PENDAHULUAN
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua
kelompok, yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya
kematian akibat keracunan morfin, sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida,
dan lain sebagainya, dan kelompok yang kedua dimana sebenarnya yang terbanyak
kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari adalah untuk mengetahui mengapa
suatu peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi. Dengan demikian, tujuan yang kedua
bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi.
Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat
ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian pada
yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya adalah sampai
sejauh mana reaksi obat tersebut berperan dalam memungkinkan terjadinya berbagai
peristiwa tadi.
Karena sifat beracunnya, mudahnya didapat serta mudahnya digunakan oleh
masyarakat, maka wajarlah jika ada yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa dilakukan
secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas.
Dalam menghadapi kasus yang demikian, maka peranan kedokteran kehakiman
sangatlah penting dalam menentukan apakah korban benar-benar meninggal karena
arsen, atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter juga bekerja sama
dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan jumlahnya yang ada
pada korban. Pada orang-orang sehat, juga bisa ditemukan arsen, misalnya pada orang
yang minum tonikum yang mengandung arsen. Oleh karena itu dalam menentukan
sebab kematian karena arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ,
juga harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ
tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, walaupun mungkin tidak begitu banyak terjadi,
keracunan arsen dapat berupa kontaminasi lingkungan dari zat-zat atau benda hasilan
atau yang mengandung arsen.
A. Racun
Pengertian racun
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan
minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan
timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit,
bahkan kematian.
Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang
bila mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi
tubuh, kerugian, bahkan kematian.
Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia,
yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai
tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan
menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Jalan masuk
Racun dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui beberapa cara:
1.
Melalui mulut (peroral / ingesti).
2.
Melalui saluran pernafasan (inhalasi)
3.
Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
4.
Melalui kulit yang sehat / intak atau kulit yang sakit.
5.
Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985)
Asam karbol
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada
susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam
karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh terhadap otak (Nawawi, 1989).
Arsen
Garam Pb
Kriteria diagnosis kasus keracunan
Anamnesa yang menyatakan bahwa korban benar-benar kontak dengan racun
(secara injeksi, inhalasi, ingesti, absorbsi, melalui kulit atau mukosa).
Pada umumnya anamnesa tidak dapat dijadikan pegangan sepenuhnya sebagai kriteria
diagnostik, misalnya pada kasus bunuh diri keluarga korban tentunya tidak akan
memberikan keterangan yang benar, bahkan malah cenderung untuk
menyembunyikannya, karena kejadian tersebut merupakan aib bagi pihak keluarga
korban.
2.
Tanda dan gejala-gejala yang sesuai dengan tanda / gejala keracunan zat yang
diduga.
Adanya tanda / gejala klinis biasanya hanya terdapat pada kasus yang bersifat darurat
dan pada prakteknya lebih sering kita terima kasus-kasus tanpa disertai dengan datadata klinis tentang kemungkinan kematian karena kematian sehingga harus dipikirkan
terutama pada kasus yang mati mendadak, non traumatik yang sebelumnya dalam
keadaan sehat.
3.
Secara analisa kimia dapat dibuktikan adanya racun di dalam sisa makanan /
obat / zat yang masuk ke dalam tubuh korban.
Kita selamanya tidak boleh percaya bahwa sisa sewaktu zat yang digunakan korban itu
adalah racun (walaupun ada etiketnya) sebelum dapat dibuktikan secara analisa kimia,
kemungkinan-kemungkinan seperti tertukar atau disembunyikannya barang bukti, atau
si korban menelan semua racun kriteria ini tentunya tidak dapat dipakai.
4.
Ditemukannya kelainan-kelainan pada tubuh korban, baik secara makroskopik
atau mikroskopik yang sesuai dengan kelainan yang diakibatkan oleh racun yang
bersangkutan.
Bedah mayat (otopsi) mutlak harus dilakukan pada setiap kasus keracunan, selain
untuk menentukan jenis-jenis racun penyebab kematian, juga penting untuk
menyingkirkan kemungkinan lain sebagai penyebab kematian. Otopsi menjadi lebih
penting pada kasus yang telah mendapat perawatan sebelumnya, dimana pada kasuskasus seperti ini kita tidak akan menemukan racun atau metabolitnya, tetapi yang dapat
ditemukan adalah kelainan-kelainan pada organ yang bersangkutan.
5.
Secara analisa kimia dapat ditemukan adanya racun atau metabolitnya di dalam
tubuh / jaringan / cairan tubuh korban secara sistemik.
1.
Tinjauan yang menarik dari segi biologis toksikologi dan lingkungan tentang
arsen telah ditulis antara lain:
Valce dan Dialoni
1960
Buchanan
1962
Schraeder
1966
Frost
1967
Lisella & Co. Workers 1972
Salah satu campuran yang paling penting adalah arsen triokside atau arsenious
okside, As2O3, dengan kata lain arsen putih yang banyak digunakan sebagai bahan
utama racun tikus dan kadang-kadang dikelirukan dengan asam arsenium. Ini terjadi
dalam bentuk bubuk putih atau kristal oktahedral yang tidak mempunyai rasa. Arsenic
trioxide beracun dan ditemukan pada beberapa pemberantasan tikus. Beberapa obat
yang sering digunakan seperti cairan acidi arsenasi dan Fowlers solution mengandung
arsen trioxide.
Dosis letal (yang mematikan) dari keracunan arsenic tergantung pada
senyawaannya. Keracunan fatal oleh arsen trioxide adalah 0,2 0,3 gram bagi orang
dewasa.
Campuran arsen yang beracun dalam bentuk lain yaitu trichloride, triyodide,
sodium arsenate, pada Pearsons solution, Scheeles green atau Copper arsenite, Paris
green, Realgar, atau arsenic sulfide, Donovans solution, (masing-masing 1 % merkuri
yodide dan arsenic yodide), Clemens solution (potassium arsenat pada bromidi) dan
pigmen-pigmen yang serupa Brunwick green, Vienna merah dan mineral biru dimana
terdapat sejumlah arsen dalam bentuk lain. Arsen dalam beberapa campuran arsen
organic lain juga toksis.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa penggunaan arsen dalam
pengobatan sudah sangat jarang, hanya terbatas pada hewan. Di Indonesia, terutama
pada masa pembangunan ini arsen banyak digunakan untuk / pada pabrik-pabrik, alatalat kesenian, pertanian, pertanian dan perkebunan yang kadang-kadang
menyebabkan keracunan, misalnya:
1.
Arsenicus acid / white arsenic
Bentuk kristal putih transparan, ada yang afogne seperti enamel, rasa
sedikit pahit.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Klasifikasi Arsen
Nomor atom
Berat Atom
Berat jenis (bentuk kristal hitam)
Valensi
Titik lebur
Titik sublimasi
As
33
5,7 g/cc
3,5
814 C / 149 F
Senyawa-senyawa berbahaya
Derajat
M.A.C.
Penilaian
Arsenic; As2S3
Serius
1. Analisa urin
2. Analisa udara
3. Analisa rambut dan kuku
Arsen sendiri sebagai unsur tidak digunakan. Elemen arsen adalah metal,
berwarna hitam, sering digunakan bersama timah yang digunakan dalam pabrik,
kadang-kadang ditemukan dalam bentuk metal murni, dimana bentuk alamiahnya
tersebut tidak toksik. Campuran tersebut tersebut bagaimanapun juga dapat beracun
dan sebagian darinya terkontaminasi dengan bahan tambang, arang dan batu bara.
Jejak arsen didapat pada minyak, air dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian kecil
terdapat sebagai campuran kimia yang digunakan sebagai industri, misalnya mineral
arsen, mineral alkali dan metal seperti besi, seng dan timah.
Arsenik merupakan salah satu unsur yang ada di dalam tanah, sehingga perlu
diketahui jika menghadapi kasus dimana korban telah dikubur. Contohnya tanah
disekitar tubuh korban; yaitu di atas, bawah, dan di sekitar tubuh korban harus diambil
guna dilakukan pemeriksaan toksikologis. Tindakan tersebut selayaknya diambil untuk
mencegah timbulnya interpretasi yang keliru.
Air dapat mengandung arsenic sebagai akibat kontaminasi dari sisa-sisa
pembuangan pabrik / industri. Dalam proses pembuatan bir, arsenic dapat terbentuk,
yaitu sewaktu membuat glukosa untuk dijadikan bir.
Arsenic juga ditemukan dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam kerang, oleh
sebab itu orang-orang yang mempunyai kebiasaan makan kerang, ekskresi arsenic
dalam urin cukup tinggi, sama halnya dengan mereka yang keracunan arsenic kronis.
Arsen dalam tabel periodik tidak termasuk golongan logam, tetapi karena
mempunyai sifat mirip logam, maka dimasukkan ke dalam golongan metalloid.
Yang dimaksud logam berat ialah:
1.
Logam yang mempunyai sifat membentuk garam dengan asam.
2.
Logam yang mempunyai berat molekul antara 59-232.
Logam yang dapat bereaksi dengan ligond (pengikat berupa gugus atom, ion,
atau molekul yang memiliki kesanggupan untuk menjadi donor pasangan dalam satu
atau lebih ikatan koordinat [coordinate bound]).
Arsen digolongkan ke dalam persenyawaan organic dan in organic; pembagian
ini sebagian untuk memudahkan penggolongan kimia. Arsen in organik berbeda dengan
arsen organik dalam beberapa hal yang penting dalam farmakologi.
Hampir semua arsen in organik dapat dianggap sebagai garam asam meta
arsenit (HAsO2). Arsen yang sering digunakan untuk insektisida, racun tikus, dan
herbisida adalah karbason (4-ureidobenzen-asam arsenat), glikobiarsol, drokarbil, dan
oksofenarsin. Arsen trioksida (AsO3) sering disebut Arsenous acid yang merupakan
anhidrid dari asam meta arsenous (HAsO 2). Hampir semua trivalent arsen in organik
dapat dianggap sebagai garam-garam dari asam meta arsenous.
Potassium arsenat adalah salah satu pemakaian untuk segala macam
pengobatan. Sodium arsenites calcium arsenite copper acete Cupie aceto arsenite
dipakai terutama sebagai insektisida, rodentisida, fungisida, dan herbasida. Arsen
trichlorid sekali-sekali dipakai sebagai pengganti potassium arsenat.
Senyawa-senyawa arsen dari Pb, calcium, dan sodium; masih dipakai dalam
formula lama insektisida, yang terkadang merupakan kepentingan dalam hal
toksikologinya. Misalnya yang berasal dari arsen pentoxide, dipakai sebagai herbisida
dan defoliant.
Cocodyl dan sodium sodium cocodilate Na; digolongkan sebagai asam in
organik, karena bentuk aktifnya adalah asam arsenikus, dimana kebanyakan cocodyl
yang masuk dalam badan dikonversikan.
Arsine adalah gas beracun yang menyebabkan keracunan-keracunan industri
yang sering terjadi. Dimethyl arsine, dimethyl arsenic acid, dan methyl arsenic acid,
sebagaimana garam-garam sodium dan amoniumnya, muncul sebagai bentuk biotik
kontaminan lingkungan; dan juga dipakai sebagai herbisida.
Arsen organic yang terbanyak / terpenting adalah derivat dari benzene arsenic
acid. Ada tiga derivate pentavalen yang digunakan dalam pengobatan; carbosone (4urcide benzene arsenic acid), tryparsonide (sodium N-Carbomyl methyl p-amine
benzene arsenat) dan glicobiarsol.
Benzene arsenic adalah golongan ikatan arsenic karbon dan invivo yang betulbetul tidak dirubah menjadi asam in organik.
Arsen, seperti telah disebut di muka adalah racun klasik dari pembunuhan dan
bunuh diri, tapi tak kurang pentingnya untuk toksikologi industri.Efek kronis dari arsen
trioxide dan dapat diduga debu-debu arsen lain, terutama terdiri dari luka pada
membran mukosa dan kulit. Menurut Harsen, ulkus dan perforasi septum hidung tak
jarang dapat dijumpai pada pekerja-pekerja arsen.Pentingnya arsen sebagai penyebab
kanker masih diragukan. Tapi kejadian abnormal dari kanker eksterna dan saluran
pernafasan pada kelompok pekerja-pekerja yang terkena debu arsenic oxide telah
dilaporkan.
3.
: -35 C
: Perubahan-perubahan darah, kerusakan hepar.
: Serius, fatal.
: 0,05 p.p.m.
: - Analisis udara
Arsine merupakan gas tidak berwarna, berbau bawang, dan sangat beracun.
Arsine telah diperagakan terjadi dari campuran Ca hydride dan metal oxida yang ada
dimana penderita bekerja, pada konsentrasi rata-rata 0,5 ppm.
Besarnya bahaya arsine terletak terutama pada penguapan selektifnya daripada
toksisitasnya, lain dari pada itu mungkin saja. Demikian suatu debu dari senyawa incet
terdiri dari 0,1 % arsen tidak akan menyebabkan keracunan yang sama. Tapi bila zat
tersebut menyebabkan proses reduksi kimia atau elektrolit, arsen mungkin menguap
hampir seluruhnya seperti arsine, dan suatu konsentrasi yang berbahaya bisa
dihasilkan dari material yang relatif kecil.
1. Arsen In Organik
Bentuk arsen in organik ini sifatnya sangat beracun dan paling sering digunakan
karena sifatnya tersebut. Campuran ini, lebih banyak digunakan untuk pembunuhan
dimana racun diberikan dalam dosis besar atau pemberian dosis kecil tetapi berulangulang, supaya dapat menimbulkan gejala-gejala seperti sakit biasa.
Dahulu pembunuhan pada sejumlah manusia dengan racun tunggal, paling
banyak menggunakan jenis arsen ini. Cara pemberiannya dengan cara dicampur pada
makanan atau minuman. Tetapi cara pembunuhan seperti ini sudah jarang dilakukan
lagi, karena racun ini mudah diketahui dan dicurigai secara langsung sebagai tindakan
kriminal. Pada sebagian kecil kasus pembunuhan dengan preparat yang mengandung
arsen dimasukkan lewat rektum, vagina, dan uretra serta kematiannya serupa dengan
yang diakibatkan oleh obat secara injeksi. Secara pervaginam dapat untuk menginduksi
abortus.
dalam air misalnya As2O3 yang sangat tergantung pada kehalusan dari bagianbagiannya (fineness of subdivision).
Dalam obat pembasmian tanaman pengganggu (herbicides), terutama
As2O3 terbagi dengan agak kasar. Walaupun senyawa arsen yang pentavalen lebih
banyak mengalami imitasi daripada senyawa yang trivalent, namun senyawa arsen in
organik yang pentavalen diabsorbsi lebih baik daripada yang trivalent, namun karena
mereka kurang bereaksi dengan isi usus dan mukosa senyawa arsen organik yang
trivalent adalah juga sedikit diarbsorpsi dari saluran gastro intestinal, kecuali
melarsopral.
1. Absorbsi melalui saluran pencernaan biasanya terjadi pada usaha bunuh diri.
Pembunuhan dan keracunan anak-anak dapat terjadi karena mereka tertarik akan
warna atau rasa enak suatu obat, sehingga menyebabkan keracunan karena overdosis.
Saluran pencernaan masih merupakan lingkungan luar (milious externa), sehingga
adanya zat-zat beracun di dalam saluran pencernaan tidak akan mengakibatkan
keracunan hanya racun-racun yang bersifat kanotik atau korosif yang dapat merusak
selaput lendir usus, yang selanjutnya bisa terjadi perforasi, peritonitis, yang akhirnya
dapat menyebabkan kematian.
Pada umumnya zat beracun lebih mudah menyebabkan keracunan jika diberikan
pada perut kosong karena lebih cepat diabsorbsi. Juga pada umumnya bentuk non ion
akan lebih mudah diabsorbsi daripada bentuk ion, serta ph dapat mempengaruhi difusi
zat beracun melalui membran epitel usus. Selain ph, konstante dinosiasi (p Ka)
berpengaruh atas bentuk non ion dan bentuk ion, menurut persamaan Handecson
Hasselbach:
Untuk asam: P Ka ph = log (bentuk non ion)
bentuk ion
Untuk basa : P Ka ph = log (bentuk ion)
(bentuk non ion)
Absorbsi melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa hal:
Stratum corneum merupakan therato limiting basic sehingga bila lapisan ini rusak
atau jika integritas kulit terganggu, maka absorbsi akan dipermudah.
Spesies pada hewan.
Beberapa zat kimia dapat merubah kulit sehingga lebih permeabel terhadap zat kimia
lain.
Sifat-sifat psikokimia.
Zat-zat yang larut dalam lipid kurang mudah diabsorbsi kulit jika dibandingkan dengan
zat-zat yang larut dalam air.
Zat-zat kimia yang berbentuk non ion lebih mudah diabsorbsi daripada yang berbentuk
ion.
Ph, ukuran molekul, temperatur dan vaskularisasi juga ikut menentukan.
2.
Mekanisme keracunan
Mekanisme kerja toksik yang utama dari senyawa arsen ialah dengan
menghambat kerja enzim sulfihidril. Senyawa arsen organik yang trivalent misalnya
phenyl arsen oxide lebih poten dalam hal menghambat kerja enzim sulfihidril daripada
arsenites in organik. Arsenoxide sebagai senyawa antara yang aktif (active intermurate)
tidak dapat bereaksi dengan kelompok-kelompok kimia yang lain, kecuali sulfihidril.
Consparasid arsen arsen misalnya aesphenamine dan senyawa arsen yang pentavalen
harus dikonversi menjadi arsenoxide atau arsenit terlebih dahulu sebelum dapat
bereaksi, kecuali dikloroarsen yang dapat bereaksi langsung.
Formulasi yang umum dan komplit dari reaksi arsenoxide (arsenite) dengan
gugus sulfihidril dari protein adalah sebagai berikut:
S-PR
R As = O + 2 Hs PR
R + As
+ H-O-H
S-PR
Dimana R adalah gugus kimia, dan PR adalah protein. Inertivasi dari enymen sulfihifdril
yang esensial mungkin merupakan langkah pertama ke arah kerusakan sel. Di antara
senyawa arsen, klorvinilkloroarsen (lewisite) mempunyai daya inhibisi yang terkuat. Ion
arsenat dapat bekerja sebagai uncouplers pada fosforilasi oksidatif, karena itu
pembentukan ATP terganggu.
Sistem oksidasi piruvat dan sejumlah besar enzim lain adalah rawan terhadap
senyawa arsen. Peranan dari interaksi antara senyawa arsen dengan thiocic (x liporc)
acid, suatu bagian esensial dari reaksi dekarboksilasi piruvat menjadi perhatian utama,
lebih dari reaksi dengan sulfihidril dari dua molekul yang berbeda seperti dilukiskan
pada formula di atas senyawa arsen yang dapat bereaksi dengan kedua gugus
sulfihidril dari thiocic acid untuk membentuk cincin bersegi enam, yaitu suatu cincin
yang lebih stabil daripada monocyclic thio arsenites.
Pembentukan cincin menunjukkan kemanjuran dimercaprol dalam pengobatan
keracunan arsen. Arsine (AsH3) bergabung dengan hemoglobin dan dioksidasi menjadi
campuran (compound) hemolitik dan tidak menunjukkan aksi dengan menghambat
enzim sulfihidril.
Efek sistemik
Efek pada peredaran darah
Senyawa arsen dosis kecil in organik menyebabkan vasodilatasi ringan. Dosis
besar menimbulkan efek pada sistem sirkulasi. Perlukaan dapat terjadi pada semua
anyaman kapiler, tapi yang sering terjadi di daerah splanchnicus. Sebagai hasilnya
adalah transudasi dari plasma dan penurunan darah yang tajam, selanjutnya terjadi
kerusakan arteri dan myocard serta tekanan darah turun sampai terjadi syok.
Gambaran EKG yang abnormal tetap terjadi sampai satu bulan sesudah
penyembuhan dari intoksikasi akuta. Senyawa arsen organ trivalent terutama mengenai
kapiler, tekanan pembuluh darah (resistant vessels), dan tentang jantung, pengaruhnya
sama dengan arsen in organik.
Pada dosis terapeutik obat, efek pada sirkulasi bervariasi dengan jarang terjadi
reaksi seperti syok angioneurotik yang segera mengikuti pemberian tryparsamide. Hal
ini terjadi mengikuti pemberian senyawa arsenic sejenis dengan sifat simpatomimetik
yang secara efektif meninggikan tekanan darah selama suatu krisis; dimana hal
tersebut tidak terjadi selama syok oleh karena senyawa arsen in organik. Krisis ini
terjadi disebabkan oleh karena flocylasi plasma protein.
Arteriosclerosis perifer (clackfoot disease0 dapat disebabkan oleh pemasukan
senyawa arsen in organic secara kronis (Heydoen, 1970).
Tractus gastrointestinal
Dosis kecil senyawa arsen in organik terutama yang trivalent menyebabkan
splanchnic hyperemia. Transudasi plasma pada kapiler sebagai akibat pada dosis besar
membentuk vesikula di bawah mukosa gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya pecah,
fragmen epitel terlepas, lalu plasma tercurah ke dalam lumen, yang kemudian akan
membeku.
Jaringan yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen
menyebabkan naiknya peristaltik dan keluarnya tinja yang karateristiknya seperti air
beras. Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih
lanjut. Segera sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah seringkali terjadi, dan
muntahan mungkin mengandung darah. Stomatitis mungkin juga terjadi, serangan
gastrointestinal mungkin terjadi dengan sedikit demi sedikit sehingga kemungkinan cara
cuman arsenic mungkin diabaikan.
Sindrom nausea, vomiting, diare, sakit kepala dan malaise merupakan tipe reaksi
yang sering terjadi sebagai akibat pemberian injeksi senyawa arsen organik. Reaksi ini
tidak segera terjadi, tetapi terjadi dalam waktu 4-12 jam sesudah injeksi dan
berlangsung selama beberapa jam sampai hitungan hari. Hal ini disebabkan oleh
intoksikasi oleh bagian senyawa arsenic yang aktif dari obat tersebut.
Insidensi tertinggi terjadi setelah pemberian senyawa arsen trivalent dan paling
rendah setelah pemberian senyawa arsen pentavalen; misalnya tryparsamide. Over
dosis yang sangat besar dari senyawa arsen organik efeknya sama dengan pemberian
senyawa arsen in organik.
Tractus urinarius
Aksi dari senyawa arsen pada kapiler ginjal, tubuler dan glomeruli dapat
menyebabkan kerusakan ren yang hebat. Efek pertama pada glomeruli, pembuluh
darah mengalami dilatasi sehingga memungkinkan hilangnya protein dan kemudian
terjadi pembengkakan untuk mengisi glomerulair. Variasi tingkatan dari nekrosis tubuler
dan degenerasi terjadi, urin berkurang dan berisi protein, eritrosis dan carts.
Sejumlah carts, albuminuria ringan dan darah pada urin sedikit meninggi, sering
terjadi setelah pemberian senyawa arsen organik dengan dosis terapeutik namun
efek ini hanya bersifat sementara.
Kerusakan ginjal akut yang jarang terjadi akibat arsen organik adalah
idiosyncrasi.
Kulit
Pemberian senyawa arsen in organik dengan dosis rendah dan secara kronis
akan menyebabkan vasodilatasi kulit dan milk and corce complexion. Penggunaan
senyawa arsenic yang berkepanjangan juga menyebabkan hiperkeratosis dan
hiperpigmentasi, yag akhirnya aksi ini menuju ke arah atrofi dan degenerasi serta
mungkin juga ke arah kanker. Erupsi pada kulit umumnya terjadi setelah pengobatan
dengan senyawa arsen in organik.
Senyawa arsen trivalent yang sistemik mengganggu dengan respon peradangan
pada kulit dan dapat menyebabkan terjadinya pyoderma. Hal tersebut juga
mengganggu penyembuhan luka pada kulit dan jaringan lain.
Insidensi dermatitis pada penggunaan senyawa arsen organik pentavalen adalah
rendah dan reaksinya biasanya ringan. Luka bisa lokal atau menyeluruh dalam
distribusinya.
Sistem syaraf pusat (SSP)
Pada penggunaan secara kronis atau terpapar dengan senyawa arsen in organik
(namun jarang pada senyawa arsen organik) dapat menyebabkan neuritis periferal.
Pada kasus yang berat, sumsum tulang belakang bisa terkena juga. Pada pemberian
senyawa arsen in organik dengan dosis toksis secara akuta, hampir 5 % akan
menunjukkan depresi sentral tanpa gejala-gejala gastrointestinal.
Dari arsen yang masih digunakan oleh manusia, tryparsamide tapi bukan
carborsone atau glico biarzol menyebabkan insidensi yang tinggi dalah hal efek pada
SSP, bila digunakan dengan dosis terapeutik. Efek ini biasanya visual.
Ensefalopati dapat ditimbulkan pada penggunaan:
Senyawa arsen organik trivalent misalnya: melarsoprol (paling umum sebagai rekasi
toksik).
Senyawa arsen organik pentavalen, glico biorsal pada dosis klinis (tapi jarang).
Overdosis carbarsone.
Gejalanya termasuk sakit kepala yang berat, konvulsi dan koma. Gejala-gejala
sebelumnya terlihat pada cairan serebro spinal jumlah sel dan protein bertambah.
Kerusakan pada otak terutama yang berasal dari vasculair dan terjadi pada massa putih
dan abu-abu, gejalanya berupa perdarahan nekrosis dengan focus yang multipel dan
simetris.
Perlu ditambahkan pada pemberian dimecaprol ialah pengobatan sedatif, anti
konvulsan dan tindakan untuk mengurangi oedem otak, yang mana antara lain dapat
dengan memberi mannitol hipertonik atau larutan ureum.
Darah
Senyawa arsen in organik mengganggu sum-sum tulang dan mengubah
komposisi sel-sel darah. Vaskularisasi pada sumsum tulang bertambah. Pada dosis
sedang menyebabkan pengurangan eritrosit dan pada dosis besar menyebabkan
perubahan morfologis sel-sel darah dengan tampak adanya megalocytes dan
microscytes. Senyawa arsen in organik juga menekan produksi leukosit. Beberapa efek
kronis pada adarah dapat disebabkan oleh karena terganggunya absorbsi asam folat.
Arsenite juga mengganggu syntore parpyrine (Van Togeran et all, 1965).
Gangguan pada darah dan sumsum tulang yang ditimbulkan oleh senyawa arsen in
organic merupakan masalah yang benar-benar serius, tapi untungnya jarang terjadi.
Sejumlah kasus agranulasitosis disebabkan oleh glico biornd yang mana telah
dilaporkan pernah terjadi.
Hati
Senyawa arsen in organik dan sejumlah yang organik, terutama toksis terhadap
lever dan menimbulkan infiltrasi lemak, nekrosis sentralis dan chirossis triparsamide
yang dapat merusak kapur pada dosis terapeutik. Kerusakan bisa sedang atau berat;
menyebabkan acute yellow athrophybahkan kematian.
Kerusakan pada umumnya mengenai parenkim hepar, tetapi pada beberapa
kasus memberikan gambaran klinis yang menyerupai aclusi saluran empedu secara
umum yang disebabkan oleh pericholangitis dan thrombus empron pada cabang
saluran empedu yang paling halus.
Metabolisme
Aksi toksis yang mula-mula dari senyawa arsen organik menimbulkan oedema
tersembunyi disebabkan oleh kerusakan kapiler. Pada kerusakan arsen eliminasi
nitrogen bertambah oleh karena degenerasi jaringan yang terjadi pada banyak organ.
Percobaan untuk mendemonstrasikan aksi tonik dari senyawa arsen pada hewan
percobaan menunjukkan bahwa elemen ini tidak berguna pada pertumbuhan dan
perkembangan.