanker stadium
terminal mengalami kesulitan dalam metabolism,
dan adanya cairan serta infeksi yang dapat
mempercepat kematian.
GANGGUAN TIDUR

 Karena depresi yang tidak teratasi, sebagian lagi


karena efek samping dan gejala putus
pengobatan, serta akibat gangguan lain yang
mendasari.

 Intervensinya adalah dengan pemberian


antidepresan, pengobatan insomnia dengan
zolpidem 5-10 mg, lorazepam 0,5-1 mg, atau
trazodone 25-100 mg peroral menjelang tidur.
KEMOTERAPI PALIATIF
 Kemoterapi paliatif adalah perawatan
kemoterapi yang diberikan untuk meringankan
gejala kanker, tetapi tidak dimaksudkan untuk
menyembuhkan kanker atau untuk
memperpanjang hidup ke tingkat yang
signifikan.
 Kemoterapi paliatif dirancang untuk:

 Meringankan Gejala
 Perkembangan Kanker yang Lambat

 Meningkatkan Kualitas Hidup


RADIASI PALIATIF
 Radiasi paliatif digunakan dengan cara yang
sama. Tujuan pengobatan adalah mengurangi
gejala bahkan radiasi tidak dapat
menyembuhkan kanker.

Beberapa alasan umum untuk



mempertimbangkan radiasi paliatif untuk orang
dengan kanker meliputi: pain relief, perdarahan,
obstruksi jalan nafas, kompresi medula spinalis
HOSPICE CARE

Pada pasien kanker stadium terminal, fokus


terapi dalah membuat pasien merasa nyaman dan
tenang, oleh karena itu perawatan rumah adalah
pilihan yang lebih baik untuk pasien dan
keluarganya

Perawatan paliatif di rumah biasanya


memerlukan kunjungan tim kesehatan secara
teratur di rumah. Tim dapat terdiri dari dokter,
perawat, atau bidan yang melakukan
pemeriksaan dan penilaian kesehatan penderita
HOSPICE CARE

Penting untuk mengetahui dan mempraktekkan


ketrampilan menyampaikan berita buruk, baik pada pasien
maupun keluarganya. Isunya adalah bagaimana
menyampaikan kondisi pasien secara jujur dan terbuka
dengan tetap menjaga optimisme dan harapan pasien

Pemilihan waktu kapan saat yang tepat menyampaikan


informasi menentukan keberhasilan, terutama jika
kematian sudah menjelang. Dengan melibatkan pihak dan
professional lain, dokter dapat menghindari dari beban
menjadi satu-satunya tumpuan pasien dan keluarganya
terhadap penyakit yang sudah progresif dan terminal
KESIMPULAN
 Terapi paliatif bukan bertujuan menyembuhkan, tapi lebih
pada mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pendekatannya adalah mengatasi gejala simptomatik akibat
penyakit kanker sendiri ataupun efek samping dari
pengobatan antikanker yang diterima pasien, misalnya
kelelahan, nyeri, mual-muntah, diare dan konstipasi,
gangguan tidur, dsb.

Beberapa intervensi pembedahan, radioterapi, dan



kemoterapi dapat diberikan baik untuk mengatasi gejala yang
menganggu maupun untuk memperpanjang usia harapan
hidup pada kanker stadium lanjut yang tidak dapat
disembuhkan.

Ketika sudah mendekati akhir, adalah penting untuk



membantu pasien menemui kematiannya dengan nyaman dan
tenang, bila perlu dengan menghentikan segala bentuk
tindakan dan intervensi medis yang tidak bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai