Anda di halaman 1dari 46

DEMAM TIFOID

INEZ PETRIVANIA
11 2012 104

PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus
halus yang disebabkan infeksi Salmonella typhi.
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut
juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan paratyphus
abdominalis. (Seoparman, 1996)
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi
kuman salmonella.
Tahun 1869 demam enterik

ETIOLOGI
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi

Salmonella typhi:
Basil gram negatif
Bergerak dg flagel
Tidak berspora
Mempunyai 3 macam antigen:
antigen O (somatik, tdd zat kompleks
lipopolisakarida)
antigen H (flagela)
antigen Vi
Dlm serum penderita tdp zat anti (aglutinin) thd
antigen tsb

Salmonella paratyphi A, Salmonella


paratyphi B, dan Salmonella paratyphi C
gejalanya

lebih ringan dibanding dengan yang


disebabkan oleh Salmonella typhi
Biakan kuman u/ memastikan diagnosis

TRANSMISI

Fecaloral

Melalui makanan atau minuman


yang terkontaminasi langsung atau
oleh carrier asimptomatik kronik.

Hand-tomouth :

Jika tidak mencuci tangan sebelum


makan dengan tangan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini.

Oral

Jika memakan buah atau sayuran


mentah yang dipupuki dengan
pupuk yang terkontaminasi oleh
bakteri ini.

EPIDEMIOLOGI
Endemik

di banyak wilayah di Asia, Afrika, dan


Amerika Selatan, dimana sanitasi air dan
pengolahan limbah kotoran tidak memadai.
Diseluruh dunia diperkirakan antara 1616,6
juta kasus baru demam tifoid ditemukan dan
600.000 diantaranya meninggal dunia.
Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus
setiap tahunnya.
Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310
800 per 100.000 sehingga setiap tahun
didapatkan antara 620.000 1.600.000 kasus.

DEMAM TIFOID DI DUNIA

Indonesia:
Pada tahun 1990 sebesar 9,2 per 10.000
penduduk.
Pada tahun 1994 sebesar 15,4 per 10.000
penduduk.
Insiden bervariasi di setiap daerah dan biasanya
terkait dengan sanitasi lingkungan.
Case Fatality Rate (CFR) di tahun 1996 sebesar
1,08% dari seluruh kematian di Indonesia.

PATOGENESIS

PATOGENESIS
Masuknya

kuman
makanan yang
terkontaminasi
sebagian dimusnahkan
dalam lambung
sebagian lolos masuk ke
usus & berkembang biak.
Bila respons imunitas humoral mukosa (IgA)
usus kurang baik
menembus sel-sel epitel
ke lamina propria
berkembang biak dan
difagosit makrofag.
Kuman berkembang biak di dalam makrofag
dibawa ke plak peyeri ileum
KGB
mesenterika melalui duktus torasikus
masuk ke sirkulasi darah (bakteremia 1,

Kuman menyebar ke organ retikuloendotelial


tubuh, terutama hati dan limpa
meninggalkan sel-sel fagosit berkembang
biak di luar sel/ruang sinusoid
masuk
sirkulasi darah (bakteremia 2).

GEJALA KLINIS
Demam ( sifatnya
meningkat perlahanlahan, terutama pada
sore dan malam hari).

Gangguan
kesadaran.

Klini
s

Hepatomegali,
splenomegali,
meteorismus.

Tifoid tongue (kotor di


tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor).

Nyeri kepala, pusing,


nyeri otot, anoreksia,
mual,
muntah,obstipasi/diare,
perasaan tidak enak di
perut.

Bradikardi relatif
(peningkatan suhu 1
derajat tidak diikuti
peningkatan denyut
nadi 8 x per menit.)

Gejala klinis pada anak biasanya lebih ringan


dibandingkan dewasa
Masa inkubasi: 10 14 hari
Selama masa inkubasi :
Gejala prodromal: anoreksia, letargia, malaise,
dullness, nyeri kepala, batuk non produktif,
bradicardia
Setelah masa inkubasi:
Demam , Gangguan pencernaan, gangguan kesadaran

1. Demam
. step ladder temperature chart timbul
indisius, kemudian naik secara bertahap tiap
harinya dan mencapai titik tertinggi pd
minggu I, setelah itu demam akan bertahan
tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun
perlahan secara lisis
. bersifat febris intermiten & suhu tdk
terlalu tinggi
. Suhu sore/malam hari, pagi hari

2. Gangguan saluran pencernaan


- Nafas berbau tidak sedap
- Bibir kering & pecah-pecah
- Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), ujung & tepinya kemerahan,
jarang disertai tremor
- Perut kembung (meteorismus)
- Hati & limpa membesar disertai nyeri
tekan
- Konstipasi pd anak besar lbh mencolok
- Diare bayi dan balita
3. Gangguan kesadaran

kesadaran menurun apatis somnolen

jarang sopor, koma atau gelisah

LIDAH TIFOID

DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik (Manifestasi
klinis)
Pemeriksaan penunjang/
laboratorium

ANAMNESIS
Demam naik turun secara bertangga pada
minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua.
Demam terutama sore/malam hari,
sakit kepala,
nyeri otot,
anoreksia,
mual, muntah,
obstipasi atau diare.

PEMERIKSAAN FISIK
Febris
Kesadaran berkabut
Bradikardi relatif
Lidah yang berselaput (typhoid tongue)
Hepatomegali
Splenomegali
Nyeri abdomen
Roseolae (jarang pada orang Indonesia)

ROSEOLAE

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin (leukopenia, limfositosis
relatif, anemia, trombositopenia ringan)
2) Uji Widal Deteksi antibodi dengan dasar reaksi aglutinasi
antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang
disebut aglutinin (O,H,Vi)
)Widal : titer O 1/320 , titer H 1/640
)Fase akut mula-mula timbul aglutinin O, diikuti aglutinin
H.
)Sembuh: aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6
bulan, sedangkan aglutinin H menetap Iebih lama antara 912 bulan.
)Oleh karena itu uji Widal bukan untuk menentukan
kesembuhan penyakit.
1)

1)
2)
3)
4)
5)

Uji TUBEX: deteksi antibodi anti-S.typhi 09 pada serum


Uji Typhidot: deteksi antibodi IgM dan IgG
Uji Typhidot- M: deteksi antibodi IgM
Uji IgM dipstick mendeteksi IgM S. typhi pada whole
blood
Gold Standar: Kultur darah/ biakan empedu: Kultur empedu
(+) , darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah
negatif); tinja minggu II, air kemih minggu III

PENATALAKSANAAN
Istirahat.
Pengaturan pola makan.
Menjaga kebersihan makanan.
Pemberian Antibiotik

TIRAH BARING
Karena pasien dianjurkan untuk total bed rest, maka
posisi baring pasien harus sering diubah-ubah.
Umumnya lama tirah baring yang dianjurkan adalah
mulai dari timbulnya demam sampai dengan hari ke-5
setelah pasien bebas dari demam.
Setelah itu pasien dianjurkan untuk dilakukan
mobilisasi bertahap:
1.
Hari pertama : duduk 2x15 menit
2.
Hari kedua : duduk 2x30 menit dan berdiri
3.
Hari ketiga : berjalan sedikit-sedikit
4.
Hari keempat : pulang

DIET LUNAK

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dulu dianjurkan pada pasien demam tifoid


diberikan makanan saring. Namun sekarang
makanan yang diberikan tidak harus makanan
saring. Namun harus memenuhi kriteria
berikut:
Lunak
Mudah dicerna
Mengandung serat
Tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas
Mengandung cukup cairan dan vitamin
Tinggi kalori dan protein

DIET LUNAK

Diet lunak diberikan selama masa total bed


rest, setelah pasien bebas dari demam
pasien dapat diberikan makanan biasa
namun secara bertahap.

ANTIBIOTIK

1.

2.

Terdapat 2 golongan besar strain S. typhi yang


resisten terhadap antibiotik.
Kelompok multi drug resistence (MDR) :
resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin, dan
kotrimoksasol.
Nalidixic-acid-resistant S. typhi (NARST):
resisten terhadap fluorokuinolon.

PENGOBATAN DEMAM TIFOID


MENURUT WHO

Sumber: Treatment of Typhoid Fever (WHO, 2003)

ANTIBIOTIK
First line : Kloramfenikol : penurunan
demam dalam 3-5 hari pengobatan. Efektif
dalam pengobatan namun angka relaps
tinggi (5-15%), toksisitas terhadap sumsum
tulang, dan menyebabkan anemia aplastik.
Selain itu akhir-akhir ini muncul strain yang
resisten terhadap obat ini (MDR).

ANTIBIOTIK
Fluorokuinolon

pilihan
tifoid.

utama

: dianjurkan sebagai obat


untuk pengobatan demam

Jenis-jenis

yang
terbukti
efektif
:
norfloksasin 2x400 mg/hari (diberikan
selama 14 hari), siprofloksasin 2x500
mg/hari (6hari), ofloksasin 2x400 mg dan
pefloksasin 2x400 mg (7hari).

Dapat

diberikan pada tifoid toksik tanpa


disertai dengan pemberian deksametason
karena mempunyai sifat-sifat imunomodulasi.

ANTIBIOTIK
Azitromisin

(2x500 mg) : dibandingkan


dengan fluorokuinolon, azitromisin dapat
secara signifikan mengurangi kegagalan
perawatan dan durasi rawat inap.
Terutama pada pengobatan strain MDR
maupun NARST.
Mampu menghasilkan konsentrasi yang
tinggi
dalam
jaringan,
walaupun
konsentrasi dalam darah cukup rendah.
Obat ini akan terkonsentrasi di dalam
sel
sehingga
akan
efektif
dalam
mengobati S. typhi yang merupakan

KOMBINASI OBAT ANTIMIKROBA

Kombinasi 2 antibiotik atau lebih hanya


diindikasikan pada keadaan tertentu, yaitu
toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta
syok septik.

KORTIKOSTEROID

Hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau


demam tifoid yang mengalami syok septik
dengan dosis 3x5 mg.

PENGOBATAN PADA WANITA HAMIL


Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trisemester ke-3.
(Khawatir partus prematurus, kematian fetus
intrauterin, dan grey syndrome pada neonatus)
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trisemester
pertama.
Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin,
dan seftriakson.

KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di
dalam :

Komplikasi intestinal

Perdarahan

usus
Perforasi usus
Ileus paralitik

Komplikasi ekstraintestinal
Kardiovaskular:

miokarditis
Darah: anemia hemolitik, DIC
Paru: batuk, ulserasi faring posterior
Heparobiliar: hepatitis
Ginjal: glomerulonefritis
Tulang: osteomielitis
Neuropsikiatrik: delirium, disorientasi

KARIER
Seseorang yang kotorannya (feses atau urin)
mengandung S. typhi setelah 1 tahun pasca
demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis.
Ditemukan S. typhi di feses dan urin selama
2-3 bulan disebut karier pasca
penyembuhan.

DIAGNOSIS TIFOID KARIER


Ditemukan kuman S. typhi pada biakan feses
dan urin pada seseorang setelah 1 tahun
pasca demam tifoid.
Pemeriksaan serologi Vi (sensitivitas 75%
dan spesifitas 92%).

PENATALAKSANAAN TIFOID
KARIER
Tanpa disertai kasus kolelitiasis
Pilihan regimen terapi selama 3 bulan :
1.
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30
mg/kgBB/hari.
2.
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30
mg/kgBB/hari.
3.
Trimetropin-sulfametoksazol 2 tablet/2
kali/hari/
)

Disertai kasus kolelitiasis


Kolesistektomi + regimen tanpa kasus kolelitiasis
selama 28 hari, kesembuhan 80% atau
kolesistektomi + salah satu regimen terapi
dibawah ini :
1.
Siprofloksasin 750 mg/2 kali/ hari.
2.
Norfloksasin 400 mg/2 kali/ hari.
)

PENCEGAHAN
Tindakan hygiene dalam proses persiapan makanan,
pembuangan sampah dll
Mengobati penderita dan pengidap (sampai biakan
feses negatif 3x)
Vaksin- vaksin tifoid

Vaksinasi
)
)

Oral Typhoid Vaccine(Ty21A): vaksin hidup


Parenteral Inactivated Typhoid Vaccine: virus mati,
subkutan
Typhoid Vi Capsular Polysaccharide Vaccine: IM

Indikasi :
) Populasi : anak usia sekolah di daerah endemis, personil
militer, petugas rumah sakit, laboratorium kesehatan,
industri makanan/minuman
) Individual : pengunjung/wisatawan ke daerah endemik,
orang yang kontak enteral dengan pengidap tifoid (karier)

PROGNOSIS
Tergantung kecepatan diagnosis dan
penatalaksanaan kepada pasien.
Umumnya, demam tifoid yang tidak teratasi :
kadar mortalitas 10-20%. Teratasi: kadar
mortalitas < 1%.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai