PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, Bronkhitis bisa
bersifat serius.
meluas sampai alveoli. Bronkitis bisa bersifat akut dan kronis, dan dapat terjadi pada
semua usia. Bronkitis akut disebabkan 95% infeksi virus dan bronkitis kronis
sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu
antibiotika yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit infeksi. Efek samping
penggunaan antibiotik dapat berupa reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi reaksi toksik,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkhitis
1. Pengertian
.Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan
tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada
dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi
2. Klasifikasi bronkhitis
penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
tahunan.
3. Etiologi Bronchitis
par influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
pernapasan lainnya
4. Patofisiologi
bronkitis kronis sangat kompleks, berawal dari stimulasi toksik pada saluran
kompleks.
Gambar 1. Skema Patofisiologi Bronkitis
5. Gejala
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein
pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri,
penghambatan sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan,
dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan
sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan
adalah amoksisilin.
Amoksisilin
Indikasi: pengobatan otitis media, sinusitis, dan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme mencakup infeksi saluran pernafasan atas dan bawah, infeksi kulit, ISK,
profilaksis pada infeksi endokarditis, eradikasi H.pylori
ROTD: sistem syaraf pusat: agitasi, anxietas, sakit kepala, isomnia. Gastointestinal:
luas melalui cairan tubuh dan tulang., ikatan protein: 17%-20%, Eksresi: melalui urin.
Nama Obat Amoksisilin / Koamoksiklav
Kehamilan -
Informasi untuk pasien Obat diminum sampai seluruh obat habis, meskipun kondisi
klinik membaik sebelum obat habis
b. Quinolon
dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang
menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal
mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya
yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin,
lomefloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi
community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin,
ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparat parenteral yang memungkinkan
penggunaannya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.
Mekanisme kerja golongan quinolon secara umum adalah dengan menghambat DNA-
gyrase. Aktifitas antimikroba secara umum meliputi, Enterobacteriaceae, P. aeruginosa,
srtaphylococci, enterococci, streptococci. Aktifitas terhadap bakteri anaerob pada generasi
kedua tidak dimiliki. Demikian pula dengan generasi ketiga quinolon seperti
levofloksasin,gatifloksasin, moksifloksasin. Aktifitas terhadap anaerob seperti B. fragilis,
anaerob lain dan Gram-positif baru muncul pada generasi keempat yaitu trovafloksacin.
Modifikasi struktur quinolon menghasilkan aktifitas terhadap mycobacteria sehingga
digunakan untuk terapi TB yang resisten, lepra, prostatitis kronik, infeksi kutaneus kronik
pada pasien diabetes.
Dosis Anak
Kehamilan C
c. Makrolida
Eritromisin merupakan prototipe golongan ini sejak ditemukan pertama kali th 1952.
Komponen lain golongan makrolida merupakan derivat sintetik dari eritromisin yang
struktur tambahannya bervariasi antara 14-16 cincin lakton. Derivat makrolida tersebut
terdiri dari spiramysin, midekamisin, roksitromisin, azitromisin dan klaritromisin. Aktifitas
antimikroba golongan makrolida secara umum meliputi Gram positif coccus seperti
Staphylococcus aureus, coagulase-negatif staphylococci, streptococci β-hemolitik dan
Streptococcus spp. lain,enterococci, H. Influenzae, Neisseria spp, Bordetella spp,
Corynebacterium spp, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella spp.
Azitromisin memiliki aktifitas yang lebih poten terhadap Gram negatif, volume
distribusi yang lebih luas serta waktu paruh yang lebih panjang. Klaritromisin memiliki
fitur farmakokinetika yang meningkat (waktu paruh plasma lebih panjang, penetrasi ke
jaringan lebih besar) serta peningkatan aktifitas terhadap H. Influenzae, Legionella
pneumophila. Sedangkan roksitromisin memiliki aktifitas setara dengan eritromisin,
namun profil farmakokinetiknya mengalami peningkatan sehingga lebih dipilih untuk
infeksi saluran pernapasan. Hampir semua komponen baru golongan makrolida memiliki
tolerabilitas, profil keamanan lebih baik dibandingkan dengan eritromisin. Lebih jauh lagi
derivat baru tersebut bisa diberikan satu atau dua kali sehari, sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien.
Dosis Anak bayi dan anak: 30-50 mg/kg terbagi 3-4 dosis. Dosis dapat
dilipat gandakan pada infeksi berat
Efek Samping Obat 10-15%: mual, muntah, rasa terbakar pada lambung:
bersifat reversibel, biasanya terjadi setelah 5-7 hari
terapi, insiden
Ototoksisitas: terjadi pada dosis tinggi disertai gagal hati
ataupun ginjal
Cholestatic Jaundice: Umum terjadi pada garam estolat
dari eritromisin.
Monitoring -
Perhatian -
Informasi untuk pasien Diberikan 2 jam sebelum makan atau sesudah makan,
untuk sirup kering simpan di refrigerator setelah
dicampur, buang sisa sirup bila lebih dari 10 hari.
Dosis Dewasa ISPA: 1x500mg hari pertama, diikuti 1x250mg pada hari kedua
sampai kelima
Kontraindikasi
Informasi untuk pasien Obat diminum bersama makanan untuk mengatasi efek
Dosis Anak -
Efek Samping Obat 3-10%: sakit kepala, pusing,mual, diare, reaksi alergi,
reaksi anafilaktik,angioneurotik oedema,
bronkhospasme, nyeri dada
Interaksi Hindari pemberian bersamaan dg eritromisin,cisapride,
antipsikotik,antidepressant karena akan
memperpanjang kurva QT pada rekaman
EKG.Demikian pula hindari pemberian bersama betabloker,
amiodarone karena menyebabkan
bradikardi.Hindari pemberian bersama insulin, karena
akan merubah kadar glukosa.Meningkatkan perdarahan
bila diberikan bersama warfarin.Meningkatkan kadar
digoksin.
Kehamilan C
Informasi untuk pasien Obat diminum 1-2 jam sebelum makan. Jangan
diminum bersamaan dengan antasida. Anda dapat
mengalami fotosensitifitas oleh karena itu gunakan
sunscreen, pakaian protektif untuk menghindarinya.
Laporkan bila ada diare, palpitasi, nyeri dada, gangguan
saluran cerna, mata atau kulit menjadi kuning, tremor.
d. Cefalosporin
generasinya. Saat ini ada empat generasi cefalosporin, seperti tertera pada tabel berikut:
Mekanisme kerja golongan cefalosporin sama seperti β-laktam lain yaitu berikatan
dengan penicilin protein binding (PBP) yang terletak di dalam maupun permukaan
membran sel sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang berdampak pada kematian
bakteri.
Cefotaksim pada generasi tiga memiliki aktifitas yang paling luas di antara generasinya
yaitu mencakup pula Pseudominas aeruginosa, B. Fragilis meskipun lemah. Cefalosporin
yang memiliki aktifitas yang kuat terhadap Pseudominas aeruginosa adalah ceftazidime
setara dengan cephalosporin generasi keempat, namun aksinya terhadap bakteri Gram
positif lemah, sehingga sebaiknya agen ini disimpan untuk mengatasi infeksi nosokomial
yang melibatkan pseudomonas. Spektrum aktifitas generasi keempat sangat kuat terhadap
bakteri Gram positif maupun negatif, bahkan terhadap Pseudominas aeruginosa sekalipun,
namun tidak terhadap B. fragilis.
B. Bronkodilator
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1
dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapaat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada
kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergic menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi
bronkodilatasi (Dipiro, et al., 2008).
Salbutamol (albuterol)
Dosis dewasa Sehari 3-4 kali 2-4 mg.
Dosis anak Anak > 6 tahun sehari 3-4 kali 2 mg.
Anak 2-6 tahun sehari 3-4 kali 1 mg-2 mg.
Salmeterol
Terbutalin
b. Metilxantin
Teofilin
Aminofilin
Pada sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan
kolinergik. Jika reseptor β2 dari sistem adrenergik terhambat maka sistem kolinergik akan
mendominasi dan menyebabkan bronkokonstriksi. Stimulasi saraf parasimpatis
menyebabkan pelepasan asetilkolin. Asetilkolin pada reseptor muskarinik dari saraf-saraf
kolinergik di otot polos bronkus akan mengaktivasi enzim guanilsiklase untuk mengubah
GTP (Guanosin triphosphate) menjadi cGMP. Fosfodiesterasi kemudian memecah cGMP
menjadi GMP. Peningkatan kadar cGMP akan meningkatan bronkokonstriksi (Dipiro, et
al., 2008).
Ipratropium bromide
Dosis anak
Efek samping obat Gemetar pada otot skelet, berdebar, sakit kepala, pusing, gugup,
Kehamilan
Monitoring
Tiotropium bromide
Dosis dewasa 2 semprotan 1x sehari
Dosis anak
Kontra indikasi Hipersensitifitas pada atropine atau derivatnya, seperti
ipratrorium atau oksitropium
Efek samping obat Mulut kering, konstipasi, iritasi lokal dan batuk, takikardi,
kesulitan berkemih dan retensi urin, reaksi hipersensitivitas.
Interaksi Obat antikolinergik
Kehamilan Termasuk kategori c
Monitoring
Perhatian Tidak untuk terapi awal episode akut bronkospasme.
Dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas mendadak.
Glaukoma sudut sempit, hiperplasia prostat atau obstruksi leher
kandung kemih.
Gangguan ginjal sedang sampai dengan berat, hamil dan laktasi.
.
C. MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara
alamiah, sehingga diperluan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan / eksudat infeksi.
Mukolitik bekerja dengan dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang
lebih kecil sehingga menjadi lebih encer. Mukus yang encer akan medak dikeluarkan pada saat
batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
Asetilsistein (Carbosistein)
Dosis: dosis awal 2,25 g per hari dalam dosis terbagi, kemudian 1,5 g per hari dalam
dosis terbagi. Anak-anak (2-5 tahun): 62,5-125 mg 4x/hari, (5-12 tahun) : 250 mg 3x/hari. Efek
samping: pendarahan gastro-intestinal (jarang terjadi), reaksi hipersensitivitas (ruam dan
anafilakskis).
EKSPEKTORAN
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan mukus dalam bronkus sehingga mudah
dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara
mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar
dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.
Guaifenesin
Dosis: anak-anak (6 bulan-2 tahun) : 25-50 mg tiap 4 jam, maksimal dosis 300 mg/hari;
anak-anak (2-5 tahun) : 50-100 mg tiap 4 jam, maksimal dosis 600 mg/hari; anak-anak (6-
11 tahun) : 100-200 mg tiap 4 jam, dosis maksimal 2,4 g/hari; anak-anak ≥12 tahun dan
Efek samping: sistem saraf pusat : pusing, kantuk, sakit kepala; dermatologi : ruam;
metabolisme dan sistem endokrin : penurunan level uric acid; gastrointestinal : mual,
muntah,nyeri perut
2. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
1. Jika terjadi demam, baringkanlah pasien itu di atas tempat tidur di dalam ruangan yang agak
hangat, dan menjaga suhu dalam kamar itu tetap setabil.
3. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah dia
menghirup uap air tiga kali sehari.
4. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di
atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
5. Sekali sehari selama dua hari, rendamlah kakinya di dalam air panas sewaktu mengadakan
pendemahan, Teruslah melakukan pengobatan ini sampai sipasien mengeluarkan kringat jangan
sampai kedinginan.
6. Kalau tidak ada perubahan tertentu selama dua hari, mintalah nasehat dokter. Mungkin dia akan
memberikan resep obat batuk atau obat antibiotika atau sulfa untuk mengatasi infeksi.
7. Kalau bronchitis itu timbul karena komplikasi penyakit lainmaka sangat pentinglah memangil
dokter.
10. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernafasan sesuai
yang diajarkan tenaga medis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK),
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf, diakses tanggal 18
Maret 2012
Anonim, 2010, Penyakit Paru Obstruktif Kronik,
http://staff.ui.ac.id/internal/140370729/material/Faal-PPOK.pdf, diakses tanggal 18
Maret 2012
American Pharmacist Assosiaciation, 2009, Drug Information Handbook 18th. Ed, Lexi-Comp
Inc., North American, USA.
British National Formulary Organization, 2009, British National Formulary 58, BMJ Group
Tavistock Square, London WC1H 9JP, UK.
Cunha, J.P., 2012, Bronchitis, www.emedicinehealth.com,
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L. M., 2008,
Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, 7th edition, McGrawHill, New York, pp. 139-
167
Harms, R.W., 2011, Bronchitis, www.mayoclinic.com Knutson and Braun, 2002,
http://Www.Aafp.Org/Afp/2002/0515/P2039.Html
Ohio State University School Of Medicine And Public Health, Columbus, Ohio
Rahmadani, R.Q., dan Marlina, R., 2011, Bronkitis Pada Anak, Akademi Kebidanan
Sentral Padangsidimpuan, Sumatra