BAB I
PENDAHULUAN
Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan
dapat ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah
demikian pada yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari
korelasinya adalah sampai sejauh mana reaksi obat tersebut berperan dalam
memungkinkan terjadinya berbagai peristiwa tadi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Toksikologi forensik adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek
berbahaya zat kimia (racun) terhadap mekanisme biologi. Toksikologi forensik
juga mempelajari masalah keracunan untuk kepentingan forensik.
2.2 Racun
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil
(bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan
menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat
menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk kedalam tubuh
dalam jumlah tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik secara kimia
mauppun fisiologis sehingga menyebabkan sakit atau pun kematian. Untuk
kepentingan di bidang forensik, racun dibagi berdasarkan sifat kimia, fisik serta
pengaruhnya terhadap tubuh manusia, yaitu:
1. Racun Anorganik.
2. Racun Organik
Racun Volatil dan racun non volatil : senyawa yang digunakan adalah
turunan dari alkohol, yaitu Methyl Alcohol (metanol). Metanol juga dikenal
sebagai Wood alcohol dimana lethal dosisnya sangat bervariasi pada setiap orang.
Kematian timbul pada 30-60 ml pemberian methanol. Kadang–kadang gejala tidak
tampak sampai 26 jam atau lebih setelah keracunan namun tiba–tiba penderita
dapat meninggal.
3. Racun Gas : terdiri dari karbon Dioksida dan Karbon Monoksida. Karbon
Dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di
5
udarapernafasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya
efek langsung Karbon Dioksida pada pusat pernafasan, sehingga tingkat
keracunan perinhalasi makin berat. Gejala keracunan akibat karbon dioksida
adalah: sakit kepala serta kepala terasa berat, tinitus, nausea, perspirasi, otot–
ototmenjadi lemah, somnolensi hebat, tekanan darah menignkat disertai dengan
sianosis, pernafasan cepat dan nadi cepat, collaps, koma dan meninggal. Pada
karbon monoksida, gas ini berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari
senyawa organik misal asap kendaraan bermotor, gas untuk memasak, hasil
pembakaran batu bara dan lain–lain. Karbon monoksida akan mengikan Hb secara
cepat dan lengkap dan menghambat oksigen berikatan dengan oksigen. Sehingga
suplai oksigen ke organ vital pun akan berkurang dan akan timbul anoksemia.
Lama kelamaan, Hb akan kehilangan kemampuannya untuk mengikat oksigen dan
akan mmeperpuruk kondisi anoksemia pada jaringan.
4. Racun lain–lain
a. Racun makanan
b. Racun binatang
c. Racun tumbuh–tumbuhan
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
- Asam oksalat
- Asam karbol
- Arsen
- Garam Pb
2. Keadaan tubuh :
a . Umur : Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitive
terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada
8
2.Tanda dan gejala-gejala yang sesuai dengan tanda / gejala keracunan zat yang
diduga. Adanya tanda / gejala klinis biasanya hanya terdapat pada kasus yang
bersifat darurat dan pada prakteknya lebih sering kita terima kasus-kasus tanpa
disertai dengan data-data klinis tentang kemungkinan kematian karena kematian
sehingga harus dipikirkan terutama pada kasus yang mati mendadak, non
traumatik yang sebelumnya dalam keadaan sehat.
3.Secara analisa kimia dapat dibuktikan adanya racun di dalam sisa makanan /
obat / zat yang masuk ke dalam tubuh korban. Kita selamanya tidak boleh percaya
bahwa sisa sewaktu zat yang digunakan korban itu adalah racun (walaupun ada
etiketnya) sebelum dapat dibuktikan secara analisa kimia, kemungkinan-
kemungkinan seperti tertukar atau disembunyikannya barang bukti, atau si korban
menelan semua racun – kriteria ini tentunya tidak dapat dipakai.
5.Secara analisa kimia dapat ditemukan adanya racun atau metabolitnya di dalam
tubuh / jaringan / cairan tubuh korban secara sistemik.
Analitikal toksikologi meliputi isolasi, deteksi, dan penentuan jumlah zat yang
bukan merupakan komponen normal dalam material biologis yang didapatkan
dalam otopsi. Guna toksikologi adalah menolong menentukan sebab kematian.
Jaringan otak adalah material yang paling baik untuk pemeriksaan racun-
racun organis, baik yang mudah menguap maupun yang tidak mudah
menguap.
Hepar dan ginjal adalah material yang paling baik untuk menentukan
keracunan logam berat yang akut.
Darah dan urin adalah material yang paling baik untuk analisa zat organik
non volatile, misalnya obat sulfa, barbiturate, salisilat dan morfin.
Darah, tulang, kuku, dan rambut merupakan material yang baik untuk
pemeriksaan keracunan logam yang bersifat kronis.
Untuk racun yang efeknya sistemik, harus dapat ditemukan dalam darah atau
organ parenkim ataupun urin. Bila hanya ditemukan dalam lambung saja maka
belum cukup untuk menentukan keracunan zat tersebut. Penemuan racun-racun
yang efeknya sistemik dalam lambung hanyalah merupakan penuntun bagi
seorang analis toksikologi untuk memeriksa darah, organ, dan urin ke arah racun
yang dijumpai dalam lambung tadi. Untuk racun-racun yang efeknya lokal, maka
penentuan dalam lambung sudah cukup untuk dapat dibuat diagnosa.
2. Pemeriksaan luar
a. Bau. Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang
kiranya ditelan oleh korban. Segera setelah pemeriksa berada di samping
mayat ia harus menekan dada mayat untuk menentukan apakah ada suatu
bau yang tidak biasa keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut.
b. Segera. Pemeriksa harus segera berada di samping mayat dan harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak
biasa keluar dari lubang hidung dan mulut.
c. Pakaian. Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang disebabkan
oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak
berwarna coklat karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat.
d. Lebam mayat. Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai
makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi
15
Segera setelah rongga dada dan perut dibuka, tentukan apakah terdapat bau
yang tidak biasa (bau racun). Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium "bau
racun" maka sebaiknya rongga tengkorak dibuka terlebih dahulu agar bau visera
perut tidak menyelubungi bau tersebut, terutama bila dicurigai adalah sianida. Bau
sianida, alkohol, kloroform, dan eter akan tercium paling kuat dalam rongga
tengkorak.
Pada lidah perhatikan apakah ternoda oleh warna tablet atau kapsul obat
atau menunjukan kelainan disebabkan oleh zat korosif. Pada esophagus bagian
atas dibuka sampai pada ikatan atas diafragma. Adakah terdapat regurgitasi dan
selaput lendir diperhatikan akan adanya hiperemi dan korosi. Pada epiglotis dan
glotis perhatikan apakah terdapat hiperemi atau edema, disebabkan oleh inhalasi
atau aspirasi gas atau uap yang meransang atau akibat regurgitasi dan aspirasi zat
yang meransang. Edema glotis juga dapat ditemukan pada pemakaian akibat syok
anafilaktik, misalnya akibat penisilin.
Pemeriksaan otak biasanya tidak ditemukan adanya edema otak pada kasus
kematian yangcepat, misalnya pada kematian akibat barbiturat, eter dan juga pada
keracunan kronik arsenatau timah hitam. Perdarahan kecil-kecil dalam otak dapat
ditemukan pada keracunan karbonmonoksida,barbiturat, nitrogen oksida, dan
logam berat seperti air raksa air raksa, arsen dantimah hitam. Obat-obat yang
bekerja pada otak tidak selalu terdapat dalam konsentrasi tinggidalam jaringan
otak.
quabaina, morfin dan heroin. Pada keracunan karena inhalasigas atau uap beracun,
paru-paru diambil, dalam botol kedap udara.
Jaring lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak bawah kulit
daerah perut.Beberapa racun cepat di absorpsi dalam jaringan lemak dan
kemudian dengan lambatdilepaskan kedalam darah. Jika terdapat persangkaan
bahwa korban meninggal akibatpenyuntikan jaringan di sekitar tempat suntikan
diambil dalam radius 5-10 cm.
Pada dugaan keracunan arsen rambut kepala dan kuku harus diambil.
Rambut diikat terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, dan
kemudian diberi label agar ahli toksikologi dapat mengenali mana bagian yang
proksimal dan bagian distal. Rambut diambil kira-kira 10 gram tanpa
menggunakan pengawet. Kadar arsen ditentukan dari setiap bagian rambut yang
telah digunting beberapa bagian yang dimulai dari bagian proksimal dan setiap
bagian panjangnya ½ inci atau 1 cm. terhadap setiap bagian itu ditentukan kadar
arsennya.
Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada
waktu autopsy daripada kemudian harus mengadakan penggalian kubur untuk
mengambil bahan-bahan yang diperlukan dan melakukan analisis toksikologik
atas jaringan yang sudah busuk atau sudah diawetkan.
yang masih hidup, darah adalah bahan yang terpenting, diambil 2 contoh darah
masing-masing 5 ml, yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa
pengawet.
Urin dan bilasan lambung diambil semua yang ada didalam kandung
kemih untuk pemeriksaannya. Pada mayat diambil lambung beserta isinya. Usus
beserta isinya berguna terutama bila kematian terjadi dalam waktu beberapa jam
setelah menelan racun sehingga dapat diperkirakan saat kematian dan dapat pula
ditemukan pil yang tidak hancur oleh lambung.
Ginjal harus diambil keduanya, organ ini penting pada keadan intoksikasi
logam, pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus dimana secara histologik
ditemukan Ca-oksalat dan sulfo-namide. Pada otak, jaringan lipoid dalam otak
mampu menahan racun. Misalnya CHCI3 tetap ada walaupun jaringan otak telah
membusuk. Otak bagian tengah penting pada intoksikasi CN karena tahan
terhadap pembusukan. Untuk menghidari cairan empedu mengalir ke hati dan
mengacaukan pemeriksaan, sebaiknya kandung empedu jangan dibuka.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengambil sampel selain dengan
cara yang telah disebutkan, adalah :
2. Darah
BAB III
KESIMPULAN
Toksikologi forensik merupakan salah satu cabang toksikologi yang
memusatkan perhatian pada analisa yang berperan dalam penegakan hukum dan
peradilan. Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak
hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun
kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan
(surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan. Pengambilan sampel pada korban hidup dan yang sudah
berbeda akan berbeda. Pada korban yang sudah meninggal, seluruh organ akan
diambil sedikit jaringannya kemudian diperiksa melalui berbagai metode analisa
secara kimiawi, bologi, maupun secara histopatologi.
21
DAFTAR PUSTAKA