TOKSIKOLOGI
Dosen pembimbing :
dr. Arief Wardoyo, Sp.PD
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Keracunan terjadi akibat masuknya suatu zat ke dalam
tubuh yang kemudian menyebabkan efek yang berbahaya
bahkan dapat menyebabkan kematian. Cepat lambatnya
keracunan terjadi dipengaruhi oleh jenis racun dan terutama
dosis zat kimia yang menyebabkan keracunan terjadi.
Zat racun dapat memberikan efek yang lokal, sistemik, maupun
lokal dan sistemik. Racun tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
dengan cara ditelan, diinhalasi, disuntikkan, ataupun terserap
oleh kulit. Pertolongan pertama pada keracunan ditentukan
terutama oleh cara masuk zat racun tersebut ke dalam tubuh.
Pertolongan pertama yang baik, tepat, dan dilakukan sedini
mungkin dapat mengurangi resiko kematian.
Peristiwa keracunan seringkali membutuhkan pemeriksaan
oleh dokter bagian forensik, terutama jika keracunan tersebut
sampai menyebabkan kematian. Pemeriksaan forensik dalam
kasus keracunan bertujuan untuk mencari penyebab kematian
dan untuk membuat rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang
terjadi (sejauh mana racun tersebut berperan pada suatu
peristiwa yang terjadi, misalnya bagaimana alkohol dalam darah
dapat menimbulkan gangguan pada seorang pengemudi
sehingga ia tidak dapat mengendarai kendaraannya dengan baik
dan terjadi kecelakaan).
TOKSIKOLOGI UMUM
RACUN
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun. Pada tahun
1564, Paracelsus menyatakan dosis sola facit venenum (dosis
menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun). Terjadinya
keracunan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dosis tetap
merupakan faktor utama yang terpenting dalam menentukan
suatu zat kimia adalah racun.
Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi
dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan
gangguan berupa sakit atau kematian. Toksikologi adalah ilmu
yang mempelajari sumber, sifat dan khasiat racun, gejala-gejala,
dan pengobatan pada keracunan serta kelainan-kelainan yang
didapatkan pada korban yang meninggal.
PRINSIP PENGOBATAN KERACUNAN
Gejala keracunan dan tindakan untuk mengatasinya
berbeda-beda sesuai dengan jenis racunnya. Pengobatan sangat
dipengaruhi oleh cara masuk racun ke dalam tubuh.
OPIUM,
MORPHIN,
b) Narkotika
Golongan
II
;
METADON,METADON,PETIDINA
c) Narkotika Golongan III. KODEINA
dan
ISO
SUMBER
Street narkotic yang paling banyak diperdagangkan dalam
pasar gelap dan biasanya mengandung heroin dalam kadar 0
77% sedangkan selebihnya dapat berupa prokain, quinine,
magnesium,silikat, laktosa, sukrosa atau mannitol.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi dapat berlangsung di saluran cerna, selaput
lender hidung dan paru, suntikan iv, dan kulit yang luka.
Metabolisme terutama berlangsung dalam hati, selain itu juga
dalam otak, paru-paru,darah,ginjal dan plasenta.Ekskresi
terutama melalui ginjal dan saluran empedu,tetapi dapat
dijumpai dalam tinja atau keringat.
FARMAKODINAMIK
Cara kerja morfin dan heroin hingga saat ini belum dapa
dijelaskan secara pasti,tetapi pada umumnya mempunyai khasiat
yang sama dan terpentingnya adalah depresi susunan saraf
pusat. Efek terhadap susunan saraf pusat ini berujud analgesia
dan
narkose
,perasaan
mengantuk,tidak
dapat
berkonsentrasi,sukar
berfikir,
penglihatan
kurang
tajam
,letargi,badan terasa panas dan depresi pernafasan. Efek
narkotik pada system kardiovaskuler adalah menurunkan
tekanan darah akibat hipksia dan depresi vasomotor secara
sentral.
TANDA DAN GEJALA KERACUNAN
Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Gejala
keracunan lebih cepat pada morfin dibandingkan dengan opium.
Korban biasanya datang ke rumah sakit sudah dalam fasa
narcosis.Penderita terasa mengantuk,yang makin lama menjadi
koma, terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi
saluran nafas, nadi kecil dan lemah,cheyne strokes,suhu badan
turun,muka pucat dan tekanan darah menurun sehingga syok.
PENGOBATAN
Untuk penderita keracunan akut akibat narkotik dapat
digunakan antagonis narkotik seperti Nalorpin HCL atau Nalozon
HCI,0.005mg/kg,intravena.
SEBAB KEMATIAN
Cara kematian hanya dapat ditentukan jika kita
melakukankan penyelidikan di tempat kejadian.Pembunuhan
Terapi Suportif
PROGNOSIS
Keracunan ringan akan sembuh dengan sempurna.Tetapi
pada keracunan berat dimana kejang akan hebat dan lama
lama.Pemyembuhan kejang memerlukan waktu 2-4 minggu.
INHIBITER KOLINESTERASE
Kebanyakan dipakai dalam pertanian, perkebunan, dan
rumah tangga untuk mengontrol serangga bertubuh lunak.
Terdiri daripada dua komponen kimia yang berbeda yaitu :
1. Organophosphate
2. Carbamate
CARA KERJA RACUN
Racun ini dapat diabsorbsi melalui oral,inhalasi, dan
kulit
,masuk
ke
dalam tubuh dan mengikat enzim
asetilkolinesterase hingga Ache menjadi inaktif maka akan
terjadi akumulasi dari asetilkoline.
GEJALA UTAMA
Gejala timbul cepat dan kurang dari 6 jam:
- Gangguan penglihatan
- Kesukaran bernapas
- Hiperaktivitas gastrointestinal
PENYEBAB KEMATIAN
- Kegagalan pernafasan
- Blok jantung
DIAGNOSIS
- Anamnesis
- Gejala gejala keracunan yang kompleks
- Laboratorium Kadar Ache dalam darah dan plasma
PENGOBATAN
- Tindakan emergency
Beri sulfat atropin dalam dosis tinggi
Pernafasan buatan dan oksigen
Lavage lambung atau emesis
Laxane
- Tindakan umum
Sekresi jalan nafas dikeluarkan dengan
drainage atau dengan kateter penyedot
Kejang-kejang diatasi dengan anti kejang
PROGNOSIS
postural
10
11
12
13
14
PENUTUP
Keracunan merupakan suatu peristiwa yang dapat
membahayakan jiwa. Keracunan dapat terjadi dengan sengaja
ataupun tidak sengaja. Pertolongan pertama pada keracunan
sangat ditentukan oleh cara racun masuk ke dalam tubuh.
Keracunan
yang
menyebabkan
kematian
seringkali
membutuhkan
pemeriksaan
forensik
untuk
menentukan
penyebabnya.
Pemeriksaan forensik yang benar dan tepat memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan diagnosis akhir
dan hasil dari pemeriksaan tersebut dapat dijadikan bukti untuk
penegakan hukum. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
toksikologi dan cara pemeriksaan forensik untuk kasus keracunan
perlu diketahui oleh seorang dokter.
15
Daftar Pustaka
1. Achmadi, UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas Jakarta 2005
2. Achmadi, UF Aspek Kesehatan Kerja Sektor Informal. Depkes RI Jakarta 1992
3. Djojosumarto P. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian Kanisius. Yogyakarta 2008
4. Soeprapto. A. Suatu Upaya Pengendalian Penggunaan Pestisida melalui Pendekatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Erlangga Surabaya 1999
5. Sudarmo S. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta 2007
6. Dirjen PPM&PL Pengenalan Pestisida Depkes RI Jakarta 2000
7. Dirjen PPM&PL.Pengmbilan Sampel Untuk Pemeriksaan Residu Pestisida Depkes RI Jakarta
2000
8. Dirjen PPM&PL Pemeriksaan Cholinesterase Darah denagan Tintometer Kit Depkes RI Jakarta
1992
9. Oginawati K. Analisis Risiko Pengguna Insektisida Organofosfat Terhadap kesehatan Petani
Penyemprot TL.ITB2006
10. Leeuwen CJ and hermensJLM Risk assessment of chemicals Kluwer Academic
Publishers.Netherlands 1995
11. Puskesmas Ngablak. Data Tempat Pengolahan Pestisida 2006
12. Labkesmas Kab Magelang Hasil Pemeriksaan Sampel Cholinesterase di Kab Magelang 2006
13. Wudianto R. Penunjuk Penggunaan Pestisida. Swadaya Jakarta 2008
14. Prihadi Faktor-faktor yang berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida
Organofosfat Pada Petani Sayuran di Kacamatan Ngablak Kabupaten Magelang PPsUNDIPSemarang 2008
15. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Klinis CV Sugeng Seto Jakarta 2002
16. Bachtiar A. Metodologi Penelitian FKM-UI 2000
17. Murti B.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Gajah MAda University Press.Yogyajakrta
1997
18. Syarief DS Pemeriksaan Cholinesterase Darah dengan Tintometer kit Dinkes Propinsi Jawa
Barat Bandung 2007
19. Sastroutomo SS Pestisida Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 1992
20. Menteri Kesehatan RI Depkes RI Undang-undang RI NO 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Jakarta 1992
21. Sutedjo MM. Analisis Tanah Air dan Jaringan Tanaman Rineka Cipta Jakarta 2004
22. Sastrawijaya A.T. Pencemaran Lingkungan Rineka Cipta Jakarta 2000
23. Achmad R. Kimia Lingkungan Andi Yogyakarta 2004
24. Hadi A. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan Gramedia Jakarta 2005
25. Lehninger. Thenawijaya M. Dasar-dasar Biokimia Erlangga Jakarta 1980
26. Fardiaz S. Polusi Air dan Udara Kanisius Yogyajakarta 1998
27. Lubis Halinda Sari : Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Keracunan Peptisida Golongan
Organofosfat pada tenaga kerja FKM USU 2002
28. http:// www.geocities.com/kuliah_farm/farmasi_forensik/Pestisida .doc.2008
29. Kaloyanova Fina p. And batawi Mostofa El Human of Toxicology of Pesticides CRC Press
Boca raton Florida 1992
30.http://id.wikipidia.org/wiki/pestisida.doc.2008
dan
www.hortikulturalbandung.com
/dokumen.2008
31. Notoatmojo, Soekijo Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi Rineka Cipta Jakrta 2005
32. Notoatmojo, Soekijo Pengantar Ilmu Perilaku Et.sl FKM UI Jakrta 2005
33. Bloom HL Planning for Health, Development and Change Theory Human Sciences Press New
York 1992
34. Budiono A.M.S dkk Bunga Rampai Hiperkes & KK.m BPUNDIP Semarang 2008
35. Soemirat J. Epidemiologi Lingkungan UGM Press Yogyakarta 2000
36. Aurbuckle T. Bruce D., etc Indiredt sources of Herbicides exposure for families on Ontorio
farms Journal of Exposure Science and Enviromental Epidemiology 2006 (16):98-104
16
17