127
Bul. Littro, Volume 25, Nomor 2, Desember 2014
128
Sri Yuni Hartati dan Nuri Karyani : Teknik Inokulasi Ralstonia solanacearum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu
Tujuan penelitian ini adalah untuk berdasarkan nilai Optical Dencity (OD). Kepadatan
mengevaluasi pengaruh varietas tanaman, asal populasi diatur sehingga mempunyai nilai OD
isolat, dan konsentrasi inokulum terhadap sebesar (0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0), yang berturut-
efektivitas metode inokulasi R. solanacearum turut konsentrasinya setara dengan (106, 107, 108,
pada tanaman nilam. Dengan demikian akan dan 109 cfu (colony form unit) ml-1). Inokulum R.
diperoleh suatu metode inokulasi yang tepat, solanacearum disiapkan langsung sebelum
stabil, dan efektif yang dapat direkomendasikan inokulasi dengan konsentrasi yang diatur sesuai
untuk digunakan dalam uji ketahanan nilam keperluan.
terhadap penyakit layu dan uji patogenisitas isolat
Uji efektivitas metode inokulasi
R. solanacearum di rumah kaca.
Benih nilam varietas Sidikalang umur dua
BAHAN DAN METODE bulan yang ditanam di polibag diinokulasi isolat R.
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca solanacearum (T1083) dengan berbagai
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat konsentrasi inokulum (10 , 10 , 10 , dan 109 cfu
6 7 8
(Balittro), Bogor, Jawa Barat, tahun 2010. Bahan ml-1). Inokulasi dilakukan dengan menggunakan
tanaman yang digunakan adalah benih/setek metode penyiraman (P), penyiraman dengan
nilam varietas Sidikalang, Lokhseumawe, dan pelukaan akar (PLA), dan pelukaan batang dengan
Tapaktuan. Tiga isolat R. solanacearum yang tusuk jarum (LBTJ).
digunakan diisolasi dari nilam sakit, yaitu dua Metode P dilakukan dengan menyiramkan
isolat (T1083 dan 1085) dari Bogor dan satu isolat inokulum R. solanacearum pada tanah di sekitar
(T1086) dari Garut, Jawa Barat. Ketiga isolat perakaran nilam (Dianese et al., 1990) sebanyak
tersebut merupakan koleksi dari Laboratorium 100 ml tanaman-1. Metode PLA dilakukan seperti
Penyakit Tanaman, Balittro. Media sukrose pepton metode P, namun sebagian akar nilam pada kedua
agar (SPA) digunakan dalam penelitian untuk sisi batang dipotong dengan pisau sebelum
pemurnian dan perbanyakan R. solanacearum. tanaman diinokulasi R. solanacearum (Dianese et
al., 1990; Ozaki and Kimura, 1989 dalam Ozaki and
Penyiapan benih nilam
Watabe, 2009). Metode inokulasi LBTJ dilakukan
Benih nilam yang digunakan merupakan dengan meletakkan 1-2 tetes inokulum R.
hasil perbanyakan setek pucuk satu ruas yang solanacearum pada pangkal batang nilam yang
ditanam pada campuran media tanah dan pupuk sebelumnya diolesi vaselin untuk menahan
kandang steril dengan perbandingan (2:1) di inokulum agar tidak mengalir pada waktu
dalam polibag. Setek nilam yang baru ditanam diteteskan. Selanjutnya pada tetesan inokulum
disungkup dengan gelas plastik tembus cahaya tersebut, batang nilam ditusuk dengan jarum steril
selama 1-2 minggu. Setelah benih nilam tumbuh agar inokulum masuk ke dalam jaringan tanaman
sehat dan cukup kuat, sungkupnya dibuka. Benih (Hunt et al., 1987; Li et al., 2005; Winstead and
yang digunakan dalam penelitian adalah yang Kelman, 1952). Benih nilam yang telah diinokulasi,
seragam dan sehat.
dipelihara di rumah kaca.
Penyiapan inokulum R. solanacearum Percobaan dilakukan dengan mengguna-
Isolat R. solanacearum ditumbuhkan, kan rancangan acak lengkap secara faktorial
dimurnikan, dan diperbanyak pada media SPA. dengan dua faktor (cara inokulasi dan konsentrasi
Isolat umur dua hari yang telah murni inokulum R. solanacearum). Masing-masing
disuspensikan dengan air steril dan diukur kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali
kepadatan populasinya dengan spektrofotometer dengan 10 tanaman ulangan-1.
129
Bul. Littro, Volume 25, Nomor 2, Desember 2014
Uji ketahanan varietas nilam dan virulensi isolat HASIL DAN PEMBAHASAN
R. solanacearum
Efektivitas metode inokulasi R. solanacearum
Tiga varietas nilam (Sidikalang, Lokhseu-
Tanaman nilam varietas Sidikalang yang
mawe, dan Tapaktuan) umur dua bulan yang diinokulasi isolat R. solanacearum (T1083) dengan
ditanam di polibag diuji ketahanannya terhadap konsentrasi inokulum (106, 107, 108, dan 109 cfu
tiga isolat R. solanacearum (T1083, T1085, dan ml-1) menggunakan metode P, PLA, dan LBTJ,
T1086). Inokulasi dilakukan dengan metode beberapa diantaranya menjadi layu dan mati.
penyiraman dengan pelukaan akar (PLA) sebanyak Kematian tanaman mulai terjadi pada hari kelima
100 ml tanaman-1. Konsentrasi inokulum R. setelah tanaman diinokulasi dengan isolat R.
solanacearum yang digunakan adalah (108 cfu ml- solanacearum. Hasil reisolasi bakteri pada media
1
). Percobaan menggunakan rancangan acak SPA dari beberapa sampel tanaman yang bergejala
lengkap secara faktorial dengan dua faktor (isolat layu telah diperoleh koloni bakteri yang
R. solanacearum dan varietas nilam). Masing- mempunyai ciri-ciri morfologi yang serupa R.
masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga solanacearum. Hal ini mengindikasikan bahwa
kali dengan 10 tanaman ulangan-1. Tanaman yang gejala layu dan kematian nilam yang terjadi
telah diinokulasi dipelihara di rumah kaca. merupakan akibat dari infeksi R. solanacearum.
Pengamatan kejadian penyakit Masa inkubasi penyakit layu pada nilam
yang diinokulasi R. solanacearum bervariasi,
Parameter yang diamati adalah awal
tergantung pada metode inokulasi yang
munculnya gejala layu, jumlah tanaman yang mati
digunakan. Nilam yang diinokulasi dengan metode
akibat infeksi R. solanacearum. Perkembangan LBTJ menggunakan konsentrasi inokulum R.
penyakit layu diamati setiap hari, berturut-turut solanacearum rendah sampai tinggi pada
selama 14 hari. Pengamatan dilanjutkan seminggu umumnya menjadi layu dan mati lebih awal
sekali. Tingkat kelayuan tanaman diberi nilai skor (kurang dari satu minggu setelah inokulasi)
atau skala seperti yang digunakan oleh Winstead dibandingkan dengan yang diinokulasi dengan
dan Kelman (1952), sebagai berikut: metode PLA (1-2 minggu) dan P (lebih dari dua
Skala 0 = Tanaman sehat (tidak ada gejala layu) minggu). Sementara tanaman nilam muda di
Skala 1 = Satu daun layu lapang yang terinfeksi pada umur 1-3 bulan pada
Skala 2 = Dua daun atau lebih layu umumnya akan mati dalam waktu 1-2 minggu.
Skala 3 = Semua daun layu kecuali daun pucuk Sedang yang terinfeksi pada umur 4-5 bulan, akan
Skala 4 = Tanaman layu mati dalam waktu 4-8 minggu.
Skala 5 = Tanaman mati Masa inkubasi penyakit layu selain
Intensitas penyakit ditentukan berdasar- dipengaruhi oleh metode inokulasi juga
kan persentase tanaman yang mati akibat infeksi dipengaruhi oleh banyak faktor, yang salah
R. solanaceraum dalam masing-masing perlakuan. satunya adalah tingkat ketahanan dari
Selanjutnya dihitung dengan rumus yang tanamannya. Hasil penelitian Hussain et al. (2005)
digunakan oleh Ayana et al. (2011). menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit
layu pada tanaman terung lebih panjang pada
Jumlah tanaman yang mati tanaman yang lebih tahan dibandingkan pada
I= X 100%
Jumlah tanaman yang diamati dalam perlakuan tanaman yang rentan.
Keterangan/Note:
I = Intensitas penyakit(%)/Disease intencity (%).
130
Sri Yuni Hartati dan Nuri Karyani : Teknik Inokulasi Ralstonia solanacearum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu
131
Bul. Littro, Volume 25, Nomor 2, Desember 2014
132
Sri Yuni Hartati dan Nuri Karyani : Teknik Inokulasi Ralstonia solanacearum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu
menunjukkan bahwa varietas Sidikalang juga dibanding Lokhseumawe dan Tapaktuan. Isolat R.
mempunyai respon yang lebih toleran diban- solanacearum T 1083 lebih virulen dibandingkan
dingkan dengan varietas Cisaroni, Lokal Ciamis, dengan T 1085 dan T 1086.
Lokhseumawe, dan Tapaktuan terhadap isolat R. Varietas nilam, asal isolat, dan konsentrasi
solanacearum yang berasal dari daerah Sumatera inokulum R. solanacearum yang merupakan
Barat. Dengan demikian Sidikalang merupakan komponen perlakuan yang diuji, berperan
varietas nilam yang lebih toleran terhadap terhadap keberhasilan infeksi R. solanacearum
penyakit layu bakteri dibandingkan dengan pada tanaman nilam. Komponen tersebut juga
varietas-varietas lainnya tersebut di atas berpengaruh terhadap efektivitas metode
Menurut Hanson et al. (1996) dan Hussain inokulasi R. solanacearum yang digunakan. Oleh
et al. (2005), tingkat ketahanan tanaman karena itu, dalam melakukan uji ketahanan nilam
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya dan uji patogenisitas isolat R. solanacearum,
adalah suhu dan kelembapan udara. Oleh karena komponen uji perlu diperhatikan, agar efektivitas
itu, respon tanaman terhadap isolat-isolat R. metode inokulasi yang digunakan dapat
solanacearum seringkali berbeda pada lokasi yang dioptimalkan.
berbeda.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Prof. Dr. Supriadi, atas masukan, saran, dan
koreksinya terhadap naskah ini. Terimakasih juga
diucapkan kepada Sugianto, Asep, dan semua
pihak yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian baik di laboratorium, rumah kaca,
maupun di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Intensitas penyakit layu pada tiga jenis
varietas nilam, tiga bulan setelah Agrios GN. 2005. Plant pathology. Fifth edition. Elsevier
diinokulasi R. solanacearum meng- Academic Press. 922 p.
gunakan metode penyiraman dengan
Akiew EB. 1986. Influence of soil moisture and
pelukaan akar (PLA).
temperature on the persistence of Pseudomonas
Figure 2. Wilt disease intencity on three different
pachouli varieties, three months after R. solanacearum. In G.J. Persley (ed.). ACIAR
solanacearum inoculation using a Proceeding No. 13: 77-79.
drenching following root wounding Allen C, P Prior, and AC Hayward. 2005. Bacterial wilt
methode (PLA).
disease and the Ralstonia solanacearum species
KESIMPULAN DAN SARAN complex. St. Paul USA. American
Phytopathological Society. pp. 9-28.
Metode inokulasi dengan penyiraman
Asman A, EM Adhi, dan D Sitepu. 1998. Penyakit layu,
melalui pelukaan akar (PLA) efektif menimbulkan
budok, dan penyakit lainnya serta strategi
gejala layu dan stabil (tidak dipengaruhi oleh
pengendaliannya. Monograf Nilam. Badan Litbang
konsentrasi inokulum R. solanacearum) yang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
digunakan. Metode tersebut bersifat semi alami, Obat. hlm. 84-88.
sehingga dapat direkomen-dasikan untuk
Ayana G, C Fininsa, S Ahmed, and K Wydra. 2011.
digunakan dalam pengujian ketahanan nilam Effects of soil amendment on bacterial wilt caused
terhadap penyakit layu dan uji patogenisitas isolat by Ralstonia solanacearum and tomato yields in
R. solanacearum. Varietas Sidikalang paling tahan Ethiopia. Journal of Plant Protection Research. 51
133
Bul. Littro, Volume 25, Nomor 2, Desember 2014
134
Sri Yuni Hartati dan Nuri Karyani : Teknik Inokulasi Ralstonia solanacearum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu
135
Bul. Littro, Volume 25, Nomor 2, Desember 2014
136