Anda di halaman 1dari 6

MATERI PENKES OVER DOSIS

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pasien dengan overdosis obat biasanya menjalani beberapa
pemeriksaan penunjang. Skrining obat sudah tersedia tetapi seringkali
tidak mengubah manajemen awal kasus langsung. Skrining obat bila
dilakukan pada urin dan cukup sensitif. Pada pasien dengan overdosis,
pemeriksaan darah berikut biasanya dilakukan: (Schiller et al., 2020)
a. Jumlah sel darah lengkap
b. Panel metabolik yang komprehensif
c. Tingkat kreatin kinase
d. Penentuan gas darah arteri
2. Medical Imaging
Pencitraan medis (medical image) adalah teknik dan proses yang
digunakan untuk membuat gambar tubuh manusia (atau bagian-bagian dan
fungsi dari padanya) untuk tujuan klinis (prosedur medis berusaha untuk
mengungkapkan, mendiagnosis atau memeriksa penyakit) (Ovie Gestari,
2014). Medical imaging dilakukan pada overdosis :
a. Jika ada cedera paru-paru yang dicurigai, X-ray dada harus dilakukan.
b. Jika pasien dicurigai sebagai body packer (menelan paket obat-obatan
terlarang yang dibungkus), maka harus dilakukan rontgen perut.
Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin menelan paket untuk
menyembunyikan bukti dari penegak hukum. Dalam kasus seperti itu,
paket tidak disiapkan dengan baik, dan orang-orang ini berisiko
mengalami keracunan parah jika terjadi kebocoran di dalam usus (Schiller
et al., 2020).
3. Elektrokardiografi (EKG)
Direkomendasikan pada semua pasien dengan dugaan overdosis
opioid. Coingestant seperti trisiklik berpotensi menyebabkan aritmia
(Schiller et al., 2020)
F. Penatalaksanaan
Menurut (TAMARA et al., 2020) penanganan perlu dilakukan
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya efek yang lebih serius meskipun
overdosis belum menimbulkan tanda dan gejala. Penangnan yang bisa
dilakukan berupa :
1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)
Over dosis sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan
sulit untuk bernafas.. Nafas buatan bisa mencegah efek
burukkehilangan kesadaran seperti koma dan kematian. Penderita over
dosis bisa mengalami gagal nafas akibat pernafasan yang terusm
elambat. Setelah itu penderita harus dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)
Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang
sadarmaka buat penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman.
Posisi yang nyaman untuk penderita over dosis bisa dalam posisi
duduk bersandar tegak, duduk sambil setengah tidur dan tidur dengan
posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak komunikasi maka cari
tahu obat apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya bawa ke
rumah sakit dan bawa sampel obat yang menyebabkan over
dosis/keracunan.
3. Hindari Membuat Penderita Muntah
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus
keracunan obat adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa
menyebabkan dampak yang sangat serius. Muntah pada overdosis
harus bisa terjadi secara alami dan bukan karena membuat penderita
muntah secara sengaja.
4. Jangan Memberikan Air Putih
Untuk penderita over dosis maka hindari memberikan a irputih
secara langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar
dan sudah bisa minum sendiri. Memberikan air putih bisa
menyebabkan kondisi yang sangat fatal karena mendorong penyebaran
racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa memicu gagalnya fungsi
organ jika kondisi keracunan obat sangat parah
5. Jangan Menekan Perut Penderita Over Dosis
Karena penderita over dosis biasanya akan merasa tidak nyaman
pada bagian perut. Mereka merasa sangat mual dan keinginan
untuk muntah berlebihan. Jika hal ini terjadi maka jangan pernah
menekan perut penderita. Menekan perut bisa membuat kondisi tubuh
menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa muntah secara
alami maka bisa membuat nafas semakin melambat, detak jantung
lebih cepat dan kehilangan kesadaran.
6. Berikan Minuman yang Netral
Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air
putihnamun masih bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis
minuman netral yang paling sering menolong korban keracunan obat
adalah air kelapa hijau. Air kelapa hijau sangat netral dan tidak
menyebabkanefek samping apapun. Selain itu kandungan ion positif
dalam air kelapa hijau bisa membantu tubuh dalam melawan efek
racun. Cara kerjanya juga sangat cepat yaitu penderita akan merasa mual
dan kemudian bisa muntah secara alami .Efeknya kemudian penderita
bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh secara alami. Namun
untuk memastikan kondisi maka penderita over dosis tetap
membutuhkan bantuan dokter.
7. Minum Susu
Jika penderita mengalami over dosis yang tidak terlalu
parah,maka bisa memberikan susu cair atau susu yang sudah
dipasteurisasi. Susu cair sangat baik untuk membantu mengeluarkan racun
dalam dalam perut, dan membuat penderita bisa muntah. Susu juga
termasuk minuman yang netral sehingga bisa mencegah berbagai efek
yang buruk untuk tubuh. Namun cara ini hanya bisa diberikan untuk
penderita keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan
pencernaan.
Sedangkan menurut (Dharmayuda, 2017) yaitu sebagai berikut :
1. Bila pasien apnea, berikan bantuan farmakologis atau mekanik untuk
menstimulasi pernafasan
2. Bila laju pernafasan ≤ 12 kali per menit, lakukan chin-lift, jaw-thrust
kemudian pasang ventilasi dengan bag-valve mask.
3. Berikan antidote
Obat antidotum adalah obat yang mekanisme kerjanya telah
ditentukan, yang mampu memodifikasi toksikokinetik atau toksikdinamik
dari racun, dan yang pemberiannya kepada pasien yang teroksidasi dapat
memberikan manfaat yang signifikan.Obat antidotum diindikasikan pada
pasien intoksikasi atau keracunan, selain itu obat antidotum juga dapat
digunakan sebagai terapi sesuai indikasi obatnya sendiri (Mukaddas et al.,
2019).
4. Menggunakan arang aktif (activated charcoal/Norit) : Dilakukan dalam
waktu 1 jam pertama sebagai GI dekontaminasi
5. Bilas lambung (Whole-bowel irrigation) : bisa dipertimbangkan dilakukan
untuk menghilangkan bahan aktif yang ada pada pencernaan.
G. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Upaya untuk melakukan pencegahan primer meliputi
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat luas melalui lembaga
swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya tentang cara
penggunaan obat, pengkonsumsian obat dan untuk selalu mengontrol
tanggal kadaluarsa sebelum mengkonsumsi obat. Untuk penggunaan
obat sebaiknya selalu gunakan obat yang telah memiliki nomor
pendaftaran dari Badan POM, kemudian baca aturan pakai pada label
atau etiket setiap akan menggunakan, bila belum paham tanyakan
pada apoteker atau petugas apotik terdekat (TAMARA et al., 2020).
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder kegawat daruratan yaitu
Pendeteksian dini pasien serta penanganan segera sehingga komplikasi
dapat dicegah (TAMARA et al., 2020).
a. Menghubungi ambulans, sambil menunggu ambulans
b. Cek denyut nadi, pola nafas, dan saluran pernafasan
c. Menyarankan penderita muntah
d. Gunakan APD, lalu bersihkan jalan nafas (tenggorokan dan
mulut) orang tersebut dari muntah
e. Sebelum ambulans datang baringkan tubuh penderita menghadap
kekiri dan beri posisi nyaman
f. Berikan penderita apapun yang dapat menetralisir racun seperti cuka,
susu, dan jus lemong. Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan
berikan sesuatu atau memasukkan apapun kedalam mulutnya.
3. Pencegahan Tersier
Over dosis atau keracunan merupakan penyakit yang dapat
dicegah. Orang dewasa yang pernah terpapar racun karena
kecelakaan harus mentaati instruksi penggunaan obat dan bahan
kimia yang aman (sesuai yang tertera pada labelnya). Penderita yang
menurun kesadarannya harus dibantu dalam meminum obatnya.
Kesalahan dosis obat oleh petugas kesehatan membutuhkan
pendidikan khusus bagi mereka. Penderita harus diingatkan untuk
menghindari lingkungan yang terpapar bahan kimia penyebab
keracunan. Departemen Kesehatan dan instansi terkait juga harus
diberi laporan bila terjadi keracunan di lingkungan tertentu/tempat kerja
(TAMARA et al., 2020).

Daftar Pustaka

Dharmayuda, P. A. (2017). Tatalaksana anestesi dan reanimasi pada intoksikasi


opioid. Jurnal Universitas Udayana.

Mukaddas, A., Faustine, I., & Ulti, P. H. (2019). Profil Penggunaan Obat
Antidotum Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Periode 2016-2018. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy) (e-Journal), 5(2), 132–139.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i2.13002
Ovie Gestari, O. (2014). Pemodelan Kanker Otak dengan Menggunakan Active
Contour Chan-Vese. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Schiller, E. Y., Goyal, A., & Mechanic, O. J. (2020). Opioid overdose. StatPearls,
Treasure Island. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470415/

Tamara, F., Firmansyah, Sari, F. K., & Lobang, H. E. (2020). Keperawatan


Gawat Darurat Overdosis dan Keracunan Obat. STIKES Mitra Bunda
Persada Batam.

Anda mungkin juga menyukai