Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FGD

KERACUNAN MAKANAN

Oleh :

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
makalah ini tepat pada waktunya. Laporan makalah ini merupakan laporan hasil
diskusi dan analisis dari skenario yang telah diberikan. Makalah ini merupakan suatu
kewajiban tiap kelompok untuk menyampaikan hasil dari diskusinya dalam FGD
(Focus Group Disscussion) mengenai hal-hal yang berkenaan dengan skenario yang
telah diberikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung membantu hingga terselesaikannya laporan makalah
ini, antara lain Tutor kami dalam FGD (Focus Group Discussion) Kelompok 2, dr.
Ayu Cahyani.
Kami menyadari bahwa laporan makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu saran atau kritik yang bersifat positif dan membangun sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.Terima kasih.

Surabaya, 28 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................

Kata Pengantar.............................................................................................

Daftar isi.......................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................

C. Tujuan............................................................................................

1. Tujuan Umum.........................................................................

2. Tujuan Khusus........................................................................

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Analisis.............................................................................................

1. Tinjauan Teoritis.....................................................................

2. Konsep Fishbone....................................................................

10

B. Pembahasan......................................................................................

12

BAB III RENCANA PROGRAM................................................................

18

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................

21

B. Saran..............................................................................................

21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi
makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus,
dan parasit. Selain itu bisa karena racun yang mereka keluarkan di makanan.
Kontaminasi dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan
tidak benar.
Kontaminasi yang umumnya terjadi pada kasus keracunan makanan
disebabkan oleh:

Bakteri, contohnya Campylobacter, salmonella, Escherichia coli, Listeria, dan


Shigella.

Virus, contohnya norovirus dan rotavirus.

Parasit, contohnya cryptosporidium, Entamoeba histolytica, dan giardia.


Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang

ikut tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan,


gejala-gejala terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan
dapat segera setelah menelan bahan beracunitu dan tidak melebihi 24 jam setelah
tertelannya racun.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.

4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan


bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia tahun 2011
sebanyak 128 kejadian dari 25 propinsi. Jumlah orang yang terpapar dalam KLB
keracunan pangan sebesar 18.144 orang dengan AR 38,03% (6.901 kasus) dan
CFR 0,16% (11 kasus) (BPOM RI, 2011). Tahun 2012 mengalami penurunan 44%
dengan 84 kejadian yang berasal dari 23 propinsi. Jumlah orang terpapar dalam
KLB keracunan pangan sebesar 8.590 orang dengan AR 37,66% (3.235 kasus)
dan CFR 0,58% (19 kasus) (BPOM RI, 2012). Sedangkan tahun 2013 KLB
keracunan pangan di Indonesia mengalami penurunan 36% dengan 48
kejadianyang berasal dari 34 propinsi. Jumlah orang terpapar sebesar 6.926 orang
dengan AR 24,40% (1.690 kasus) dan CFR 0,71% (12 kasus) (BPOM RI, 2013).
Penyebab KLB keracunan pangan di Indonesia tahun 2013 berasal dari
masakan rumah tangga sebesar 27,38% (23 kejadian), pangan jasa boga sebesar
16,67% (8 kejadian), pangan olahan sebesar 14,38% (7 kejadian), pangan jajanan
sebesar 16,67% (8 kejadian) dan tidak diketahui sumber penyebabnya sebesar
4,17% (2 kejadian) (BPOM RI, 2013). KLB keracunan pangan di rumah tangga
pada umumnya terjadi pada saat pesta keluarga seperti peristiwa pernikahan,
khitanan, aqiqah, tahlilan, dan lain-lain. Pada acara tersebut makanan yang
disajikan dikelola oleh rumah tangga itu sendiri dengan dibantu para tetangga
denganmanajemen pengolahan pangan yang kurang baik dan tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip keamanan pangan. Faktor suhu dan waktu pengolahan yang tidak
tepat merupakan faktor risiko yang sering menyebabkan keracunan pangan di
rumah tangga. Oleh karena itu penyuluhan terhadap masyarakat mengenai
pengelolaan pangan pada saat pesta atau hajatan perlu diberikan supaya kejadian
serupa tidak terulang kembali di waktu yang akan datang (BPOM RI, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab keracunan makanan yang diderita oleh keluarga
tersebut?
2. Bagaimana langkah yang perlu dilakukan untuk menangani kasus ini ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai Informasi dan pencegahan agar kejadian
keracunan makanan di restoran tersebut tidak terulang
dan mencegah timbulnya keracunan makanan di daerah
tersebut.
b) Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi
informasi

dalam

upaya

pencegahan

Keracunan

makanan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui penyebab keracunan makanan yang
diderita oleh keluarga tersebut
b) Untuk mengetahui langkah yang perlu dilakukan untuk
menangani kasus ini

BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis
Pada skenario dijelaskan bahwa terjadi peristiwa keracunan makanan yang
diduga disebabkan oleh makanan yang disajikan dalam suatu restoran. Hal ini
berawal disaat satu keluarga mengadakan pesta ulang tahun yang kemudian
dihadiri oleh 30 orang termasuk anggota keluarga tersebut untuk pesta makan
malam dalam suatu restoran yang cukup terkenal.
Hidangan yang disajikan terdiri dari :
a. Nasi goring
b. Nasi putih
c. Ayam panggang
d. Burung dara goring
e. Sup Kepiting
f. Salad
g. Gurami asam manis
h. Es cream
i. Air es
j. Es buah
k. Buah-buahan
3 jam setelah pesta selesai, ada berita bahwa ada keluarga yang memberitahu
tuan rumah bahwa salah satu keluarganya menderita muntah dan berak sesampainya
7

dirumah, sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit, keluarga tuan rumahpun 2 orang
juga terserang mual-mual serta sedikit mules perutnya. Ternyata beberapa keluarga
lainnya juga terserang muntah berak tetapi sudah sembuh setelah berobat ke dokter
praktek.
Menurut pemeriksaan dari tim Survailans, mereka tidak dapat menemukan
sampel makanan karena sudah dibuang, dan bahan muntahan dan faeces pun tidak
ditemukan. Periode inkubasi berkisar antara 3 60 jam, kemudian tim Survailans
melakukan swab terhadap seluruh pelayan dan penjamah makanan di restoran
tersebut dan didapatkan hasil :
A. Hasil pendataan terhadap anggota keluarga dan undangan yang makan di
restoran dengan gejala sebagai berikut :
Tabel 1. Prosentase menurut gejala penderita
Gejala
Nausea
Muntah
Kram Perut
Mencret
Dehidrasi
Sub Febril
Kejang/Gangguan Neurologi
Total

Jumlah
9
8
6
4
2
1
0
30

%
30
27
20
13
7
3
0
100%

B. Hasil pendataan penderita (penghitungan attack rate dan relative risk


penderita yang makan makanan tertentu dan tidak makan makanan
tertentu).

Tabel 2. Attack rate dan relative risk penderita yang makan makanan tertentu
8

dan tidak makan makanan tertentu


Makan Makanan

Tidak Makan Makanan Tertentu

Tertentu
Jenis makanan

Sakit Tidak

AR-1

Sakit Tidak

AR-2

Selisih

RR

1. Nasi Goreng 10
2. Nasi Putih
6
3. Ayam
4

Sakit
5
4
5

0,66
0,6
0,444

3
4
7

Sakit
2
6
4

0,6
0,4
0,636

AR (1-2)
0,066
0,2
-0,192

1,11
1,5
0,689

Panggang
4. Burung

0,4

0,2

0,2

Dara
5. Sup

11

0,647

0,666

-0,019

0,971

Kepiting
6. Gurami

0,333

0,5

-0,167

0,666

Asam Manis
7. Salad
3
8. Es Cream
2
9. Es Buah
3

5
6
1

0,375
0,25
0,75

5
1
4

7
11
14

0,416
0,083
0,222

-0,041
0,167
0,528

0,901
3,012
3,378

10. Air Es

0,25

10

0,833

-0,583

0,3

Table 3. Urutan jenis makanan yang mempunyai selisih attack rate


tertinggi sampai dengan terrendah.

Makan Makanan

Tidak Makan Makanan Tertentu

Tertentu
Jenis Makanan

Sakit Tidak

AR

Sakit Tidak

Sakit

Sakit
9

AR

Selisih
AR

RR

1. Es Buah
2. Nasi Goreng
3. Sup Kepiting
4. Nasi Putih

3
10
11
6

1
5
6
4

0,75
0,66
0,647
0,6

4
3
2
4

14
2
1
6

0,222
0,6
0,666
0,4

0,528
0,066
-0,019
0,2

Masukan :
1.Dana terbatas
2. pengolahan
kurang sehat
3. keterampilan
SDM

Proses :

Lingkungan :

1. Pengolahan bahan
makanan

Lingkungan :

2. Penyajian makanan

1. Sumber air tidak steril


2. Banyak Hama

Kelompok input dalam skenario 2 ini meliputi :


1. Dana yang terbatas dalam pengelolaan restoran
Dana yang terbatas dalam pengelolaan restoran akan menimbulkan dampak
misalnya penyediaan bahan makanan yang berkualitas akan diminimalisir
pengeluarannya serta alat yang akan digunakan dalam proses pengolahan
bahan makanan pun akan disesuaikan dengan dana yang ada
2. Pengolahan bahan makanan yang kurang sehat
10

3,378
1,11
0,971
1,5

Pengolahan bahan makanan yang kurang sehat sangat erat kaitannya dengan
aspek keterampiilan SDM dan kemungkinan SDm yang digunakan untuk
mengolah bahan makanan kemungkinan dalam kondisi tidak sehat
3. Keterampilan SDM yang kurang
Keterampilan SDM akan berhubungan dengan aspek yang kedua dimana
keterampilan SDM menentukan hasil dari pekerjaannya berupa kualitas
makanan

yang

baik

atau

buruk.

Kelompok proses dalam skenario ini adalah :


1. Proses pengolahan bahan makanan
Kemungkinan terjadi keracunan dalam skenario ini dapat terjadi karena
kelalaian dalam pengolahan bahan makanan yang mungkin tidak
dibersihkan dengan baik atau dimasak dengan teknik tertentu
2. Proses penyajian makanan
Penyajian makanan dapat juga menimbulkan keracunan dikarenakan
kemungkinan kebersihan alat yan digunakan tidak terjaga
Kelompok lingkungan yaitu :
1. Sumber air yang tidak bersih
Sumber air dapat menjadi penyebab keracunan mungkin pada restoran
sumber air yang digunakan tidak bersih atau bahkan mungkin tercemar
2. Banyak hama
Banyaknya hama dapat dikarenakan pengolahan limbah restoran yang tidak
tepat sehingga hama akan berkeliaran di dalam restoran.
Hubungan Sebab Akibat

Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian


makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, atau toksinnya, parasit,
virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi
normal tubuh. Jenis keracunan makanan disebabkan oleh biologikal (bakteria,
11

fungi,virus), fisikal(benda atau bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku
dan lain-lain),kimia(racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif
makanan seperti pengawet yang berlebihan).
Akibat yang ditimbulkan olehkeracunan pun beragam, sepertidiantaranya
kekejangan otot, demam, sering buang air besar, tinja cair dan mungkin disertai
darah, nanah atau mukus, otot-otot lemah, lesu, muntah,sakit perut, kadangkala
demam, dehidrasidanseringkalidisertai hilang selera makan.

B. Pembahasan

Dari analisis yang telah dilakukan, kita tau bahwa akibat dari penyakit yang
timbul adalah adanya kesalahan pada makanan yang dikonsumsi. Ada banyak
kemungkinan yang dapat menjadi faktor penyebab para tamu undangan keracunan
makanan tersebut. Misalnya saja, cara penyajian yang kurang higienis, bahanbahan yang digunakan kurang layak, adanya bakteri atau mikroorganisme yang
terdapat dalam makanan tersebut dan masih banyak faktor yang lainnya.
Namun dari analisis yang telah dilakukan, yang menjadi penyebab para tamu
undangan mengalami keracunan makanan adalah karena adanya bakteri atau
mikroorganisme pada makanan yang dikonsumsi tersebut sehingga menyebabkan
para tamu undangan yang mengkonsumsi makanan tersebut mengalami gejala
gejala seperti yang telah disebutkan pada skenario.
Mengenai kebersihan restauran dan lingkungan sekitarnya masih belum dapat
dipastikan secara jelas. Oleh karena itu masih banyak kemungkinan yang dapat
menyebabkan bakteri atau mikroorganisme tersebut ada dalam makanan tersebut.
Riwayat kesehatan dari masing masing tamu undangan yang hadir
sebelumnya adalah dalam keadaan baik. Namun setelah mereka mengkonsumsi
makanan yang dihidangkan, mereka mengalami gejala gejala seperti yang telah
disebutkan di dalam skenario. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa penyebab
munculnya gejala gejala tersebut adalah dikarenakan para tamu undangan
mengkonsumsi makanan yang telah disediakan.
Dari hasil analisa dan pengukuran yang telah dilakukan, dapat ditentukan
12

bahwa makanan yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah es buah. Banyak
kemungkinan bakteri atau mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit
tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Salmonella
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan

(foodborne

diseases).

Pada

umumnya,

serotipe

Salmonella

menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh


Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis
adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan
makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,
sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica
adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit
demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala
demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi
memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya
serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang
menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan
menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
b. E. Coli(Inkubasi 12-72 jam)
Escherichia coli atau sering disebut dengan nama E. coli adalah
sejenis bakteri yang umum ditemukan di dalam usus manusia yang sehat.
Bakteri E. coli sendiri terdapat beberapa jenis. dan kebanyakan dari bakteri
ini tidak berbahaya. Meski demikian, sebagian di antaranya bisa
menyebabkan keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius.
Beberapa galur bakteri E. coli bisa menghasilkan racun yang cukup
berbahaya dan bisa menyebabkan kondisi yang serius. Salah satunya adalah
galur bakteri E. coli 0157 sebagai jenis yang bisa membahayakan tubuh,
seperti mengakibatkan diare bercampur darah, kram perut, dan muntah13

muntah.
Gejala-gejala Akibat Infeksi E. Coli
Gejala infeksi bakteri E. coli biasanya dimulai tiga hingga empat hari setelah
tubuh terpapar oleh bakteri, tapi Anda akan mulai merasa sakit pada satu hari
hingga lebih dari satu minggu kemudian. Berikut ini adalah gejala-gejala yang
muncul akibat infeksi E. coli:

Perut kram.

Diare, dengan tingkat keparahan ringan hingga parah, dan bahkan berdarah.

Kehilangan selera makan.

Mual dan muntah.

Demam.

Kelelahan.
Gejala-gejala ini biasanya bertahan hingga satu minggu jika tidak
terjadi komplikasi, tapi beberapa infeksi E. coli bisa sangat berbahaya.
Semua orang yang mengalami infeksi E. coli berisiko terhadap komplikasi,
tapi komplikasi lebih cenderung terjadi pada anak-anak. Hal ini disebabkan
anak-anak lebih susah untuk bertahan ketika kehilangan banyak cairan dan
darah akibat muntah dan diare.

c. Clostridium Perfringens(Inkubasi 1-10 jam)


Clostridium perfringens adalah spesiesbakterigram-positif yang
dapat membentuk spora dan menyebabkan keracunan makanan. Beberapa
karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak bergerak), sebagian
besar memiliki kapsul polisakarida, dan dapat memproduksi asam dari
14

laktosaC. perfringens dapat ditemukan pada makanan mentah, terutama


daging dan ayam karena kontaminasi tanah atau tinja. Bakteri ini dapat
hidup pada suhu 15-55 C, dengan suhu optimum antara 43-47 C.
Clostridium perfringens dapat tumbuh pada pH 5-8,3 dan memiliki pH
optimum pada kisaran 6-7. Sebagian C. perfringens dapat menghasilkan
enterotoksin pada saat terjadi sporulasi dalam ususmanusia.
d. Staphylococcus Aureus(Inkubasi 1-6 jam)
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan
spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok,
dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan optimum pada
suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan
mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas
dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya
hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi
inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau
perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas
sehingga terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian
besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh
karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase,
yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase,
enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase
diasosiasikan dengan

patogenitas

karena

penggumpalan fibrin

yang

disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen


pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.
Dari penjelasan beberapa macam jenis mikroorganisme yang ada maka
15

kemungkinan terbesar makanan yang disajikan mengalami kontaminasi


dengan bakteri E.Colikarena apabila dilihat dari gejala dan masa
inkubasinya maka bakteri E.Coli yang paling memenuhi kriteria yang ada.
Hubungan antara E.Coli dengan es buah dapat dimungkinkan dari
kurangnya kehigienisan proses pembuatan makanan yang ada.

Masukan
A. Perilaku sanitasi rendah
Masyarakat sering mengabaikan kebersihan dirinya, sehingga masyarakat sering
terkena penyakit. Prilaku sanitasi yang rendah, contoh yg sederhana adalah ketika
masyarakat akan makan malam, masyarakat tidak mencuci tangan, untuk
membersihkan kotoran yang berada di tangan dan menghindari dari penyakit.
Proses
A. makanan yang tidak higienis
Makanan yang tidak higienis bisa karna beberapa hal, karena bahannya, cara
pengolahan, alat pengolahan dan orang yang mengolah. Sehingga untuk menghindari
makanan itu tidak higienis maka perlu memperbaiki beberapa hal.
B. Tingkat kehigienisan makanan rendah
Seharusnya pihak restoran mengatur tingkat hegienitas makanan yang disajikan,
sehingga makanan yang disajikan memiliki tingkat higienis yang sedang dan
masyarakat tidak mengalami penyakit setelah mengkonsumsi makanan tersebut.
C. Tingkat pengawasan restoran rendah
Ini merupakan tindakan yang merugikan konsumen dan dapat menyebabkan
konsumen mengalami penyakit. Pihak restoran seharusnya mengawasi makanan yang
mereka sajikan, mulai dari bahannya berasal darimana dan apakah bahan tersebut
sudah dicuci sebelum diolah, cara pengolahan bagaimana, alat-alat yang dipakai
mengolah apakah sudah dibersihkan terlebih dahulu dan umur alat itu sendiri.
16

Kemudian apakah orang yang mengolah makanan tersebut sudah menjaga


kebersihannya, mulai dari tangannya apakah sudah dicuci terlebih dahulu, pakaiannya
apakah sudah diganti secara berskala. Beberapa hal tersebut seharusnya menjadi
perhatian restoran sehingga tidak merugikan konsumen.
Lingkungan
A. Bahan muntahan dan feses tidak ditemukan
Masyarakat mengalami penyakit muntah dan diare, maka diperlukan sampel dari
muntahan dan feses. Tapi kedua hal tersebut tidak bisa ditemukan sehingga pihak
survailans, tidak bisa melakukan tes uji di laboratorium dan menemukan
penyebabnya secara spesifik dan cepat.
B. Tim survailans tidak bisa menemukan sampel makanan karena sudah di buang
Selain dari sampel muntahan dan feses, tim survailans bisa menggunakan sampel
makanan, untuk mengetahui penyebab masyarakat mengalami penyakit diare dan
muntah, dll, tetapi makanan tersebut sudah dibuang maka tim survailans kesulitan
dalam melakukan penentuan penyakit yang dialami masyarakat.

BAB III
17

RENCANA PROGRAM
Parameter

Masalah
A

1. Prevalence

2. Severity

3. Rate % increase

study

8. Resources availability
JUMLAH

1
24

3
31

3
30

3
31

3
25

2
21

4
30

RERATA (sesuai jumlah

3,8

3,75

3,8

3,125

2.625

3,75

4. Degree of unmeet need


5. Social benefit
6. Public concern
7.Technical

feasibility

parameter)

5 masalah kesehatan :
Masalah A : Dana Terbatas
Masalah B : Pengolahan Kurang Sehat
Masalah C : Ketrampilan SDM
Masalah D : Pengolahan Bahan Makanan
Masalah E : Penyajian Makanan
Masalah F : Sumber Air tidak Steril
Masalah G : Banyak Hama

Tabel rencana Program


18

Kegiatan

Sasaran

Target

1.

Volu

Rincian

Lokas Tenaga

me

Kegiatan

Pelaksan

Kegia

Pelak

Pelaksan

tan
1x

1.

saan
restor

Juru

Januar

aan
Alat

an

Masak,

Tulis

Pertemua

Juru

1.

Masak,

mengetah

Melakuk

Pemilik

ui apa saja

an

Pemilik

restoran,

yang perlu

pendataa

restoran,

Pihak

dipersiapk

Pihak

kesehata

an dalam

keperluan

kesehata

meningkat

apa saja

kan

yang

kualitas

dibutuhk

pengolaha

an untuk

n masakan

meningka

2.

tkan

mengatur

mutu

jadwal

pengolah

pelatihan

an

bagaiman

makanan

a cara

2.

mengolah

mensepa

makanan

kati

dengan

periode

baik

dilaksana

3.

kan

Mencari

pelatihan

Pelatih

para juru
masak
dalam
mengolah
19

Jadwal Kebutuha

makanan
Pelatihan

Pelaksaan

Juru

100%

3x

pelatihan

Masak

peningkat

semin yang

Resto

Juru

Januar

Alat

ran

Masak,

y-

Masak,

juru

an kualitas ggu

dilakukan

orang

Februa Bahan

masak

juru

untuk

yang

ry

masak

meningka

melatih

dalam

tkan

mengolah

kualitas

makanan

juru

masakan,
Tempat
memasak

masak
dalam
mengolah
3

Evaluasi

1x

makanan
1.

Resto

Juru

ran

masak,

Juru

100%

Masak,

kegiatan

Mendata

Pemilik

terlaksana

apakah

pemilik

restoran,

pelatihan

restoran,

Tenaga

yang

tenaga

kesehata

dilakukan

kesehata

sudah

meningka
tkan
kualitas
juru
masak
dalam
mengolah
makanan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

20

Maret

Alat tulis

A. Kesimpulan
1. Penyebab Muntah Berak yang dialami oleh keluarga tersebut adalah
kurangnya kemampuan dalam pengolahan bahan yang menyebabkan makanan
tersebut menjadi racun dan menimbulkan penyakit bagi konsumen
2. makanan yang diduga menyebabkan muntah dan berak pada keluarga
tersebut adalah Air Es, karena memiliki nilai AR-RR Positif (+)

B. Saran
1. Dalam suatu proses pengolahan makanan, banyak yang perlu diperhatikan
utamanya cara pengolahan bahan makanan tersebut karena hal ini yang
memiliki persentase paling besar dalam menimbulkan penyakit bagi
consumen
2. Bagi Konsumen, perhatikan kebersihan dan kualitas dari tempat serta
makanan yang akan dikonsumsi, pilihlah tempat yang memang memiliki
kualitas SDM dalam mengolah makanan yang baik dan memiliki fasilitas
yang bersih serta layak untuk mengolah makanan

DAFTAR PUSTAKA
Suarjana, I Made. 2011. Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan. Badung

21

Pratiknjo, Laksmono. Keracunan Makanan Merupakan Salah Satu Indikator


Lemahnya Kontrol Pemerintah dan Masyarakat terhadap Produk Makanan yang
Beredar. Surabaya
Handoyo, Agus. 2014. Studi Kasus Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan di Desa
Jembungan Kecamatan Banyudono Boyolali. Surakata

22

Anda mungkin juga menyukai