Toksikologi : PENGERTIAN :
Ilmu yg.mempelajari : - sumber. - sifat serta khasiat racun. - gejala-gejala dan pengobatan keracunan. - kelainan yang didapatkan pada korban yang hidup/ mati
Macam-2 Toksikologi:
1. Toksikologi klinis 2. Toksikologi industri 3. Toksikologi forensik
Racun
Adalah setiap bahan/zat yg.dlm. jumlah relatif kecil bila masuk dlm.tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yg.akan menyebabkan penyakit/ kematian. Ialah suatu zat yg.bekerja pd.tubuh secara khemis dan fisiologis, yg.dlm.dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh; dapat mengakibatkan penyakit/kematian.
Macam-macam dosis
Dosis pemakaian (usual dosage) Dosis terapi (therapeutic dosage) Dosis maksimal (maximal dosage) Dosis toksik (toxic dosage) Dosis letalis (lethal dosage)
saluran pernafasan (per inhalasi) suntikan (perenteral) kulit sehat/sakit (per cutan) dubur/vagina (per rectal/vaginal).
Motif Keracunan
Kecelakaan. Bunuh diri. Pembunuhan.
Prinsip Pengobatan Kasus Keracunan Tergantung cara masuk racun dalam tubuh:
Dimuntahkan Kumbah lambung Pemberian pencahar Mempercepat ekskresi Pemberian antidotum
Pengobatan simptomatik
Anamnesa adanya kontak dg. racun. Tanda-2 & gejala-2 sesuai. Analisa kimia thd. barang bukti. Kelainan-2 pada tubuh korban. Analisa kimia thd. racun dalam tubuh.
Prosedur ADMINISTRASI :
- Foto Copy SPVR. - Laporan Polisi. - Surat Permohonan pemeriksaan dengan ket.singkat hasil otopsi. - Berita Acara penyegelan & pembungkusan BB
DASAR HUKUM :
KUHP Pasal 202 205 UU RI No 35 tahun 2009 ttg Narkotika
Keppres RI No.3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Pasal 133 ayat 1 KUHAP
Tugas Penyidik bila Ada Kasus Keracunan : Pemeriksaan Menanyai TKP mencari saksi-2 sekitar sisa-2 barang Meminta otopsi bukti racun di jenazah gelas, cangkir, piring, dll.
TOKSIKOLOGI KHUSUS
A. RACUN-RACUN GOLONGAN : MINUMAN BERALKOHOL NARKOTIKA PSIKOTROPIKA OBAT-OBAT TERTENTU
PENGERTIAN ALKOHOL :
Yang dimaksud alkohol dalam minuman beralkohol adalah etilalkohol atau etanol. Di pasaran dikenal :
Alkohol absolutus : 98% etanol. Spiritus fortior : 92,5-95% etanol. Spiritus dilutus : 61,5 -63,5% etanol. Brandspiritus : akohol yg.didenaturisasi, mengandung metilalkohol atau metanol.
Farmakokinetik
- Alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit pada mukosa mulut & lambung. - Sebagian besar (80%) diabsorpsi di usus halus & sisanya di colon. - Kecepatan absorpsi tergantung kepada takaran & kons. alkohol dalam minuman yg diminum serta kondisi lambung & usus yg kosong. - Kadar alkohol dalam darah mencapai puncak 30-90 menit sesudah masuk. 10% alkohol yg dikonsumsi dikeluarkan lewat urine, keringat, dan pernapasan. Kons. dalam urine lebih besar daripada dalam darah.
30-40 mg % :
penciutan lapangan pandang, penurunan ketajaman penglihatan.
80 mg % :
gangguan penglihatan 3 dimensi, gangguan pendengaran, kurang konsentrasi.
200 mg % :
banyak bicara, reflek menurun, inkoordinasi otot-2 kecil, kadang-2 nistagmus.
250-300 mg % :
penglihatan kabur, tak dapat mengenali warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, makin tinggi pembicaraan makin kacau, tremor pada tangan dan bibir
400-500 mg % :
aktivitas motorik hilang, pernapasan perlahan, dangkal, suhu turun, koma
lama. - Penderita tidak dapat menguasai dirinya fisik dan mental, sehingga membahayakan dirinya maupun sekitarnya.
- Gambaran post mortem :
Mukosa lambung hiperemi dan hipertrofi. Hepar dan Ren kongesti. Jantung mengalami infiltrasi lemak Jantung membesar.
Seorang alkoholik tidak dapat menguasai dirinya, tidak dapat melakukan kegiatan di masyarakat. Dampak bagi dirinya/lingkungan adalah :
KLL, Kecelakaan Industri, Pembunuhan/Penganiayaan.
Pada kasus Mati mendadak, KLL,, Kec.Kerja, perlu diperiksa alkohol dlm.darah & urine.
KERACUNAN METANOL
Terjadi akibat mengkonsumsi metilalkohol (spiritus bakar). Biasanya dlm. bentuk dicampur dengan etilalkohol (minuman beralkohol). Metanol dioksidasi dalam hepar menjadi formaldehide kemudian dioksidasi lagi menjadi as. formiat. Gejala timbul 1/2 - 1 jam setelah ingesti. Dalam dosis fatal timbul stupor, koma, kejang, hipo-termia, dan mati. Kematian didahului dg. kebutaan (akibat neuritis optica). Kadar fatal dlm.darah : 80 mg %. Pada otopsi tidak memberikan gambaran spesifik. Causa mortis dipastikan melalui pem.toksikologis.