Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

OTOPSI PADA KASUS KERACUNAN

Oleh:

Aluh L. Dini, S.Ked

H1A 009 013

Pembimbing:

dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si.Med

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN SMF ILMU FORENSIK RSU PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
76

I. PENDAHULUAN
Kasus keracunan baik fatal maupun non fatal hampir selalu
dijumpai setiap tahun. Kasus keracunan walaupun tidak menempati
urutan teratas dari semua kasus forensik namun perlu mendapat
cukup perhatian. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kaitan yang erat
antara kemajuan teknologi yang demikian pesatnya dewasa ini
dengan masalah diatas baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemajuan-kemajuan di bidang industri, di lapangan pertanian, di
bidang sosial ekonomi maupun budaya dan lain sebagainya tidak
dapat luput dari dampak negatif yang menyertainya sehingga
membawa akibat-akibat yang juga banyak merugikan bagi umat
manusia.1,2
Meningkat dan meluasnya pemakaian obat-obatan sebagai
produk farmasi, pemakaian insektisida, pemakaian bahan kimia
sebagai bahan tambahan dalam makanan dan lain sebagainya
mendorong terjadinya kasus-kasus keracunan fatal karena faktor
kesengajaan ataupun kecelakaan, baik di lapangan industri,
pertanian maupun rumah tangga serta di bidang medis, terlebih lagi
karena tidak diimbangi dengan usaha-usaha pencegahan terhadap
akibat- akibat merugikan yang ditimbulkannya.2,3
#emeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu

sendiri. Yang pertama, bertujuan untuk mencari penyebab kematian,


misalnya kematian akibat keracunan morfin, sianida, karbon
monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya. Yang kedua
adalah untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya
peristiwa pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat
udara dan perkosaan dapat terjadi.1,2 Hal ini bermaksud untuk
membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi,
sejauh mana obat-obatan atau racun tersebut berperan sehingga
kecelakaan pesawat udara misalnya, dapat terjadi.1
77

#enanganan kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan


beberapa pemeriksaan penting yaitu pemeriksaan di tempat
kejadian, pemeriksaan forensik dan pemeriksaan toksikologi.1,2,3
Toksin atau racun ialah suatu zat yang bekerja pada tubuh
secara kimiawi dan faali, yang dalam dosis toksik selalu
menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal ini dapat berakhir dengan
penyakit atau kematian. (ntoksikasi merupakan suatu keadaan
dimana fungsi tubuh menjadi tidak normal yang disebabkan oleh
suatu jenis racun atau bahan toksik lain. )alah satu contohnya pada
intoksikasi karbon monoksida dimana terjadi keadaan toksik sebagai
akibat dari terhirup dan terserapnya gas karbon monoksida, dimana
karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin dan menggantikan
oksigen dalam darah.1,2
*acun dapat masuk ke dalam tubuh melalui ingesti,
inhalasi,injeksi, penyerapan melalui kulit dan per+aginam atau
perektal. Berdasarkan kecepatan kerjanya, maka racun akan paling
cepat menimbulkan efek pada manusia, bila masuk secara inhalasi,
kemudian berturut-turut secara injeksi, perrektal atau per+aginal,
dan yang paling lambat, bila masuk melalui kulit yang sehat.1,2
*acun yang bekerja secara lokal, biasanya akan menimbulkan
rasa nyeri yang hebat, sering disertai dengan perforasi, yang
berakibat fatal; atau sebagian dari racun masuk ke dalam darah

secara sistemik dan menekan pusat pernafasan,yang berarti racun


bekerja secara sistemik dan lokal. #ada racun yang bekerja secara
sistemik, mudah dijelaskan karena biasanya racun memiliki afinitas
1,2
terhadap salah satu organ atau sistem.
Berikut ini adalah contoh-contoh racun yang digolongkan
berdasarkan mekanisme kerjanya.1,2,4
a. *acun yang bekerja lokal atau setempat.
• /at- zat korosif0 lisol, asam urat, basa kuat.
• /at yang bersifat iritan0 arsen, HgCl2.
• /at yang bersifat anestetik 0 kokain, asam karbol.
7

b. *acun yang bekerja secara sistemik.


• 3arkotika, barbiturat dan alkohol, terutama berpengaruh
terhadap susunan syaraf pusat.
• 4igitalis dan asam oksalat terutama berpengaruh terhadap
jantung.
• Karbon-monoksida dan sianida terutama berpengaruh
terhadap sistem enzim pernafasan dalam sel.
• (nsektisida golongan 5chlorinated hydrocarbon, dan
golongan fosfor organik; terutama berpengaruh terhadap
hati.
• )trychnine, terutama berpengaruh pada medulla spinalis.
• Cantharides dan HgCl2; terutama berpengaruh terhadap
ginjal.

c. *acun yang bekerja secara lokal dan sisematik.


Asam oksalat.

Asam karbol.

Arsen.

8aram #b.

#enentuan sebab kematian karena keracunan, pada dasarnya dapat


dilakukan, bilaman kriteria untuk itu terpenuhi. Adapun kriteria
diagnostik pada keracunan adalah1,2 0
1. Anamnesa kontak antara korban dengan racun
2. Adanya tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan
gejala dari keracunan racun yang dimaksud
3. #ada sisa benda bukti, harus dapat dibuktikan bahwa benda
tersebut, memang racun yang dimaksud
4. #ada bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau
kelainan yang sesuai dengan keracunan dari racun yang
diduga, serta dari bedah mayat tidak dapat ditemukan
adanya
penyebab kematian lain
5. Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologik, harus dapat
dibuktikan adanya racun serta metabolitnya, dalam tubuh atau
cairan tubuh korban secara sistemik.
7

4ari lima kriteria tersebut, maka kriteria ke-4 dan ke-5


merupakan yang terpenting, dan tidak boleh tidak harus dikerjakan.

II. PEMERIKSAAN DI TEMPAT KEJADIAN

#emeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu


penentuan penyebab kematian dan menentukan cara kematian.
#emeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah orang itu
mati karena keracunan, misalnya dengan memeriksa tempat obat,
apakah ada sisa obat atau pembungkusnya.

Tugas dokter ahli forensik dan atau ahli toksikologi forensik


pada pemeriksaan. di T.K.#. antara lain adalah 0
1. Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal
2. Bila masih hidup, segera dilakukan pertolongan secepatnya
3. Mengumpulkan barang bukti ; bahan-bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan toksikologi misalnya 0
a. )isa-sisa bahan yang telah dimakan atau diminum
b. Bahan lain <misal obat) yang berada dekat di sekitamya
dan diduga sebagai bahan penyebabnya keracunannya.
c. Bahan muntahan
d. Hasil cuci lambung, urine, darah dan faeces <apabila sempat
dirawat)

4. . ) edapat mungkin tentukan apakah keracunan


tersebut suatu peristiwa pembunuhan, bunuh diri atau
pembunuhan.
5. Apabila korban telah meninggal dan ada permintaan >isum
et repertum maka jenazah segera diangkut ke rumah sakit
setelah sebelumnya diberi label dan segel. #emeriksaan ini
penting artinya mengingat kasus-kasus keracunan fatal.
)ering dilaporkan sebagai kematian mendadak <misalnya di
hotel, di tempat umum lainnya) atau kematian karena akibat
penyakit yang menunjukkan gejala-gejala mirip keracunan,

sehingga kita tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan.


2

Kelainan atau perubahan yang terjadi pada korban meninggal


karena keracunan, pada umumnya dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu atas dasar inter+al waktu antara korban kontak
dengan racun dan saat terjadinya kematian1.
1. Kematian yang berlangsung cepat < rapid poisoning death)
- Kongesti atau pembendungan alat-alat dalam
- @dema paru-paru, otak dan ginjal
- Tanda-tanda korosif < bila racun yang ditelan termasuk
racun
korosif0
- Bau yang khas dari hidung dan mulut, misalya sianida,
insektisida dan alkohol
- Aebam mayat yang khas0 merah terang, cherry red atau
merah coklat
2. Kematian yang berlangsung lambat < delayed poisoning death)
- Terdapat kelainan yang khas untuk setiap jenis racun
- Keracunan arsen akan menunjukkan 0 pigmentasi,

hyperkeratosis, dan rontoknya rambut


- Keracunan karbonmonoksida 0 perlunakan pada globus
palidus, perdarahan berbintik pada substantia alba,
perdarahan pada mm.papillares dan adanya
5ring
haemorrages pada otak
- Keracunan alkohol 0 sirosis hepatis, perdarahan pada
saluran cerna.

III. PEMERIKSAAN LUAR


• Bau yang tercium1,2,4.
Bau dari mulut dan hidung, yaitu dengan cara menekan dinding
dada, dan dekatkan hidung pemeriksa pada mulut atau hidung,
untuk mengetahui bau yang keluar,
• )ianida 0 berbau amandel,
• Alkohol, insektisida, eter dan asam karbol 0 bau khas dan
mudah dikenali.
(ni dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban.
• #akaian, catat warna bercak, bau serta distribusinya1,2,4
• #ada pembunuhan 0 bercak tidak beraturan < disiram)
2

• #ada bunuh diri 0 bercak beraturan, pada bagian bawah


tangan dari atas ke bawah
• #ada kecelakaan 0 tidak khas
#ada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang
disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh

muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam


sulfat atau kuning karena asam nitrat. Kadang dapat
ditemukan luka bakar kimiawi berupa bercak berwarna coklat
agak mencekung di kulit yang terkena insektisida
bersangkutan.
• Aebam mayat, perhatikan warna dari lebam mayat 1,2,4
Barna lebam mayat merah kebiruan gelap. Kadang warna lebam
mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena pada
dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada
kulit.
• Merah terang 0 keracunan sianida atau terkena benda yang
bersuhu rendah <es)
• Cherry-red 0 keracunan karbonmonoksida
• Coklat kebiruan < slaty) 0 keracunan aniline, nitrobenzene,
kina, potassium-klorat dan acetanilide.
• Bercak dan warna disekitar mulut,serta distribusi 10
1. Yodium 0 warna kulit menjadi hitam,
2. 3itrat 0 warna kulit menjadi kuning,
3. /at-zat korosif 0 luka bakar berwarna merah coklat,
4. 4istribusi memberi informasi cara kematian
• )klera1,2,4.

)klera tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik


seperti fosfor, karbon tetraklorida. #erdarahan pada pemakaian
dikoumarol atau akibat bisa ular.
• Kelainan lain1,2 0
1. Bekas suntikan < needle mark ) , di daerah lipat siku,
punggung tangan, lengan atas, penis dan sekitar putting
susu 0 keracunan narkotika,
2. )kin blisters 0 keracunan narkotika, barbiturate, dan
karbonmonoksida,
3. Kulit menjadi kuning 0 keracunan fosfor, tembaga, dan
keracunan 5 chlorinated hydrocarbon insecticide
2

8ambar 1. Keracunan karbonmonoksida menimbulkan lebam mayat berwarna


merah, yang dapat ditemukan juga pada keracunan sianida dan pada suhu yang
dingin.5

8ambar 2. Keracunan karbonmonoksida menyebabkan kulit berwarna merah.


Trauma fisik <suhu) juga dapat menyebabkan kulit berwarna merah.
#emeriksaan laring dan; konsentrasi CC diperlukan untuk menentukan
penyebab kematian.5

IV. PEMERIKSAAN DALAM


#ada sebagian besar kasus keracunan, otopsi berfungsi untuk
menge+aluasi kondisi yang ditemukan, baik pada trauma dan
penyakit, juga untuk mengumpulkan material untuk analisis
laboratorium. )ebelum memulai sayatan, penting untuk
mengkonfirmasi temuan-temuan yang berhubungan pada
pemeriksaan ekternal.1,4
#ada pemeriksaan dalam, segera setelah rongga perut dan
dada dibuka, tentukan apakah terdapat bau yang tidak biasa
<racun). Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium bau racun, maka
rongga tengkorak sebaiknya dibuka terlebih dahulu agar bau
+isera perut

tidak menyelubungi bau tersebut, terutama bila yang dicurigai adalah


2

sianida. Bau sianida, alcohol, kloroform dan eter tercium bau paling
kuat dalam rongga tengkorak.1,2,4
1. (nspeksi insitu.1,4
#erhatikan warna otot-otot dan alat-alat. #ada keracunan
karbonmonoksida tampak berwarna keracunan merah muda
cerah, dan pada sianida warna merah cerah. Barna coklat pada
racun dengan eksresi melalui mukosa usus. #eradangan dalam
usus karakteristik pada keracuanan air raksa, biasanya pada kolon
ascenden dan trans+ersum ditemukan colitis. Aambung mungkin
tampak hiperemi atau tampak kehitam-hitaman dan terdapat
perforasi akibat zat korosif. Hati berwarna kuning karena
degenerasi lemak atau nekrosis pada keracunan zat hepatotoksik
seperti fosfor, karbontetraklorida, kloroform, alcohol, dan arsen.
#erhatikan warna darah pada intoksikasi dengan racun yang
menimbulkan hemolisis <bisa ular, pirogalol, hidriDuinon,
dinitrofenol dan arsen). 4arah dan organ-organ dalam berwarna
coklat kemerahan gelap. #ada racun yang menimbulkan
gangguan trombosit terdapat bannyak bercak perdarahan pada
organ-organ. Bila terjadi keracunan yang cepat akan menimbulkan
kematian misalnya sianida, alcohol, kloroform maka darah dalam
jantung dan pembuluh darah besar tetap cair, tidak terdapat
bekuan
darah.
2. #embukaan rongga tengkorak

#erhatikan bau yang keluar, warna jaringan otak < cherry red
pada keracunan CC; lebih coklat pada keracunan zat
yang
menyebabkan terjadinya met-Hb).1 #ada keracunan akut dengan
kematian yang cepat biasanya tidak ditemukan adanya edema
otak misalnya pada kematian cepat akibat barbiturate atau eter
dan juga pada keracunan kronik arsen atau timah hitam.
#erdarahan kecil-kecil dalam otak dapat ditemukan pada
keracunan karbonmonoksida, barbiturate, nitrogen oksida dan
logam berat seperti air raksa, arsen dan timah hitam.1,4
3. Aidah.
2

#erhatikan apakah ternoda oleh warna tablet atau kapsul obat


atau menunjukan kelainan yang disebabkan oleh zat korosif. 3ilai
apakah ada inflamasi, erosi atau pewarnaan.1,4
4. @sophagus
Bagian atas dibuka sampai pada ikatan diatas diafragma, apakah

terdapat regurgitasi dan selaput lender. 4iperhatikan adanya


hiperemi dan korosif.
5. @piglotis dan glotis
#erhatikan apakah ada hipermi atau oedem, disebabkan oleh
inhalasi atau aspirasi gas atau uap yang merangsang atau akibat
regurgitasi dan aspirasi zat yang merangsang.
6. #aru-paru.
4itemukan kelainan yang tidak spesifik berupa bendungan akut.
#ada inhalasi gas yang merangsang seperti klorin dan nitrogen
oksida ditemukan perbendungan dan oedem hebat serta emfisema
akut karena terjadi batuk-batuk, dyspneu dan spasme bronchus.
@dema laring biasanya ditemukan pada keracunan alcohol dan
barbiturate.
7. Fantung
*acun-racun yang dapat menyebabkan degenerasi parenkim,
lemak atau hidropik pada epitellium dapat menyebabkan
degenerasi sel-sel otot jantung sehingga jantung menjadi lunak,
berwarna merak pucat coklat kekuning-kuningan dan +entrikel
mungkin melebar. #ada keracunan karbonmonoksida bila korban
hidup selama 42 jam atau lebih dapat ditemukan perdarahan

berbercak dalam otot septum inter+entrikel bagian +entrikel kiri


atau perdarahan bergaris pada musculus papillaris +entrikel kiri
dengan garis menyebar radier dari ujung otot tersebut sehingga
tampak gambaran seperti kipas. #ada keracunan arsen hampir
selalu ditemukan perdarahan kecil-kecil seperti nyala api <frame
like) di bawah endokardium septum inter+entrikel +entrikel kiri.
Fuga pada keracunan fosfor dapat ditemukan perubahan-
perubahan itu.
2. Aambung dan usus 12 jari.
2

4ipisahkan dari alat-alat lainnya dan diletakkan dalam wadah


bersih, lambung dibuka sepanjang cur+ature mayor dan
diperhatikan apakah mengeluarkan bau yang tidak biasa.
Bila racunnya ditelan, maka kelainan terutama terdapat pada
lambung.1,2,4
a. Hiperemi 0 pada keracunan zat korosif. Terutama
dijumpai pada daerah cur+atora mayor. Keracunan
tembaga, selain
hiperemi ditemukan juga pewarnaan biru atau kehijauan,
sedangkan pada asam sulfat akan berwarna kehitaman.
b. #erlunakan, sering pada keracunan zat korosif alkalis;
kelainan terdapat pada ur+atora mayor dan perlu
dibedakan dengan perlunakan yang terjadi sebagai akibat
pembusukan.
c. Glserasi, terutama keracunan zat korosif, tepi ulkus
tampak rapuh, tipis, dan dikelilingi tanda peradangan.
d. #erforasi. Biasanya hanya terjadi pada keracunan asam
sukfat pekat; perlu dibedakan dengan proses
pembusukan.

Kelainan pada lambung yang disebabkan oleh zat korosif


anorganik, dapat dibedakan dengan korosif organic, seperti 0
golongan fenol dan formaldehid.1
1) Korosif anorganik yang bersifat asam, seperti asam sulfat,
asam klorida, dan asam nitrat 0
• Mukosa lambung mengkerut, berwarna coklat atau hitam
• Mukosa memberi kesan kering dan hangus terbakar
2) Korosif anorganik yang bersifat basa, seperti natrium
hidroksida, kalium hidroksida dan garam-garam karbonatnya
serta ammonia 0
• Mukosa lambung lunak, sembab dan basah,
• Mukosa berwarna merah atau coklat,
• #ada perabaan member kesan seakan meraba sabun, oleh
karena terjadi proses penyabunan
3) Korosif golongan fenol, seperti asam karbol, lisol dan kresol 0
2

• tampak 5 pseudomembran 5, yang berwarna abu-abu


kebiruan atau abu-abu kekuningan, sebagai akibat
terjadinya penetrasi dan koagulasi protein sel dan penetrasi
lapisan yang lebih dalam sehingga terjadi nekrosis,
• 5 pseudomembran, terbentuk dari jaringan-jaringan yang
nekrotik.
4). Korosif formaldehid, mengakibatkan mukosa membrane
menjadi mengkerut, mengeras dan berwarna kelabu.
• #ada keracunan yang berbentuk gas, akan ditemukan
perubahan pada saluran pernafasan, yaitu0 sembab,
hiperemi, tanda-tanda iritasi serta kongesti.
• #ada keracuann racun yang bekerja pada susunan saraf
pusat, akan ditemukan tanda-tanda asfiksia dan disertai
dengan cirri khusus racunnya sendiri, yaitu 0 )trychnine 0
tubuh korban melengkung, opistototonus,
emperosthothonus atau pleurosthothonus.
9. Hati.
Apakah terdapat degenerasi lemak atau nekrosis. 4egenerasi
lemak sering ditemukan pada peminum alcohol. 3ekrosis dapat
ditemukan pada keracunan phosphor, karbon tetrachlorida.
10. 8injal.
#erubahan degenratif pada korteks ginjal dapat disebabkan oleh
racun yang merangsang ginjal agak membesar, korteks
membesar, gambaran tidak jelas dan berwarna suram kelabu
kuning. Hal ini ditemukan pada keracunan bahan logam iritan.
3ekrosis ditemukan pada keracunan merkuri, penol dan
karbontetraklorida.
11. Grin.
4engan semprit dan jarum yang bersih urin diambil dari kandung
kemih. Grin merupakan cairan yang baik sekali untuk spot test
yang mudah dikerjakan sehingga dapat diperoleh petunjuk yang
pertama dalam suatu analisis toksikologis secar sistematis. #ada
keracunan beberapa jenis zat, dapat terjadi perubahan warna
urin,
yaitu 0
1. Merah-kuning kecoklatan 0 keracunan asam pikrat pekat
2. Meranh anggur 0 keracunan sulfat kronis dan barbital
2

3. Hijau kecoklatan-hijau gelap 0 keracunan fenol atau


salisilat
4. Merah coklat-coklat kehitaman 0 keracunan yang
mengakibatkan terbentuknya met-Hb

12. Aimpa.
)elain adanya pembendungan akut, limpa tidak menunjukan
kelainan patologik. Aimpa jarang dipergunakan dalam analisis
toksikologik, sehingga umumnya limpa tidak diambil terkecuali
bila tidak dapat diperoleh lagi darah dari jantung dan pembuluh-
pembuluh darah besar.
13. >agina dan uterus
4iidentifikasi pada kecurigaan keracunan akibat tindakan aborsi.

V. PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

#ada pemeriksaan toksikologi perlu diketahui keadaan apa saja


yang dapat dicurigai keracunan sehingga dapat dipastikan
pemeriksaan tersebut perlu dilakukan1.
• #ada kasus kematian mendadak,
• #ada kematian mendadak yang terjadi pada sekelompok orang,
• #ada kematian yang dikaitkan dengan tindakan abortus,
• #ada kasus perkosaan atau kejahatan seksual lainnya,
• #ada kecelakaan transportasi, khususnya pengemudi dan pilot,
• #ada kasus penganiayaan atau pembunuhan < selektif),
• #ada kasus yang memang diketahui atau patut diduga menelan
racun,
• #ada kematian setelah tindakan medis, penyuntikan, operasi dan
lain sebagainya.
Tujuan yang terpenting dari dilakukannya pemeriksaan
toksikologi pada kasus keracunan adalah untuk menegakkan
diagnosa dari keracunan, sehingga dapat segera dilakukan
terapi yang tepat <pada korban hidup) dan dapat memberikan
kesimpulan yang pasti dari sebab kematian korban akibat
2

keracunan. Gntuk itu pada setiap kasus keracunan atau diduga akibat
keracunan mutlak dilaksanakan pemeriksaan toksikologi.
#ada dasamya pemeriksaan toksikologi disini dapat dibagi
menjadi 4 langkah utama yaitu2 0
1. #engambilan bahan-bahan untuk tujuan analisa <yang berasal
dari korban)
2. #elaksanaan analisa toksikologi
3. (nterpretasi hasil analisa
4. Apa yang harus dilakukan terhadap bahan tersebut selanjutnya.

)etelah bahan diambil dan dikumpulkan, kemudian dimasukkan


dalam wadah yang telah disediakan dengan pengawetan atau
tanpa pengawetan tergantung pada segera atau tidaknya dilakukan

analisa toksikologi
)elanjutnya diserahkan pada ahli toksikologi forensik ;
laboratorium toksikologi. Apabila fasilitas laborator ium
tok si kol og i t er sedi a da n memungkinkan pelaksanaan
pemeriksaan, maka bahan-bahan tadi diserahkan dalam keadaan
segar yang selanjutnya segera akan dilaksanakan analisa.
Tet api apabila hal ini tidak memungkinkan maka pengawetan
bahan untuk keperluan analisa mutlak diperlukan
)etelah mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil

dan dikumpulkan jaringan-jaringan atau organ-organ tubuh si korban


untuk dijadikan barang bukti dan bahan pemeriksaan toksikologi.
VI. SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
Aebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap
pada waktu autopsi daripada kemudian harus mengadakan
penggalian kubur untuk mengambil bahan-bahan yang diperlukan
dan melakukan analisis toksikologik atas jaringan yang sudah busuk
atau sudah diawetkan2.
2

#rinsip pengambilan sample pada kasus keracunan adalah


diambil sebanyak-banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan
dan untuk pemeriksaan histopatologik.
Bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi pada
kasus keracunan0
a. )tasiun ( 0
- Aambung dan isinya 0 H250 gram
- Gsus halus dan isinya 0 H250 gram
b. )tasiun (( 0
- Hati 0 H250 gram
- 8injal 0 I kanan dan I kiri
- Ctak 0 H250 gram
- #aru-paru, hanya pada racun yang ekskresinya melalui
paru-paru < volatile poisons), H250 gram
c. )tasiun ((( 0
#ada keracunan kronis 0
- rambut
- lemak
- tulang
- kuku
Bahan lain
0
- daerah untuk pemeriksaan alcohol diambil dari +ena
femoralis
- urin
#ada kasus khusus dapat diambil 0

a. Faringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 sentimeter.


b. Faringan otot, yaitu, dari tempat yang terhindar dari
kontaminasi, misalnya muskulus psoas sebanyak 200
gram.
c. Aemak di bawah kulit dinding perut sebanyak 200 gram
d. *ambut yang dicabut sebanyak 10 gram.
e. Kuku yang dipotong sebanyak 10 gram,
f. Cairan otak sebanyak-banyaknya.

Fika jenazah akan diawetkan, maka pengambilan contoh bahan


harus dilakukan sebelum pengawetan. Cara lain yang dapat
dilakukan untuk mengambil sampel selain dengan cara yang telah
disebutkan, adalah 0
9

1. Tempat masuknya racun (lambung, tempat suntikan)


2. Darah
3. Tempat keluar (urin, empedu)

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries, A. M., Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, edisi


pertama. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997, 329-46.
2. Apuranto, H., Hoediyanto., Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal, edisi ketiga, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, 2007.
3. Karch, S.B., Postmortem ToXicology of Abused Drugs, CRC Press,
2008.
4. Ray, D., Poison., Available at
: http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/poisons
(Diakses pada 19 Desember 2014)
5. Dix, J., Color Atlas of Forensic Pathology, CRC Press, Boca
Raton, Florida, 2000.

Anda mungkin juga menyukai