Disusun oleh :
Siti Ruqoiyah 412020728029
1.3 patofisiologi
a. gangguan mental organic dan depresi
Sehat mental adalah bagian penting dari kesehatan. Kondisi mental yang sehat
akan menjadikan individu dapat menyadari kemampuan yang mereka miliki, mampu
mengatasi tekanan dan masalah dalam hidup, produktif dalam bekerja dan
berkonstrubusi pada komunitas (WHO, 2020). Di Indonesia prevalensi ganggunan
mental emosional dengan gejalagejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke
atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia (Riskesdas, 2018).
Terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh
dunia, terbanyak di India (4,5%). Satu dari empat orang menderita satu atau lebih
gangguan mental semasa hidup mereka (Ayuningtyas, 2018).
Kesehatan mental atau jiwa menurut undang–undang nomor 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu juga
berarti kesehatan mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga akan
mengganggu produktivitas. Kesehatan mental sangat penting untuk menunjang
produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Ganguan mental atau kejiwaan bisa dialami
oleh siapa saja. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1 dari jumlah penduduk Indonesia atau
setara dengan 11 juta orang (Rachmawati, 2020).
Depresi adalah gangguan mental yang umumnya ditandai dengan perasaan
depresi, kehilangan minat atau kesenangan, penurunan energi, perasaan bersalah atau
rendah diri, sulit tidur atau nafsu makan berkurang, perasaan kelelahan dan kurang
konsentrasi. Kondisi tersebut dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara
substansial dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan tanggung
jawab sehari-hari. Di tingkat yang paling parah, depresi dapat menyebabkan bunuh
diri (WHO, 2012).
Depresi terjadi dengan salah satu ciri adalah dengan stres dan kecemasan
berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunya kualitas
fisik. Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres
masing– masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan
kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri
dalam konteks spiritual keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk
mengurangi beban stres. Terlepas dari stigma masyarakat, keberanian diri untuk
terbuka terhadap orang lain dan berobat merupakan salah satu langkah yang tepat. Di
era digital seperti sekarang banyak platfrorm yang meyediakan layanan konsultasi
secara daring dengan biaya maupun gratis. Selain itu, beberapa puskesmas telah
menyediakan layanan konsultasi psikologi dengan biaya gratis maupun berbayar
dengan harga terjangkau (Rachmawati, 2020).
Masyarakat cenderung memberi stigma negatif terhadap orang dengan
gangguan mental atau jiwa yaitu dengan mencela dan menganggapnya sebagai aib,
anggapan akan orang gila. Selain itu masyarakat yang kurang paham akan tanda-tanda
gangguan mental seperti depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan
mental yang paling sering ditemukan. Hal ini menyebabkan orang dengan kesehatan
mental yang terganggu cenderung susah terbuka akan pengobatan dan malah merasa
lebih tertekan akan stigma masyarakat. Hendaknya masyarakat lebih terbuka dan peka
akan gangguan kesehatan mental disekitarnya. Masyarakat bisa menjadi pendengar
bagi orang yang mengalami depresi maupun stres sebagai upaya meringankan beban
mental(Rachmawati, 2020).
b. Vertigo
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan demikian vertigo
bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau
satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan
yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit
dilukiskan sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai
nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang berlangsung singkat
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem
vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun tidak jarang gejala
vertigo ini yang menjadi gangguan sistematik lainnya misalnya (obat, hipotensi,
penyakit endokrin, dan sebagainya) (Wahyudi, 2012). Gangguan pada otak kecil
tersendiri bisa mengakibatkan vertigo yang jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan
oksigen ke otak yang kurang sehingga bisa menjadi penyebabnya. Ada beberapa jenis
obat yang bisa menimbukan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat
menimbulkan vertigo misalnya, (kina, salisilat, dan streptomisin) (Fransisca, 2013).
Sistem keseimbangan pada manusia semuanya dipengaruhi oleh telinga dalam,
mata, otot dan sendi jaringan lunak untuk menyampaikan informasi yang dapat
dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh saat perubahan posisi. Jika sistem
keseimbangan seperti telinga dalam, sistem visual atau sistem proprioseptif
mengalami gangguan, maka orang tersebut akan mengalami gangguan keseimbangan
atau vertigo (Nyillo, 2012). Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan
suatu kondisi anatomis yang jelas atau suatu reaksi fisiologis sederhana terhadap
kejadian hidup yang tidak menyenangkan (Widiantopanco, 2010 Dalam Sumarliyah,
2019).
BAB 2. SKRINING
2.1 Pemiihan Metode Skrining
Sebelum dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut, dilakukan skrining pada Ny. U
dengan menggunakan MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools). Berdasarkan
hasil penelitian alat skrining gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan sesuai
dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit adalah MUST (Malnutrition
Universal Skrining Tools) dibandingkan dengan alat skrining lainnya.
Form MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools)
Nama: Ny. M
Jenis Kelamin: perempuan
1. BMI pasien (kg/m2)
a. >20 (>30 obese) a. Skor 0
b. 18,5 – 20 b. Skor 1
c. <18,5 c. Skor 2
2. Persentase penurunan berat badan secara tidak
sengaja (3 – 6 bulan yang lalu)
a. <5% a. Skor 0
b. 5-10% b. Skor 1
c. >10% c. Skor 2
3. Pasien menderita penyakit berat dan/tidak a. Skor 0
mendapatkan asupan makanan >5 hari b. Skor 1
a. tidak c. Skor 2
b. ya
Total Skor MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools) Skor 2
Kesimpulan : tidak beresiko malnutrisi
Hasil :
BB(KG )
IMT Pra Hamil =
TB( M )
50
= = 17 kg/m2 (status gizi kurang)
1, 70
- BB ideal sd 10 mg pertama : penambahan BB 0,65 kg/mg = 10 x 0,65 = 6,5 kg
- Penambahan minggu ke 10-30 = 10 x 0,45 = 4,5 kg
- Penambahan BB bulan ke 6 = 6,5 + 4,5 = 11 kg
- Maka BB kehamilan bulan kelima = 50 + 11 = 61
- Untuk BB 55 kg = status gizi kurang
- Total kenaikan BB yang harus dicapai selama hamil yaitu 6 kg
Kesimpulan :
- dapat kita simpulkan bahwa untuk BB pra hamil pada pasien yaitu 50 kg dengan
status gizi kurang, sedangkan pasca hamil BB pada pasien Ny. U yaitu 55 kg dengan
katagori gizi kurang. Untuk BB yang ideal pada Ny. U yaitu 61 kg, oleh karena itu
Total kenaikan BB yang harus dicapai selama hamil yaitu 6 kg. dan untuk TB pada
pasien Ny. U yaitu 170 cm.
3.2 Pengkajian Data Biokimia
Table 2. Data Biokimia
Kode Data
Hasil Nilai Rujukan Ket.
IDNT Biokimia
Neutropil 5,99 1,00-3,13 Tinggi
lymphocyt
e ratio
Absolute
lymphocyt 1290 1500 - 4500 Rendah
e count
Limfosit
13,5 22,0- 44,0 Rendah
neutrofil
80,5 50,0-70,0 Tinggi
Kesimpulan :
- Peningkatan jumlah leukosit dan neutrofil biasanya dianggap sebagai indikator
nonspesifik pada infeksi, inflamasi, nekrosis jaringan, perdarahan atau kondisi stress.
Salah satu penanda inflamasi yang dapat digunakan adalah rasio neutrofil terhadap
limfosit (RNL). Kadar neutrofil dan limfosit didapat dari hitung jenis leukosit yang
merupakan salah satu komponen pemeriksaan darah rutin. Berbagai penelitian
menunjukkan peningkatan neutrophil dan penurunan limfosit segera setelah terjadi
cedera jaringan, termasuk pada pasien cedera kepala. Peran penting dari neutrofil
dalam cedera iskemik– reperfusi dikemukakan oleh beberapa studi yang menunjukkan
hubungan erat antara akumulasi neutrofil dan cedera jaringan.(prinosa, 2021)
2) Kuantitatif
Table 4. Asupan Makan SMRS
Energi Protein Lemak KH Na
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Asupan Oral 675 30 35 122
Kebutuhan 2250 60 65 360
% Asupan 30 % 50 % 54 % 34 %
Interpretasi Kurang Kurang Kurang Kurang
b. Asupan Gizi
1) Kualitatif
Dan untuk recall 1x24 jam didapatakan asupan makan Ny. U yaitu pagi
mengkonsumsi nasi 1 centong, sayur hanya kuahnya saja yang di makan, lauk
hewani yang dimakan yaitu ayam dari luar untuk lauk yang dari RS tidak di
makan yaitu nuget ayam. Untuk selingan pagi yaitu cake meses. Makan siang nasi
1 centong, tidak makan sayur, lauk hewani yang di makan yaitu ayam, lauk nabati
tidak di makan. Selingan sore yaitu agar-agar akan tetapi tidak di makan. Makan
malam yaitu nasi 1 centong, tidak mau makan sayur, lauk hewani yang di makan
yaitu coan kakap, lauk nabati tidak di makan.
1) Kuantitatif
Table 5. Asupan Makan MRS (masuk rumah sakit)
Energi Protein Lemak KH Na
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Asupan oral 685 25 37 110
Kebutuhan 2250 60 65 360
% asupan 30 % 42 % 57 % 31 %
Kategori Kurang kurang kurang kurang
d. Aktifitas Fisik
1) sebelum sakit =Aktifitas Ny. U tergolong sedang karena
bekerja sebagai penjaga toko baju.
2) setelah sakit = Ny. U selama di rumah sakit bentuk aktifitas hanya di tempat tidur
untuk beristirahat
KH = 60% x 2895 / 4
= 434 gr + 40
= 474 gr
BAB 4. DIAGNOSIS GIZI
KH = 60% x 2895 / 4
= 434 gr + 40
= 474 gr