Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN
Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)

A. Latar Belakang

Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM

Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor

keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan

penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor

resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan

saluran napas kronis.

Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang terjadi karena faktor

keturunan, atau juga karena faktor gaya hidup yang tidak sehat. Ingat bahwa penyakit

tidak menular berarti tidak bisa ditularkan seperti pengertian dari penyakit menular.

Dimana penyakit atau kumanya bisa menular ke orang lain dari meia udara, cipratan

ludah, bersin, air, baju yang dipakai, alat makan dll. Penyakit tidak menular sebenarnya

juga memiliki pengaruh yang sama bahayanya jika tidak di manaj dengan baik. Misalnya

diabetes jika orang yang mengalami DM tidak rajin kontrol maka yang terjadi adalah

kondisi gula darahnya bisa sangat tinggi, atau juga bisa sangat rendah. Dia juga tidak bisa

memperkirakan berapa asupan makan yang bisa dia konsumsi setiap harinya. Maka dari

itu Kita harus bisa merubah pola hidup tidak sehat kita menjadi pola hidup sehat sebagai

upaya pencegahan.

Di Puskesmas saat ini juga sudah ada program tersendiri untuk menjaring dan

untuk memanajemen penyakit tidak menular di masyarakat, wadahnya bisa disebut

dengan Posbindu, pesertanya bisa dari kader dan masyarakat yang biasanya menjadi
2

tempat dan wadah share mengenai keluhan keluhan yang dirasakan, pemriksaan lab

sederhana, dan juga rujukan jika diperlukan pengobatan lebih lanjut.

Nah seperti judul di atas saya juga akan memberikan contoh jenis jenis penyakit

PTM yang mungkin juga di alami oleh orang orang di sekitar kita :

 Diabetes Melitues

 Hipertensi

 Jantung

 Sariawan

 Rematik

 Osteoporosis, dll

Beberapa penyakit tidak menular di atas pastinya sangat membutuhkan tenaga

kesehatan dalam rangka upaya pencegahan, misalkan dengan penyuluhan dengan orang

tersebut karena dengan pengetahuan akan dapat merubah mindset dai tidak baik

menjadi lebih baik, Prinsip utama dalam rangka pencegahan PTM adlah dengan

merubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup sehat, misal dengan jalan

santai, lari pagi, senam dll. Jangan hanya mengandalkan obat karena terlalu banyak obat

juga akan merusak organ karena efek sampingnya.

B. Tujuan

Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk

nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup

sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.

Bagaimana caranya ?

Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan

faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat

promosi kesehatan memfokuskan pada :


3

 Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun

Propinsi dan Kabupaten.

 Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu : rokok,

aktifitas fisik dan diet seimbang.

 Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.

 Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap

diet, aktivitas fisik, dan rokok. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko

Terpadu (SSPBT) PTM. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat

nasional maupun local spesifik.

Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas fisik.

Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu

kebijakan baik nasional maupun lokal. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.

Sasaran

 Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan

Kabupaten/Kota).

 Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan

Kabupaten/Kota).

 Organisasi profesi yang ada.

 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.

Landasan Hukum

 Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum yang

sudah ada secara Nasional yaitu :

 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.


4

 Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah.

 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

Pusat dan Daerah.

 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang

Struktur Organisasi dan tatalaksana Departemen Kesehatan RI.

 Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)

 Sistem Kesehatan Nasional.

 Surat Keputusan menteri Kesehatan tahun 1999 tentang Rencana Pembangunan

Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 Depkes RI tahun 1999.

 Global Strategy for The Prevention and Control of Non Communicable Diseasses

(WHA 53 tahun 2000).

 Megacountry Health Promotion Network Initiatives (Geneva, Desember 2002).

Kebijakan

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui

pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media

Massa, dunia usaha/swasta.

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat

yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak

melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang

menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).

Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama

dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.

Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang

mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya

pencegahan dan penanggulangan PTM.


5

Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan

antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk

dunia usaha dan swasta. Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan

PTM.

Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui

peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building). Promosi dan

pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai

dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi

yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.

Strategi

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa

tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah,

tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok,

Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana

dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi

dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada

pemberdayaan masyarakat? 3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat

otonomi daerah, sosial budaya, local spesifik dsb. Mendorong dan memfasilitasi adanya

kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan

penanggulangan PTM. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama

antar institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan PTM. Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam

upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan.


6

Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat

maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri

masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM. Melibatkan masyarakat

secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan

PTM. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam

penanggulangan PTM.

Indikator

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi

penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk

monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan

dan penanggulangan PTM.

Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

Indikator Umum

a. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.

b. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.

c. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.

d. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

Indikator Khusus

a. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan

konsumsi rendah serat).

b. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan

alcohol dan BBLR.

c. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung

penanggulangan PTM.
7

d. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi

masyarakat.

e. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan

PTM.

f. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.


8

BAB II
ANALISA SITUASI

2.1 Gambaran Umum Dan Lingkungan

Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Cigasong terdiri dari daerah

pegunungan, dataran tinggi dan daerah perkotaan. Adapun luas wilayah kerja

Puskesmas Cigasong + 2701,490 ha.

Aspek hidrologis wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong memiliki

beberapa jenis potensi sumber daya air yng dapat di gunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Potensi daya air tersebut meliputi air pemukiman,

seperti mata air, sungai, dan air tanah seperti sumur bor dan pompa pantek dan

air hujan. Selain sumber – sumber di atas, terdapat pula jaringan irigasi yang

sangat menunjang pertanian dan fungsinya untuk mendistribusikan, mengalirkan

dan mengatur aliran air untuk keperluan pertanian, sawah-sawah, kolam dan

lain-lain.

Wilayah kerja Puskesmas Cigasong secara administratif terdiri dari atas 3

kelurahan dan 7 desa. Sedangkan menurut sosiologis dan akar budaya, wilayah

kerja UPTD Puskesmas merupakan rumpun budaya sunda/priangan.

Lebih jelasnya kondisi geografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong

dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Kondisi geografis wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong

Kabupaten Majalengka

Jarak Desa Rata-rata


Tipologi Luas Jumlah Terjauh waktu
Nama Desa Kecamatan wilayah RT/RW tempuh ke
RT Roda Puskesmas
2 Cigasong
Cigasong Dataran 209.644 22/5 5 km 10 15
9

Simpeurem Dat,Prbukita 309.828 14/4 6 km 15 20


n
Tenjolayar Perbukitan 249.003 17/4 7 km 20 25
Tajur Perbukitan 163.900 24/9 7 km 15 20
Kawunghilir Dataran 77.400 6/2 8 km 15 20
Cicenang Dataran 276.625 18/6 3 km 5 10
Baribis Dataran 174.400 21/7 1 km 1 5
Kutamanggu Dataran 234.200 14/6 0,5 1 5
km
Karayunan Dataran 257.927 23/10 2,5 2 8
km

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lingkungan fisik/keadaan geografis

wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatsan dengan Kecamatan Dawuan dan Jatiwangi

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maja

3. Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Sukahaji

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Majalengka

Tipologi wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong terdiri dari 70 % dataran

dan 30 % perbukitan. Sedangkan iklim di Wilayah kerja Puskesmas Cigasong

adalah kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau angin sangatlah kencang

sehingga pada musim tersebut dapat di waspadai adanya kenaikan jumlah

pasien dengan kasus ISPA atau Pnemonia.

Selain itu perlu adanya peningkatan kewaspadaan terhadap timbulnya

berbagai penyakit di antaranya DBD, Chikungunya dan ISPA.

2.2 Kependudukan

1. Pertumbuhan Penduduk

Penambahan jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Cigasong

dari tahun ke tahun akan berdampak pada berbagai hal termasuk beban

ketergantungan dari tiga komponen yang berpengaruh terhadap

peningkatan IPM yaitu komponen ekonomi, pendidikan dan kesehatan.


10

Jika penambahan jumlah penduduk ini tidak di ikuti dengan

peningkatan kualitas kesehatan yang ada di Puskesmas, baik secara

sarana dan pra sarana, maupun secara program dan peningkatan

kesadaran masyarakat terhadap perilaku sehat melalui perilaku hidup

bersih dan sehat,maka akan semakin berat masyarakat dengan indikator

tercapainya IPM 80 tersebut. Berikut ini dapat di lihat grafik penduduk di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Tahun 2015

Pertambahan penduduk pada kurun waktu 3 tahun terakhir, yaitu

tahun 2013, 2014, 2015, disebabkan adanya mobilitas penduduk di

daerah perkotaan sehingga banyak penduduk yang keluar masuk dari dan

ke wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong. Beberapa faktor penyebab

terjadinya mobilitas penduduk di daerah adalah adanya pencarian kerja,

transmigrasi dan lain-lain.

Penambahan jumlah penduduk perempuan pada kurun waktu 3

tahun terakhir lebih tinggi di bandingkan penduduk laki-laki. Hal ini bisa

menjadi komoditas yang baik bagi program kesehatan karena di

asumsikan bahwa perempuan mempunyai jiwa yang lebih peduli untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat.

Laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 3 tahun terakhir

yang selalu mengalami peningkatan, jika di hubungkan dengan kesehatan

maka dapat menyebabkan semakin kompleknya masalah kesehatan yang

akan di hadapi oleh puskesmas.

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Salah satu masalah kependudukan yang ada di Wilayah kerja

UPTD Puskesmas Cigasong adalah penyebaran penduduk yang tidak

merata. Hal ini disebabkan karena letak geografis daerah dan tipologi
11

daerah yang berbeda beda ,penyebaran penduduk yang tidak merata

tersebut menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan

kependudukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong.

Berikut ini grafik persebaran penduduk di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Cigasong tahun 2015

Kepadatan penduduk terendah terdapat di Desa Kawunghilir.

Tingginya kepadatan penduduk tersebut merupakan daerah perkotaan

sehingga tingkat mobilitas penduduk di desa tersebut cukup tinggi.

2.3 Sumber Daya Manusia

NO JENIS TENAGA KESEHATAN JUMLAH


LA PUS 1.
K KEPALA PUSKESMAS 1 orang
2. DOKTER UMUM 2 orang
3 DOKTER GIGI 1 orang
3. PERAWAT KESEHATAN 9 orang
4. BIDAN PUSKESMAS 5 orang
5. BIDAN DESA 11 orang
6. SANITARIAN 1 orang
7. AHLI GIZI 1 orang
8. PERAWAT GIGI 1 orang
9. KOORDINATOR IMUNISASI 1 orang
10. TENAGA LAIN 4 orang
11 ANALIS KESEHATAN 1 orang

2.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan

UPTD Puskesmas Cigasong memiliki 1 pustu,1 poned, 10 poskesdes, dan

40 posyandu di seluruh kelurahan/desa yang berada di wilayah Kecamatan

Cigasong.
12

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Umur Harapan hidup Waktu Lahir (EO)

Salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan secara luas adalah

umur harapan hidup waktu lahir (EO) (UHH).Indikator ini telah ditentukan sebagai

salah satu tolak ukur terpenting dalam menghitung dan menentukan indeks mutu

hidup (IMH) indeks pembangunan manusia (IPM).

UHH mencerminkan lama usia seorang bayi baru lahir diharapkan hidup dan dapat

menggambarkan tarap hidup suatu bangsa .Babarapa faktor yang mempengaruhi

angka ini selain dari faktor kesehatan,antara lain mencakup ekonomi,pendidikan

dan geografis.

Perhitungan umur harapan hidup waktu lahir (Eo) dengan proyeksi estimasi

didasarkan karena perubahan umur harapan hidup dari tahun ke tahun serta dari

sensus penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun,dan asumsi tingkat penurunan

bayi dan angka harapan hidup (AHH) tahun 2013 mengalami peningkatan.

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Cigasong dapat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan

menerima informasi bidang kesehatan, kemampuan untuk berperan serta

dalam pembangunan pada bidang kesehatan serta mempunyai pengaruh

terbesar dalam penurunan angka kematian bayi.

Tingkat pendidikan sangat berperan dalam penurunan angka

kematian ibu dan bayi, karena dengan pendidikan yang tinggi akan

berpengaruh pada pemilihan penolong persalinan dan sarana pelayanan

kesehatan yang dipilih jika seseorang sakit.


13

2. Perilaku hidup bersih sehat

Pelaksanaan perilaku hidup bersh dan sehat secara langsung

maupun tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah

kesehatan melalui penceghan terjadinya kesakitan maupun kematian.

PHBS mengisyaratkan slogan“Lebih Baik Mencegah daripada

Mengobati“.

Indikator PHBS terkini mencakup 10 aspek, yaitu : ibu bersalin oleh

tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya jaminan

pemeliharaan kesehatan, aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok, makan

dengan gizi seimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat

kepadatan hunian serta lantai rumah bukan dari tanah.

Penerapan PHBS di rumah tangga diharapkan menurangi risiko

terjadinya kematian bayi karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan,

meningkatkan daya tahan tubuh dengan ASI, pencegahan penyakit

degeneratif dengan berolahraga, dan mengkonsumsi makanan bergizi,

pencegahan penyakit pernafasan dengan tidak merokok dan tinggal di

tempat yang tidak terlalu padat hunian, ketersediaan air bersih, jamban,

dan lantai mengurangi risiko kejadian penyakit berbasis lingkungan,

seperti diare, penyakit kulit dll. Hingga saat ini penyakit infeksi saluran

pernafasan dan diare masih merupakan penyebab terbesar kematian

bayi di wilayah kerja UPTD Peskesmas Cigasong.

a. Lingkungan

1) Lingkungan fisik, kimia, dan bilogi

Lingkungan yang termasuk kategori ini antara lain tata ruang,

geografis, suhu udara, curah hujan, kelembaban, penyinaran, matahari,


14

kebisingan, polusi udara, sarana air bersih, jamban keluarga,

pembuangan limbah, pembuangan sampah, agka keracunan makanan.

Lingkungan tidak sehat secara langsung maupun tidak langsung

berperan terhadap masalah kesehatan yang timbul, media penyebar

penyakit. Masalah kesehatan lingkungan yang paling berpengaruh

terhadap derajat kesehatan adalah masalah sanitasi dasar, antara lain

ketersediaan air bersih, persentase keluarga yang memiliki jamban

memenuhi syarat, kualitas lingkungan, rumah tempat tinggal termasuk

lantai, kepadatan hunian, ventilasi, pembuangan limbah dan sampah.

2) Lingkunan sosial ekonomi

Lingkunan ekonomi merupakan salah satu faktor risiko masalah

kesehatan yang berkaitan dengan gangguan jiwa, penyalahgunaan

narkoba, penyakit menular kelamin.

Aspek yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap masalah

kesehatan atara lain perkembangan angkatan kerja, angka

pengangguran, jumlah anak jalanan, angka putus sekolah, angka

kriminalitas, angka kekerasan dalam rumah tangga, lapangan pekerjaan,

organisasi sosial, dan lembaga pemerintahan.

b. Upaya kesehatan

Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh berbagai faktor antara

lain sarana fisik, tenaga kesehatan, alat penunjang pelayanan kesehatan,

obat-obatan, dan standar pelayanan kesehatan.

Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan

dengan beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu

tempuh ke sarana kesehatan serta status sosial ekonomi dan budaya.


15

Perubahan paradigma kesehatan yang lebih menekankan kepada

usaha promotif dan preventif diharapkan dapat berdampak pada penurunan

angka kesakitan dan angka kematian. Upaya kesehatan tersebut dapat

berjalan dengan baik atas dukungan seluruh sumber daya yag ada di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Cigasong. Dukungan tersebut antara lain dukungan

fisik sarana kesehatan baik Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan

Puskesmas Keliling dengan melibatkan peran serta masyarakat yaitu

Polindes, Posyandu, Pos Obat Desa, dan wahana pelayanan kesehatan dasar.
16

BAB IV

HASIL KEGIATAN

Dari hasil kegiatan di tahun 2015,

Anda mungkin juga menyukai