Anda di halaman 1dari 17

Kelompok : 4

LIDIA INTAN JUWITA


NUR PANI ALFIATUL WAHIDA
MIA ARINA
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi
dapat didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek berbahaya
(efek toksik) berbagai bahan kimia
terhadapmakhluk hidup dan sistem biologi
lainnya.
Jenis-jenis Toksikologi

1. Berdasarkan cara terjadinya


a. Self poisoning, pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis
yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak
membahayakan.
b. Attempted Suicide, pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh
diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien dapat sembuh bila
salah tafsir dengan dosis yang dipakai.
c. Accidental poisoning, keracunan yang merapukan kecelakaan, tanpa
adanya faktor kesengajaan.
d. Homicidal poisoning, keracunan akibat tindakan kriminal yaitu
seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
2. Berdasarkan Mula waktu terjadi
a. Keracunan kronik, Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan
lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah
pemajanan berkali-kali dalam dosis relatif kecil ciri khasnya adalah zat
penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih
panjang sehingga terjadi akumulasi.
b. Keracunan akut, biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu,
sering mengenai banyak orang (pada keracunan dapat mengenai
seluruh keluarga atau penduduk sekampung) gejalanya seperti sindrom
penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma.
3. Berdasarkan menurut alat tubuh yang terkena
Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan orang yang terkena
contohnya racun hati, racun ginjal, dan racun jantung.

4. Menurut jenis bahan kimia


Golongan bahan kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat
toksis yang sama, biasanya golongan alcohol, fenol, logam berat,
organoklorin dan sebagainya.
Bahan-bahan yang mengandung toksik
Bahan pelarut
Logam/metalloid-Pb(PbCO3), a. Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak
Makanan dan minuman yang bersifat tanah): Pusing, koma
1 asam, seperti air tomat, air buah,
minuman kola, air apel dan asinan 2 b. Hidrocarbon terhalogensisasi
(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal
dapat melarutkan Pb yang terdapat c. (etanol, methanol): Saraf pusat,
pada lapisan mangkuk dan panci. leukemia, saluran pencernaan
d. Glikol: Ginjal, hati, tumor

Gas beracun
a. Aspiksian sederhana (N2, argon, helium): Sesak nafas,
3 kekurangan oksigen
b. Aspiksian kimia asam cyanide (HCN), Asam Sulfat (H2SO4)
c. Karbonmonoksida (CO), Notrogen Oksida (NOx): Pusing,
sesak nafas, kejang, pingsan
Karsinogenik
a. Benzene: Leukemia
b. Asbes: Paru-paru
4 c. Bensidin: Kandungkencing
d. Krom: Paru-paru
e. Naftilamin: Paru-paru
f. Vinil klorida: Hati, paru-paru, syaraf pusat, darah

Pestisida
a. Organoklorin: Pusing, kejang, hilang
5 b. Organophosphat: Kesadaran
c. Karbamat: kematian
d. Arsenik
Bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan

Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.

Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen
Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur
Dioksida(SO2), Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen (COCl2), Arsin
(AsH3), Stibin (SbH3).

Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As),
Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).

Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena,


VinilKlorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih
banyak bahan kimia beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya
masyarakat pekerja industri.
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keracunan Toksikterhadap Tubuh

Pengaruh efek racun terhadap badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair), debu (partikel
padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat),awan (partikel cair
kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).

2. Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan.

3. Lamanya pemaparan.

4. Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis pelarut.

5. Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta selaput lendir.

6. Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor generik.
PROSES FISIOLOGI
Bahan kimia yang masuk ke badan dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan, bahkan dapat menimbulkan kematian.

1. Penyebaran racun ke dalam tubuh: Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, misal pada
jalan pencernaan, pernapasan atau mata. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya dapat masuk ke organ-
organ tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya terkena racun adalah paru-paru, hati
(hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan saraf
tepi, dan darah. Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek lokal seperti iritasi, reaksi alergi,
dermatitis, ulkus, jerawat, dan gejala lain. Gejala-gejala keracunan sistematik juga tergantung pada organ tubuh
yang terkena.

2. Fungsi detoksikasi hati (hepar): Racun yang masuk ke tubuh akan mengalami proses detoksikasi (dinetralisasi)
di dalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak
lagi beracun terhadap tubuh. Jika jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh relatif kecil/sedikit dan fungsi
detoksikasi hati (hepar) baik, dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala keracunan. Namun apabila racun yang
masuk jumlahnya besar, fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami kerusakan
Gejala-gejala Keracunan

1. Gejala nonspesifik: Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan


berkunang-kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi,
dan sebagainya.

2. Gejala spesifik: Sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-kejang, kram perut,
gangguan mental, kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur berlebihan, nyeri otot,
koma, pingsan, dan sebagainya.
Klasifikasi dan Karakteristik Toksikan (Bahan Toksik)

Klasifikasi toksikan (Bahan Toksik). Bahan toksik dapat diklasifikasikan


berdasarkan:

1. Organ tujuan, misalnya ginjal, hati, dan sistem hematopoitik


2. Penggunaan, misalnya pestisida, pelarut, dan food additive
3. Sumber, misalnya tumbuhan atau hewan
4. Efek yang ditimbulkan, misalnya kanker dan mutasi
5. Bentuk fisik, misalnya gas, cair, dan debu
6. Label kegunaan, misalnya bahan peledak dan oksidator
7. Susunan kimia, misalnya amino aromatis, halogen, dan hidrokarbon
8. Potensi racun, misalnya organofosfat lebih toksik daripada karbamat
Ada pula sumber lain yang mengklasifikasikan toksik sebagai berikut :

1. Klasifikasi atas dasar sumber


a. Sumber alamiah/buatan : klasifikasi ini membedakan racun asli yang berasalkan
faunadan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun berasalkan
lingkunganseperti bahan baku industri yang beracun ataupun buangan beracun
dan bahan sintetis beracun.
b. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya digunakan
untukorang yang berminat dalam melakukan pengendalian. Tentunya
sumber titik lebihmudah dikendalikan daripada sumber area yang bergerak.
c. Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat, dan
jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida, sisa obat,
dll.
2. Klasifikasi atas dasar wujud
Klasifikasi atas dasar wujud sangat bermanfaat dalam memahami efek yang mungkin terjadi
serta pengendaliannya:
a. Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair, dan gas. Racun dapat dibedakan atas dasar
wujudnya ini terutama karena efeknya yang berbeda. Gas dapat berdifusi,
sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan zat padat. Efek terhadap masyarakat
tentunya akan sangat berbeda. Gasa dan padatan yang sangat halus akan
cepat menimbulkan efek, dan apabila konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat,
maka efeknya akan menjadi sangat drastis.

b. Ukuran pencemar bentuk, dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika sangat erat
hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan petunjuk mudah tidaknya sesuatu
pencemar memasuki tubuh host dan cepat tidaknya menimbulkan efek
dansampai seberapa jauh efeknya. Padatan halus dengan sifat-sifat tersebut dapat
berbentuk sangat aerodinamis, sehingga mudah masuk ke dalam paru-paru, sekalipun
ukurannya sangat relatif besar.
3. Klasifikasi atas dasar sifat kimia-fisika
Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun (B3), dan pengelompokan
xenobiotik tersebut adalah sebagai B3 yang:
a. Korosif
b. Radioaktif
c. Evaporatif
d. Eksplosif
e. Reaktif; semua ini menghendaki penanganan, transportasi, dan pembuangan yang berbeda, karena
bahaya yang mungkin ditimbulkan akan berbeda.

4. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik


Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar prmer. Selanjutnya,
setelah transformasi pertama di lingkungan, ia akan disebut pencemar sekunder, dan
kemudian dapat menjadi pencemar tersier, dan seterusnya. Klasifikasi ini menjadi penting jika kita
melakukan pengukuran ataupun pemantuan pencemar. Lokasi, jarak, dari sumber, dan sifat
reaktifitasnya dengan zat yang ada di media lingkungan akan menentukan terjadinya perubahan
sifat kimia pencemar. Pencemar sekunder, dan seterusnya tentu akan bersifat berbeda dari sifat
primer.
5. Klasifikasi atas dasar efek kesehatan
Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau lebih tepat atas dasar gejala yang timbul mengelompokkan pencemar
sebagai penyebab gejala:
a. Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih
b. Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis
c. Demam atau temperatur badan melebihi normal
d. Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen
e. Alergi atau sensitivitas yang berlebih
f. Kanker atau tumor ganas
g. Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya
h. Cacat bawaan akibat teratogen
i. Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh
.
6. Klasifikasi atas dasar kerusakan/organ target
Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya. Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli
superspesialis organ target tersebut. Dalam klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang:
j. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati
k. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
l. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
m. Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah
n. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai