Anda di halaman 1dari 18

INTOKSIKASI

ORGANOFOSFAT
DAN ALKOHOL
Kadek putra pradnyana
Presentasi Oleh Devi ma’ariful akliyah
Definisi
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Organofosfat adalah
kelompok senyawa yang memiliki potensi dan bersifat toksik dalam menghambat
cholinesterase yang mengakibatkan akumulasi asetilkolin pada reseptor muskarinik,
nikotinik, SSP sehingga dapat menyebabkan kematian
Faktor
predisposisi
Faktor internal Faktor eksternal
1) Dosis
1) Umur 2) Lama kerja
2) Status gizi 3) Tindakan penyemprotan pada arah angin

3) Jenis kelamin 4) Frekuensi penyemprotan


5) Jumlah jenis pestisida
4) Tingkat pendidikan
6) Toksisitas
Patofisiologi
Intoksikasi Organofosfat
Ketika pestisida organofosfat memasuki tubuh manusia atau hewan, pestisida menempel pada enzim kholinesterase.
Karena kholinesterase tidak dapat memecahkan asetilkholin, impuls syaraf mengalir terus (konstan) menyebabkan
suatu twiching yang cepat dari otot-otot dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Pada saat otot-otot pada sistem
pernafasan tidak berfungsi terjadilah kematian.
Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh akan menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase,
sehingga terjadi akumulasi substrat (asetilkholin) pada sel efektor. Keadaan tersebut diatas akan menyebabkan
gangguan sistem syaraf yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat asetilkholin yang tidak
dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya akan dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan. Sintesis dan pemecahan
hidrolitik asetilkholin.
Fisiologi
Asetikholinesterase adalah suatu enzim, terdapat pada banyak jaringan yang
menghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan asam asetat. Pembentukan dan pemecahan
asetilkholin dapat dihubungkan dengan permeabilitas sel

Asetilkholin berperan sebagai jembatan penyeberangan bagi mengalirnya getaran syaraf.


Melalui sistem syaraf inilah organ-organ di dalam tubuh menerima informasi untuk
mempergiat atau mengurangi efektifitas sel. Pada sistem syaraf, stimulas yang diterima
dijalarkan melalui serabut-serabut syaraf (akson) dalam betuk impuls. Setelah impuls
syaraf oleh asetikholin dipindahkan (diseberangkan) melalui serabut, enzim kholinesterase
memecahkan asetilkholin dengan cara meghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan
sebuah ion asetat, impuls syaraf kemudian berhenti. Reaksi-reaksi kimia ini terjadi sangat
cepat
TANDA & GEJALA
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
a) Diperlukan autoanamnesis dan aloanamnesis yang cukup c) Pemeriksaan klinis paling awal adalah
cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh di tempat menilai status kesadaran pasien. Hal ini
kejadian. diikuti oleh penemuan tanda dan gejala
b) Bagi pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan tempat
klinis seperti yang telah dihuraikan
masuknya racun sama ada dengan cara inhalasi, per oral,
sebelumnya
absorpsi kulit dan mukosa atau parenteral, yang amat
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya reaksi d) Akhir sekali diagnosa dikuatkan lagi
keracunan. dengan pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi.
Pemeriksaan Penunjang
1. 2. EKG
3.
Deteksi gangguan irama
Laboratorium klinik Pemeriksaan Radiologi
jantung gangguan irama
 Analisa gas darah Dilakukan terutama bila
jantung yang berupa sinus
 Darah lengkap takikardia, sinus bradikardia, curiga adanya aspirasi zat
 Serum elektrolit takikardia supraventikular, racun melalui inhalasi atau
 Pemeriksaan fungsi hati takikardia ventrikular, Torsade dugaan adanya perforasi
 Pemeriksaan fungsi ginjal de pointes, fibrilasi lambung.
 Sedimen urin ventrikular, asistol, dan
disosiasi elektromekanik
Penatalaksanaan
Intoksikasi organofosfat
a. Keracunan akut :
Tindakan gawat darurat:
1) Buat saluran udara.
2) Pantau tanda-tanda vital.
3) Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
4) Berikan atropin sulfat pasien tidak sadar 4 mg secara (i.v) sedangkan pada pasien sadar berikan
2 mg (i.m) ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala keracunan parasimpatik terkendali.
5) Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi 2
kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
6) Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7) Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan
berikan sirup ipeca supaya muntah.
8) Dazepam diberikan pada pasien bagi mengurangkan cemas, gelisah (dosis: 5-10 mg IV) dan bisa
juga digunakan untuk mengkontrol kejang (dosis: sehingga 10-20 mg IV)
Tindakan umum:
1) Sekresi paru disedot dengan kateter.
2) Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.
b. Keracunan kronik:
Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar
kolinesterase kembali normal.
KOMPLIKASI
• Gagal nafas
• Kejang
• Pneumonia aspirasi
• Nuropati
• Kematian
KESIMPULAN
Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena dapat
menghambat enzim kholinesterase. Manajemen terapinya meliputi
stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.
Antidotum yang digunakan adalah Atropin dan Pralidoxime. Gagal
nafas merupakan penyebab utama kematian pasien.
01

PENDAHULUAN
DEFINISI ALKOHOL
• Minuman beralkohol : minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH)
• Dalam bentuk murni etanol bersifat tidak berwarna, transparan, - mudah menguap &
memiliki titik didih 78 derajat celcius
• Jenis alkohol yang dapat dikonsumsi : etanol, karena diperoleh/diproses dari bahan hasil
pertanian melalui fermentasi gula menjadi etanol yang merupakan salah satu reaksi
organik.
• Jika menggunakan bahan baku pati/karbohidrat, maka pati diubah lebih dulu menjadi gula
oleh amilase untuk kemudian diubah menjadi etanol.
02

KERACUNAN
ALKOHOL
Keracunan alkohol atau mabuk adalah kondisi yang timbul akibat mengkonsumsi alkohol
daam jumlah yang besar sampai terjadi penurunan kemampuan mental dan fisik
03
KONDISI
KERACUNAN
Mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu saraf, pada kasus paling parah
keracunan alkohol menyebabkan koma, pingsan, hipotermia hingga kematian. Di Indonesia,
alkohol terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:

• Alkohol golongan A, minuman yang mengandung etil alkohol sebesar 1%-5%


• Alkohol golongan B, minuman yang mengandung etil alkohol sebesar 5% - 20%
• Alkohol golongan C, minuman yang mengandung etil alkohol sebesar 20% - 55%

Ketika mengkonsumsi minuman yang mengandung etil alkohol


diatas 55% seperti miras oplosan, maka semakin besar resiko
kerusakan organ hingga kematian.
KONDISI KERACUNAN
Ketika alkohol yang masuk ke
dalam tubuh terlalu banyak,
kemungkinan keracunan juga
meningkat. Gejala keracunan
akan muncul selama 12 hingga
24 jam setelah mengkonsumsi
alkohol. Ada beberapa gejala
umum ketika seseorang
keracunan alkohol seperti tabel
di samping
05

LANGKAH - LANGKAH
PENANGANAN
• Deteksi dini dan tegakkan diagnosis 4. Terapi
dengan segera 5. Kubah lambung, induksi muntah/gunakan
• lakukan anamnesis & pemeriksaan segera karbon aktif untuk mengeluarkan alkohol dari
dalam waktu singkat saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien
• Pemeriksaan fisik & laboratorium : Gejala datang kurang dari 60 menit setelelah minum
utama lebih waspada berlebihan, gelisah & alkohol
agresif & alat pernapasan 6. Pemberian etanol/femopizole untuk
memperlambat atau mencegah terbentuknya
metabolit toksik
05

LANGKAH - LANGKAH
PENANGANAN
7. Jika dalam kondisi koma :Instruksikan posisi
10. Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml
miring untuk mencegah aspirasi dan observasi
Dextrose 40%
ketat TTV setiap 15 menit
11. Perawatan dan monitoring yang intensif
8. Dialisi (hemodialisis, peritoneal dialisis)
12. Problem Prilaku (gaduh/gelisah)
untuk mengeluarkan alkohol & metabolit
toksik yang mungkin terbentuk dan memberi • Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
basa pada pasien untuk mengatasi metabolik • Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau
merasa terancam
asidosis • buat suasana tenang
9. Inj Thamine 100 untuk profilaksis • beri dosisrendah sedatif Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol
(pencegahan infeksi) terjadinya Wernicke 5 mg per oral, bila gaduh gelisah berikan secara parenteral

Encephalopathy
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai