Anda di halaman 1dari 75

(ADAB HARIAN)

ِ ‫االنسُ إِال لِي ْعبد‬


ُ‫ون‬ ِ ‫ت ا ْْلِ ُن و‬
ُ ‫ق‬
ْ ‫ل‬
َ ‫خ‬
َ ‫ا‬‫م‬ ‫و‬
َ َ َ ََ
﴾٥٦﴿

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(Q.S. Adz-dzaariyaat)
MAKNA IBADAH

‫ من‬،‫هي اسم جامع لكل ما حيبه هللا ويرضاه‬


‫األقوال واألعمال الباطنة والظاهرة‬

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau


rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah
suatu istilah yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-
Nya, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang nampak (lahir)
KEBUTUHAN QALBU TERHADAP NUTRISI

Qalbumu membutuhkan bermacam cahaya hati


(nutrisi). Allah Sang Pembuat syari’ah
menjadikan bagimu sejumlah amal, lantaran
setiap amal memiliki cahayanya (nutrisi)
tersendiri bagi qalbu. (Sayyid Hawwa-
Mudzakiraat fi-Manazilis Shiddiqiin wa-
Rabbaniyyin)
KEBUTUHAN QALBU TERHADAP NUTRISI

Setiap “At-takaaliif-Asyar’iyyah” (kewajiban-kewajiban syar’i)


yang ditetapkan oleh Allah Subhaanahu wata’alaa memiliki
berbagai hikmah-hikmah yang saling berkaitan satu sama lain,
yang keseluruhannya memiliki tujuan yang sentral, yaitu untuk
menyiapkan seorang hamba yang sholih yang dapat mengelola
bumi ini dengan benar dan mempersiapkan dirinya menjadi
hamba yang layak untuk mendapatkan curahan rahmat dan kasih
sayang Allah di dunia dan negeri akhirat kelak.
KEBUTUHAN QALBU TERHADAP NUTRISI

Amalan-amalan ibadah yang disyariatkan Allah selain sebagai


bentuk ta’abudiyyah dan ketundukan seorang hamba (al-
khudhuu’), juga adalah sebagai ishlah (perbaikan) bagi jiwa
dalam membersihkannya dari bermacam kekotoran dan tipu
daya materi, dan ia pula menjadi jalan dalam mengarahkan peri
kehidupan umat manusia kearah yang lebih baik.
Dicintai Allah
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َُّ ‫ال هعب ِدى يهته هقر‬


َّ‫ب إِ هل‬ َُّ ‫ هوهما يههز‬، ‫ت هعَّلهيَِّه‬َُّ ‫ل ِِما اف ههَتض‬ َّ‫هحبَّ إِ ه‬ ِ ِ َّ‫ب َّإِ ه‬
‫ل هعبدى ب هشىءَّ أ ه‬ َّ‫ هوهما ته هقر ه‬، ‫ب‬َِّ ‫ل هولِيًّا فه هقدَّ آذهن تَُّهُ ِِبْلهر‬
َّ ِ ‫ال همنَّ هع هادى‬ َّ َّ‫إِن‬
َّ‫اّلله قه ه‬
َّ‫ هوإِن‬، ‫ّت هَي ِشى ِِبها‬ َّ ِ ‫ش ِِبها هوِرجلهَّهُ ال‬ ِ ‫ وبصرَّه ال ِذى ي ب‬، ‫ت هَسع َّه ال ِذى يسم َّع َّبَِِّه‬
َّ ِ ‫ هويه هدَّهُ ال‬، ‫ص َُّر بَِِّه‬ ِ ِ
َُّ ُ‫ّت يهب َّط‬ ُ ُ‫ه ه ه ه‬ ُ‫ه ه‬ ُ ‫ فهِإذها أهحبه ب تَُّهُ ُكن َُّ ه‬، ُ‫ِِبلن هواف َِّل هحّتَّ أُحب َّه‬
ُ‫ُعي هذنه‬ ِ ‫ن أل‬ َّ ِ‫ هولهئِ َِّن استه هعا هذ‬، ُ‫ن ألُع ِطيه ن َّه‬ َّ ِ‫هسأهله‬

“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku


akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan
untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang,
memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan,
pasti Aku akan melindunginya.” HR. Bukhari no. 2506
PEMBAGIAN WAKTU SIANG
DAN MALAM

َّ‫ك أل ههَيتَّ لِهقوم‬


َّ‫ف هذلِ ه‬
َّ ِ َّ‫وَ ِمنَّ ءه هاَيتَِِّه همنه ُام ُكم ِِبللي َِّل هوالن هها َِّر هَّوابتِغهآ ُؤُكم ِمن فهضلَِِّه إِن‬
‫يهس همعُو هَّن‬

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah tidurmu diwaktu malam dan


siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan”. [Ar Rum: 23]
PEMBAGIAN WAKTU SIANG
DAN MALAM

َّ‫هوِمن رْحهتَِِّه هج هع هَّل له ُك ُمَّ اللي هلَّ هوالنَّ هه هارَّ لِتهس ُكنُوا فِ َِّيه هولِتهَّب ته غُوا ِمن فهضلِ ِه‬
‫هوله هعل ُكمَّ تهش ُك ُرو هَّن‬
“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari
karuniaNya (pada siang hari) dan supaya kamu bersyukur”. [Al Qashahs: 73].
PEMBAGIAN WAKTU IBADAH

“Dan diantara tanda-tanda


Malam Siang kekuasaanNya adalah tidurmu
diwaktu malam dan siang hari
serta usahamu mencari sebagian
dari karuniaNya. Sesungguhnya
1/3 Malam
pada yang demikian itu benar-
pertama Siang
benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mendengarkan”.
[Ar Rum: 23]

“Dan karena rahmatNya, Dia


Pagi Sore jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat
pada malam itu dan supaya kamu
mencari sebagian dari
1/3 Malam karuniaNya (pada siang hari) dan
Kedua supaya kamu bersyukur”.
1/3 Malam [Al Qashahs: 73].
terakhir
َّ‫ث اللي ِل‬
َُّ ُ‫ي يهب هقى ثُل‬ َِّ ‫ل الس هم‬
َّ‫اء الدُّن يها ِح ه‬ َّ‫ال ُكلَّ لهيَّلهةَّ إِ ه‬
َّ‫يهن ِزَُّل هربُّنها تهبه هارهَّك هوته هع ه‬
َّ‫ن فهأُعَّ ِطيهَّهُ هوهمن‬
َّ ُِ‫يب لهَّهُ هوهمنَّ يهسأهل‬ َّ‫ون فهأهسته ِج ه‬ َّ ِ ُ‫ول همنَّ يهدع‬ ِ
َُّ ‫اآلخَُّر فهيه ُق‬
‫ن فهأهغ ِفهَّر لهَُّه‬ َّ ِ‫يهسته غ ِفُر‬
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika
sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang
berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang
meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa
yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR.
Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
ADAB BANGUN
‫ َويَقُو ُم‬، ‫سلَّ َم – َكانَ يَنَا ُم أ َ َّو َل اللَّ ْي ِل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫ أَ َّن النَّب‬: ‫ع ْن َها‬
َ –‫ي‬ َ ‫َو‬
َ ‫ ُمتَّفَ ٌق‬. ‫ص ِلِّي‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ُ‫آخ َرهُ فَي‬
ِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam biasa tidur pada awal malam dan bangun
pada akhir malam, lalu shalat. (Muttafaqun ‘alaih) [HR.
Bukhari, no. 1146 dan Muslim, no. 739]

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

َّ‫يث‬‫د‬ ِ ‫َّاّللَّ– صلىَّهللاَّعليهَّوسلمَّ– هكا هنَّيكَّرهَّالن ومَّقهبلَّالعِش‬


ِ ‫اءَّواْل‬
َّ ِ ‫ول‬ ‫أهن هَّر ُس ه‬
‫ه هُ ه ه ه ه ه ه‬
‫بهع هد هها‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur
sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR.
Bukhari, no. 568)
An-Nasa-i dan lainnya meriwayatkan, bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

‫ فَغَلَبَهُ النَّ ْو ُم َحتَّى‬،‫ص ِلِّي ِمنَ اللَّ ْي ِل‬ َ ُ‫ َو ُه َو يَ ْن ِوي أ َ ْن يَقُ ْو َم ي‬،ُ‫شه‬
َ ‫َم ْن أَتَى ِف َرا‬
“ .‫ع َّز َو َج َّل‬ َ ُ‫ َو َكانَ ن َْو ُمه‬،‫ب لَهُ َما ن ََوى‬
َ ‫ص ََدًََ ِم ْن َر ِبِّ ِه‬ َ ‫ ُك ِت‬،‫ص ِب َح‬
ْ ُ‫ي‬

“Barangsiapa yang naik ke atas ranjangnya sedang ia


telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam
hari, namun ia tertidur hingga waktu Shubuh, maka
ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya
itu adalah sedekah dari Rabb-nya.”
Mengusap bekas tidur di wajah

Kata Ibnu Abbas,

‫صلى‬- ‫ّللا‬ َِ َّ ‫ول‬


َ ‫است َْيقظَ رس‬ ْ َ‫ح َّتى إِذا ا ْنتصفَ الل َّ ْيل‬
َِ ‫ج ِه‬
‫ه‬ َْ ‫مسحَ ال َّنَ ْومَ ع‬
ْ ‫ن و‬ ْ ‫ فجلسَ ي‬-‫هللا عليه وسلم‬
‫بِي ِد َِه‬

Kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam,


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun,
kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk
yang ada di wajahnya dengan tangannya. (HR. Ahmad
2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Membaca doa ketika bangun tidur

‫ه ش‬
‫َالنُ ْو َر‬ ْ ‫هللَالَّ ِذيَأ‬
ِ ‫حياناَب ْعدَماَأماتَناَوَإِل ْي‬ ْ ‫الح‬
ِ َِ‫مد‬

“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan


kami kembali setelah Dia mematikan kami,
dan hanya kepada-Nya kami akan
dibangkitkan.”
Membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran

Ibnu Abbas menceritakan pengalaman beliau


ketika menginap di rumah bibinya Maimunah,

ْ ‫مَقرأَا ْلع‬
َ‫ُر‬ َّ ‫َث‬،َ‫هَبِي ِد ِه‬ِ ‫ه‬ ْ ‫نَو‬
َِ ‫ج‬ ْ ‫مسحَال َّن ْومَع‬ ْ ‫فجلسَي‬
ََ‫مرَا‬ ْ ‫ع‬ِ َ‫ل‬ ِ ‫نَسور ِةَآ‬ ْ ِ‫اآليات‬
ْ ‫َالخواتِمَ ِم‬

“Beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk


yang ada di wajahnya dengan tangannya,
kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir
surat Ali Imran”. (HR. Ahmad 2201, Bukhari
183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Gosok gigi
َّ َِ َ‫هَوسلَّمَإِذاَقام‬
ِ ‫يَصلَّىَهللاَعل ْي‬
‫كاََال َّن ِب ش‬
َ‫اك‬
ِ ‫السو‬
ِ ِ ‫منَالل ْي‬
ِ‫َيُوصَفاهَب‬،‫ل‬

Nabi Shollallahu’alaihi wassalam apabila bangun malam, beliau


membersihkan mulutnya dengan bersiwak. (HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu menceritakan, “Kami diperintahkan (oleh
Rasulullah) untuk bersiwak, kemudian beliau bersabda,

َ‫إََالعبدَإذاَقامَيصليَأتاهَالملكَفقامَخلفهَيستمعَالقرآََويدنوَفالَيزال‬
‫يستمعَويدنوَحتىَيضعَفاهَعلىَفيهَفالَيقرأَآيةَإالَكانتَفيَجوفَالملك‬
”Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak mendirikan shalat datanglah
malaikat padanya. Kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya,
mendengarkan bacaan Al-Qu’rannya, dan semakin mendekat padanya.
Tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada
mulut hamba tadi. Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali
ayat tersebut masuk ke perut malaikat itu.” (HR. Baihaqi dalam Sunan al-
Kubro 1/38)
Membersihkan hidung

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ،ٍ‫ست ْنثِ ْرَثالَثَم َّرات‬ ْ ‫هَف ْلي‬ ْ ‫مَ ِم‬


َِ ‫نَمنا ِم‬ ْ ‫اَاست ْيقظَأحدك‬
ْ ‫إِذ‬
َِ ‫م‬
‫ه‬ ِ ‫ِي‬ِ ‫َالُ ْيطاََي ِبيتَعلىَخيَا‬ َّ َّ ‫ف ِإ‬
َ

“Apabila kalian bangun tidur maka bersihkan


bagian dalam hidung tiga kali karena setan
bermalam di rongga hidungnya.” (HR.
Bukhari 3295 dan Muslim 238)
Mencuci kedua tangan 3 kali

Dari Abu Hurairoh Radhiallahu anhu, Rasulullah


Shallallahu’alaihi wassalam berpesan,

ِ ْ ‫س يدهَ فِي‬
َ‫اْلنَا ِء‬ َْ ‫م‬ ِ ‫ فالَ ي ْغ‬،‫ه‬ِ ‫ن ن ْو ِم‬َْ ‫م ِم‬ َْ ‫است ْيقظَ أحدك‬ ْ ‫إِذا‬
َْ ‫د ِري أ ْينَ بات‬
َ‫ت يده‬ َْ ‫ ف ِإنَّهَ الَ ي‬،‫سلها ثالثًا‬
ِ ‫ح َّتى ي ْغ‬

Apabila kalian bangun tidur maka janganlah dia


mencelupkan tangannya ke dalam wadah, sebelum
dia mencucinya 3 kali, karena dia tidak
mengetahui dimana tangannya semalam berada.”
(HR. Bukhari dan Muslim 278).
Setan membuat tiga ikatan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

َ ‫ل ع ْقدَ ٍَة عل ْي‬


‫ك‬ ََّ ‫ض ِربَ ك‬ ْ ‫ي‬،‫د‬ ٍَ ‫م إِذا هوَ نامَ ثالثَ عق‬ َِ ‫ة ر ْأ‬
َْ ‫س أح ِدك‬ َِ ‫الُ ْيطاََ على قافِي‬ َّ َ‫ع ِقد‬
َْ ‫ ف ِإ‬، َ‫ت ع ْقدة‬
َ َْ َّ‫ضأَ ا ْنحل‬ َّ ‫َ تو‬ َْ ‫ ف ِإ‬، َ‫ت ع ْقدة‬ َْ َّ‫ّللا ا ْنحَل‬
َ َّ َ‫است ْيقظَ فذكر‬ ْ َ َْ ‫ل ْيلَ ط ِويلَ فا ْرق‬
َِ ‫ ف ِإ‬، ‫د‬
ََ‫سال‬ ْ َ‫س ك‬ َِ ‫صبحَ خ ِبيثَ ال َّن ْف‬ ْ ‫ال َّ أ‬
َ ِ‫ وإ‬، ‫س‬َِ ‫ف‬ َْ ‫ُيطًا ط ِيبَ ال َّن‬ ِ ‫صبحَ ن‬ ْ ‫ت ع ْقدةَ فأ‬ َْ َّ‫صلَّى ا ْنحل‬

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah


seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan,
“Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada
Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu
ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir.
Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan
seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan
Muslim no. 776)
Kenapa susah bangun

Dari Ibnu Mas’ud ia pernah berkata, “Di hadapan


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang
seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang
pagi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

ِ ِ‫هَ– أ ْوَقَالَ– فِىَأذن‬


َ‫ه‬ َّ
ِ ‫َالُ ْيطاََفِىَأذن ْي‬ ‫ذاكَرجلَبال‬

“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua


telinganya -dalam riwayat lain: di telinganya-”
(Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 3270 dan Muslim no.
774)
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

a. Shalat Malam (Qiyamulail)

79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
Terpuji. (QS. Al-Isra)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada .16
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa
rezki yang kami berikan.
(QS. As-Sajdah)
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ُِ ‫ُصالَةُاللُ ْي‬،
.‫ل‬ ِ َ ‫ضلُالصالَ ِةُب ع َدُصالَ ِةُالْم ْفرو‬
َ ْ‫أَف‬
َ ‫ضة‬ ْ َ َ َْ
Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” “
(HR. Muslim)
Hasan Al-Basri berkata : “Saya tidak mendapatkan sedikitpun dari ibadah yang
lebih berat dari pada shalat di tengah malam”. Kemudian ada seseorang yang
bertanya kepadanya, “mengapa wajah orang yang rajin shalat tahajjud paling
bagus ?” Dia menjawab, “Karena mereka suka menyendiri dengan Ar-Rahman
(Allah SWT) lalu Dia memberikan sebagian cahaya-Nya kepada mereka”.
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

Beberapa faktor yang dapat membantu bangun untuk sholat malam


adalah :
1. Memiliki Niat yang kuat untuk melaksanakan shalat malam
2. Memahami keutamaan shalat malam
3. Jangan terlalu banyak makan
4. Jangan membebani diri dengan pekerjaan-pekerjaan berat lagi
banyak
5. Apabila memungkinkan melakukan tidur siang agar mudah bangun
malam
Waktu Sholat Malam
6. Jangan berselimut

Shalat tahajud boleh dikerjakan di awal, pertengahan atau akhir malam. Ini semua
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Anas bin Malik mengatakan :
ُ‫ُوَُالُنَ َشاءُأَ ْنُنَ َراه‬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ول‬
‫اه‬‫ن‬ ‫ي‬ُ
‫أ‬‫ُر‬‫ال‬
َ َْ َ ً َ ْ ‫إ‬ُ‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬ ‫ص‬‫ُم‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ُالل‬ ‫ُِف‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬‫ُو‬
َ ََ َْ ُ
‫ه‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ُع‬‫ىُاَّلل‬‫ل‬ ‫ُص‬
َ ‫ُاَّلل‬ َ ‫َماُكناُنَ َشاءُأَ ْنُنَ َر‬
َ ‫ىُرس‬
ُ‫ُرأَيْ نَاه‬ ‫ال‬ِ
‫إ‬ُ‫ا‬‫م‬ ِ‫ََنئ‬
َ ً
“Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam
hari mengerjakan shalat kecuali pasti kami melihatnya. Dan tidaklah kami bangun melihat
beliau dalam keadaan tidur kecuali pasti kami melihatnya pula.” (HR. Bukhari)

Namun waktu utama untuk shalat malam adalah di akhir malam, sebagaimana
perkataan ’Aisyah radiyallahu anha ketika ditanyakan mengenai shalat malam
yang dilakukan oleh Nabi SAW.
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

ِ ‫صلِىُُثُي رِجعُإِ ََلُفُِر‬


ُ‫ُفَِإ َذاُأَذ َن‬،ُ‫اش ِه‬ ُ ‫ي‬ ‫ُف‬،ُ
َ ‫ه‬ ‫ر‬ ِ ‫َكا َنُي نامُأَولَهُوي قوم‬
‫ُآخ‬
َ َْ َ َ ََ ََ
‫ج‬ َُ ‫ُوإِالُتَ َوضأ‬،ُ
َُ ‫َُو َخ َر‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫غ‬
ْ ‫ُا‬ٌ‫ة‬‫اج‬ ‫ُح‬ ِ ِ‫ُفَِإ ْنُ َكا َنُب‬،ُ‫الْم َؤِذنُوثَب‬
‫ه‬
َ ََ َ َ َ َ َ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidur di awal malam, lalu “
beliau bangun di akhir malam. Kemudian beliau melaksanakan
shalat, lalu beliau kembali lagi ke tempat tidurnya. Jika terdengar
suara muadzin, barulah beliau bangun kembali. Jika memiliki
hajat, beliau mandi. Dan jika tidak, beliau berwudhu lalu segera
keluar (ke masjid)”. (HR. Bukhari)
Waktu paling utama untuk melaksanakan Sholat Malam

ٍ ‫ُيصلِىُأَربعُرَُكع‬،ًُ‫ىُع ْشرَةُرْكعة‬ ِ ِ
ُ‫اتُفَالَُتَ ْسأ َْل‬ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ‫ُوالَُغَ ِْْي‬
ُ ‫د‬
َ ‫ح‬ ‫إ‬ُ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ُع‬ ‫ه‬ َ ‫ضا َن‬ َ ‫َماُ َكا َنُيَ ِزيد ُِِف‬
َ ‫ُرَم‬
‫صلِىُثَالَ ًُث‬
َ ‫ُي‬ ‫ُُث‬، ‫ن‬
ُ ِِ‫ُعنُحسنِ ِهنُوطوِل‬
َ ْ ْ َ ْ
‫َل‬‫أ‬ ‫س‬
ْ ‫ت‬
َ َُ‫ال‬ُ
‫ف‬
َ ُ‫ا‬‫ع‬ ‫ب‬‫َر‬‫أ‬
ً َْ َُ‫ى‬ ِ‫ُُثُيصل‬،ُ‫َعنُحسنِ ِهنُوطوِلِِن‬
َ ْ ْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam di
bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 raka’at. Beliau melakukan shalat
empat raka’at, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian
beliau melakukan shalat empat raka’at lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan
panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat tiga raka’at.” (HR. Bukhari; dari
‘Aisyah radiyallahu anha)
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

Zaid bin Kholid Al Juhani mengatakan :


ِ ِ ‫ْيُ َخ‬
ِ ِ ‫ول‬ ِ ‫ُصالَ َةُرس‬
ُ‫ُصلى‬َ ‫ُُث‬ ‫ْي‬ْ ‫ت‬
َ ‫ف‬
َ ‫ي‬ ُ
‫ف‬ ْ ‫ت‬
َ ‫ع‬ ‫ك‬ْ
ََ َ ‫ر‬ .‫ى‬‫ل‬ ‫ص‬ ‫ف‬
َ ُ ‫ة‬
َ ‫ل‬
َ ‫ي‬
ْ ‫الل‬
ُ - ‫صلىُهللاُعليهُوسلم‬ - ُ ‫ُاَّلل‬ َ َ ‫ألَ ْرم َقن‬
ُ‫ُوُهَاُدو َن‬ ُِ ْ َ‫ىُرْك َعت‬
َ ‫ْي‬ َ ‫ُصل‬ َ ُ‫ْيُقَ ْب لَه َماُُث‬ ِ ْ َ‫ُوُهَاُدو َنُاللت‬ َ ‫ْي‬ ِ ْ َ‫ُصلىُرُْك َعت‬ ِ ِ ِ
َ َ ‫َرْك َعتَ ْْيُطَ ِويلَتَ ْْيُطَ ِويلَتَ ْْيُُث‬
ِ ْ َ‫ُوُهَاُدو َنُاللت‬
ُ‫ْي‬ َ ‫ْي‬ِ ْ َ‫ُصلىُرْك َُعت‬
َ ‫اُُث‬ ‫م‬
َ ‫ه‬ ‫ل‬
َ ‫ب‬
ْ ‫ُق‬
َ ِ ْ َ‫ُوُهَاُد ُو َنُاللت‬
‫ْي‬ َ ِ ْ َ‫ُصلىُرْك َعت‬
‫ْي‬ َ ‫اُُث‬ ‫م‬
َ ‫ه‬ ‫ل‬
َ ‫ب‬
ْ ‫ُق‬
َ ِ
‫ْي‬ ْ َ‫اللت‬
َ َ
.ً‫ُرْك َع ُة‬ ‫ة‬
َ ‫ر‬‫ش‬ْ ‫ُع‬ ‫ث‬َ ‫ال‬
َ ‫ث‬
َ ُ ‫ك‬
َ ِ
‫قَ ْب لَه َماُُثُأ َْوتَ َرُفَ َذل‬
َ َ َ
“Aku pernah memperhatikan shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau pun melaksanakan 2 raka’at ringan. Kemudian setelah itu beliau
laksanakan 2 raka’at yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at
yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang
lebih ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari
sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari
sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah beliau laksanakan shalat
malam ketika itu 13 raka’at.” Ini berarti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan
witir dengan 1 raka’at. (HR. Muslim)
Beberapa keutamaan shalat malam adalah :
1. Mendapatkan Kedudukan yang Mulia

79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
(QS. Al-Isra)
2. Dikabulkan Do’a
Dari Jabir bin ‘Abdillah ra., ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
ِ ْ‫اُوا‬
ُ‫آلخ َرِةُإِالُُأَ ْعطَاه‬ ِ ‫ُالَُي وافِقهاُرج لُمسلِم ُُيسأَلُهللاُ َخْي‬،ً‫إِن ُِِفُاللي ِلُلَساع ة‬
ُّ ‫اُم ْنُأ َْم ِر‬
َُ َ‫ُالدنْ ي‬ ًْ َ ٌَْ ْ ٌ َ َ َ َ َ ْ
َ ِ‫ُو َذل‬،
.‫كُكلُلَْي لَ ٍُة‬ َ ‫إَِّيه‬
“Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon
kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan
memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam” (HR. Muslim)
3. Jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT

ُِ ‫اُوالذاكِ َر‬ ِ ‫ُكتِب‬،‫َُجي عا‬


ِ‫اُمنُالذاكُِِرينُهللاُ َكث‬ َِ ‫ْي‬
ِ ْ َ‫رْك َعت‬ ِ‫ظ‬
.‫ات‬ َ ً‫ْي‬
ُْ َ َ ْ َ َ ً ْ َ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ‫ف‬
َ ُ ‫ه‬‫ل‬
َ ‫َه‬
ْ ‫أ‬ ُ ‫ظ‬
َ ‫ق‬
َ ‫َي‬
ْ ‫أ‬‫ُو‬
َ ِ
‫ل‬ ‫ي‬
ْ ‫ُالل‬ ‫ن‬ ْ ‫َم ِن‬
َ َ ‫ُاستَ ْي َق‬
‫ُم‬
“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka
shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita
yang banyak berdzikir kepada Allah.” (HR. Abu Dawud)
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

4. Mendapatkan cinta Allah SWT


Dari Ibnu Mas’ud ra., ia menuturkan pula, Rasulullah SAW bersabda:
ُ‫ُفَ تَ َوضأَُُثُقَ َام‬،‫ُو ِِلَافِ ُِه َوِد َث ِرِه‬ ‫ه‬ ِ ‫ رجلُقَ ام ُِِفُُلَي لَ ٍةَُب ِر َد ٍة ُِمنُفِر‬:‫ْي‬
ِ ‫اش‬ ُِ ْ ‫ل‬
َ ‫ج‬ ‫ُر‬ ‫َل‬َ ِ
‫إ‬ُ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ض‬ْ ‫ُي‬ ‫ُهللا‬‫ن‬ ِ
‫أَالَُإ‬
َ َ ْ َ ْ ْ َ ٌ َ َ َ َ َ
ُ‫ َربُّنَا‬:‫اُصنَ َع؟ُفَُيَ ق ْول ْو َُن‬ ِ َ ‫اَُحَل‬ : ِ ِ‫ُعزُوجلُلِمالَئِ َكت‬
ُ
‫ه‬ ِ َ‫إِ ََلُالصال‬
َ ‫ىُم‬
َ َ‫اُعل‬ َ ‫ُه َذ‬َ ‫ُع ْبد ْي‬ َ َ ‫م‬َ َ َ َ َ ‫ُهللا‬ ‫ل‬ ‫و‬
ْ ‫ق‬ ‫ي‬
َ ‫ُف‬،
َ ‫ة‬
ِ
.ُُ‫اُوأَم ْن تهُُِماَُُا‬ ‫ج‬ ‫اُر‬‫ُم‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ي‬َ‫ط‬‫ع‬ْ َ
‫أ‬ ُ ‫د‬
ْ ‫ق‬
َ ُ‫ّن‬ ِ ُ
‫إ‬ِ‫ف‬
َ : ‫ل‬
ُ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ُف‬،
َ ‫ك‬َ ‫د‬َ ‫ن‬
ْ ِ ‫اُع ْن َد َكُو َش َف َقةً ُِِم‬
‫اُع‬ ِ ‫رجاءُم‬
َ ََ َ ْ ْ َ َ َ ً ََ
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki: Seseorang yang bangun pada
malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu’ dan melakukan shalat. Allah SWT
berfirman kepada para Malaikat-Nya, ‘Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?’ Mereka
menjawab, ‘Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu dan takut
dari apa yang ada di sisi-Mu pula.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya
apa yang ia harapkan dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.'” (HR. Bukhari)
5. Sifat Orang yang bertakwa dan Ahli Surga

15.Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan
mata air-mata air; (16). Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan; (17). Di dunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam; (18). Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu
pagi sebelum fajar. (QS. Ad-Dzariyat)
b. Senantiasa membaca Al-Qur’an

Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu


mempertajam pandangan yang sudah tumpul, merupakan
pemusnah pandangan-pandangan yang sempit dan obat
bagi hati yang sedang sakit. Apabila seorang mukmin
sudah konsisten membaca Al-Qur’an dengan tenang,
tadabbur dan khusyu’ maka akan terbukalah belenggu-
belenggu yang memborgol hatinya dan akan terpancar pula
cahaya Al-Qur’an di dalam jiwanya. Itulah yang diserukan
Allah SWT kepada kita dalam firman-Nya :

29. Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Ash-Shad)
Dari Abdullah Bin Mas’uud Radhiyallohu anhu berkata: “Tidaklah seorang hamba ditanya
tentang dirinya kecuali dengan Al-qur’an, jika ia mencintai Al-qur’an, maka sesungguhnya dia
mencintai Allah dan Rasulnya”.

Dari Abdullah Radhiyallahu anhu: “Barang siapa ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah
dan Rasulnya, maka lihatlah, jika ia mencintai Al-qur’an maka ia mencintai Allah dan Rasulnya”.
Back
c. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT

Yang dimaksud dengan dzikir adalah : Merasakan keagungan Allah SWT dalam
semua kondisi. Dzikir tersebut bisa berupa dzikir fikiran (dzihmi), hati (qolbu), lisan,
atau perbuatan (fi’il). Dzikir perbuatan yang kita maksud di sini adalah mencakup
tilawah, ibadah dan keilmiuan. Makna dzikir seperti inilah yang banyak dijelaskan oleh
Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Perintah berdzikir kepada Allah SWT secara kontinyu banyak kita temukan dalam
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW.

152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-
Baqarah)
ُ‫ُع ْي نَاه‬
َ ‫ت‬ َُ ‫ َرج ٌلُذَ َك َرُهللاَُ َخالِيًاُفَ َفا‬:ُ‫ُظلُّه‬
ْ ‫ض‬ ِ ُ‫ُظلُإِال‬
ِ ‫ُظلِ ِهُي وم َُال‬
َ َْ
ِ ‫سب عةٌُي ِظلُّهمُهللا ُِِف‬
ْ َ َْ
Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah (salah satunya) adalah seseorang yang
berdzikir kepada Allah hingga meneteskan air matanya. (HR. Muslim)

ُ‫ِبُ– صلىُهللاُعليهُوسلمُ– « يَقولُاَّلل‬ ُّ ِ‫الُالن‬َ َ‫الُق‬ َ َ‫َع ْنُأَِِبُه َريْ َرَةُ– رضىُهللاُعنهُ– ق‬
ُ‫ُوإِ ْن‬، ُ‫ى‬ ‫س‬ِ ‫ُفَِإ ْنُذَ َكرِِن ُِِفُنَ ْف ِس ِهُذَ َُكرته ُِِفُنَ ْف‬،ُ‫ُوأ َََنُمعهُإِ َذاُذَ َُكرِِن‬،ُ‫ىُِب‬
ِ ‫د‬ِ ‫ُعب‬ ‫ن‬ِ ‫ظ‬
َ ُ ‫د‬
َ ‫ن‬
ْ ِ ‫تَ ع َاَلُأ َََن‬
‫ُع‬
َ ْ َ َ ََ َ ْ َ َ
ِ ‫ُوإِ ُْن تَ َقربُإِ ََلُبِ ِش ٍْْبُتَ َقربتُُإِلَي ِه‬،ُ‫ذَ َكرِِن ُِِفُم ٍألُذَ َكرته ُِِفُم ٍألُ َخ ٍْْي ُِم ْن هم‬
ُ‫ب‬ َ ‫ُوُإِ ْنُتَ َقر‬،ُ‫ا‬
َ ‫اع‬
ً ‫ر‬ ‫ُذ‬
َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ
»ًُ‫ُه ْرَولَة‬ ِ َُ ‫ُوإِ ْنُأ َََتِِن‬،ُ‫اعاُتَ َقربتُإِلَي ِهَُب ًعا‬ ِ ‫إِ ََل‬
َ ‫ُيْشىُأَتَ ْي ته‬ َ َ ْ ْ ً ‫ر‬َ ‫ُذ‬
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: 'Allah Subhanahu
wa Ta'ala telah berfirman: 'Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku
akan bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya,
maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di tengah orang
banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah orang banyak yang lebih baik
daripada mereka. Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat
kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat
kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari.‘ (HR. Buhari dan Muslim)
ِ ‫ُهللاُاَل ِذينُي راعو َنُالشمسُوالْ َقمرُوْألَ ِظلةَُلِ ِذُ ْك ِر‬
ُ‫هللاُتَ َع َاَل‬ ِ ‫هللاُإِ ََل‬
ِ ‫اد‬ ِ‫ب‬
ِ ‫ُعب‬
َ ََ َ َ ْ ْ َ َْ َ ُّ ‫َح‬
َ‫أ‬
“Hamba yang paling dicintai Allah ialah orang-orang yang menjaga matahari, bulan dan
bayang-bayang untuk mengingat Allah”. (HR. Thabrani dan Al-Hakim)

Orang yang menghendaki akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya
berupa bacaan istighfar, tahlil, shalawat, atas Rosululloh SAW dan dzikir-dzikir
ma’tsur lainnya, sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir
terus-menerus seperti tasbih, istighfar , tahlul, takbir atau hauqalah (laa haula
walaa quwwata illa billah), untuk menambah program rutin tersebut dengan
berbagai shalat, ibadah dan amalan-amalan lainnya. Kesucian dan ketinggian
jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan
sarana-sarana tazkiyah tersebut.
‫والذي نفسي بيَده لقَد هممت أن آمر بحطب فيحطب ثم آمر بالصالة فيؤذن لها ثم آمر رجال فيؤم الناس ثم أخالف إلى‬
‫رجال فأحرق عليهم بيوتهم‬

”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan
orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka
untuk menegakkan shalat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku
memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang
yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,

َ ِّ‫ص ِل‬
‫ى فِى بَ ْيتِ ِه‬ َ ‫ أ َ ْن يُ َر ِ ِّخ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬
َ ُ‫ص لَهُ فَي‬ ِ َّ ‫سو َل‬ َ َ‫ ف‬.‫ْس ِلى ََائِ ٌَد يَقُو َُدنِى ِإلَى ْال َم ْس ِج َِد‬
ُ ‫سأ َ َل َر‬ َ ‫َّللا ِإنَّهُ لَي‬
ِ َّ ‫سو َل‬
ُ ‫يَا َر‬
.» ْ‫ ََا َل « فَأ َ ِجب‬.‫ فَقَا َل نَ َع ْم‬.» ِ‫صالَة‬َّ ‫ص لَهُ فَلَ َّما َولَّى ََد َعاهُ فَقَا َل « ه َْل ت َ ْس َم ُع ال ِنِّ ََدا َء ِبال‬َ ‫فَ َر َّخ‬

”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi
saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah
untuk tidak shalat berjama’ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian
Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak
beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya,“Apakah kamu mendengar
adzan?” Ia menjawab,”Ya”. Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.”
[HR Muslim]
َُّ‫َّذمَّتِ ِهَّبِ هشىءَّفهيُد ِرهكهَُّفهيه َُّكبه‬ ِ ‫َّذم ِة‬
ِ ‫َّاّللََّّفهالهَّيطلُب ن ُكمَّاّلل َِّمن‬ ِ ‫ىَّالصبحَّفههو َِِّف‬
ُ ُ ‫ه ه‬ ‫َّصل ُّ ه ُ ه‬ ‫همن ه‬
‫َّج ههن هَّم‬
‫ه‬ ِ
‫ر‬ ‫ََّن‬
‫ه‬ ِ
‫ِف‬
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan
Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh
tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan
menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR.
Muslim no. 657)

ًََّ‫صلَّى ْال َب ْر ََدي ِْن ََد َخ َل ْال َجن‬


َ ‫َم ْن‬

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh


dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan
Muslim no. 635)

‫َوَُ ْرآَنَ ْالفَ ْج ِر ِإ َّن َُ ْرآَنَ ْالفَ ْج ِر َكانَ َم ْش ُهوَدا‬

“Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al


Isro’: 78) (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/250, Asy Syamilah)
َّ‫هشد‬
‫أ‬ َّ ِ
‫ل‬ ِ‫ هَلَّي َُّكنَّعلهىَّشىء َِّمنَّالن َّواف‬-‫صلىَّهللاَّعليهَّوسلم‬-َّ‫أهنَّالنِِب‬
‫ه ه ه‬ ‫ه ه ه‬
‫الصب َِّح‬ ِ ‫َّعلهىَّرك هعته‬
ُّ ‫يَّقهب هَّل‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ِ ‫معاه هد ًة‬
‫َّم‬
‫ُه ه‬ ‫ُه ه‬
“Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
menjaga shalat sunnah yang lebih daripada
menjaga shalat sunnah dua raka’at sebelum
Shubuh” (HR. Muslim no. 724).

َّ‫اَّوهماَّفِ ه‬
‫يها‬ ِ ‫ركعتهاَّال هفج ِر‬
‫َّخْيٌَّم هنَّالدُّن يه ه‬
‫ه‬ ‫هه‬
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih
baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725).
ِ ‫ََّسرهةَّ– ر‬
– ‫َّالنب‬
َُّّ ‫ هكا هن‬:َّ‫َّقه هال‬، –َُّ‫َّعنه‬ ‫َّجابِرَّب ِن هُه ه ه ُ ه‬
َّ
‫َّهللا‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫هو هعن ه‬
َّ‫َّحّت‬ ِ ‫ََّملِ ِس‬
‫ه‬ ‫َّف‬ ‫ع‬‫ب‬‫ر‬ ‫َّت‬‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫ىَّال‬ ‫ل‬ َّ
‫اَّص‬ ‫ذ‬ ِ
‫إ‬ – َّ ‫م‬ ِ
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه هه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫َّعلهي ه ه ه‬
‫ل‬‫س‬ ‫َّو‬‫ه‬ ‫صلىَّهللاُ ه‬ ‫ه‬
َُّ‫َّد ُاوهد هَّو هغْيُه‬
َّ‫َّرهواهَُّأهبُو ه‬،َّ ِ ‫َّص‬ ِ
‫ هح ٌ ه ٌ ه‬.َّ‫َّحسنهاء‬
‫ح‬ ‫ي‬‫ح‬ َّ ‫ث‬ ‫ي‬‫د‬ ‫س ه‬ ُ ِ ‫تهطلُ هعَِّالشم‬
َّ‫َّصحي هحة‬ ‫ه‬ ‫د‬
‫ه‬ ‫ي‬‫ان‬ ‫هس‬
‫ه‬ ِ
‫ِب‬
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu apabila
telah melakukan shalat Shubuh, beliau duduk bersila di
tempat duduknya sampai terbitnya matahari yang putih
indah sinarnya.” (HR. Abu Daud dan selainnya
sanadnya shahih) [HR. Muslim, no. 4851; Abu Daud, no.
4850]
Disunnahkan bagi yang melaksanakan shalat Shubuh
berjamaah untuk duduk di tempat hingga matahari meninggi, lalu
melaksanakan shalat Dhuha di awal waktu (shalat isyraq).

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan
shalat Shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap
berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha
(subhah adh-dhuha),, maka ia seperti mendapat pahala orang
yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8:174, 181, 209.)
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ ‫م م‬ ‫ُ َ ْ ُم‬
ُ‫م‬
‫ورها‬
ِ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ى‬‫ف‬ ‫ى‬‫ت‬
ِ ِ ‫م‬ ‫لأ‬ ‫ك‬‫ار‬
ِ ‫ب‬ ‫هَّللا‬

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi


wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang
meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa
membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi
kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin
Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)
Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,

َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ
‫م‬ ْ َ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ٌ َ َ ُ َ ‫م‬ ْ َ ٌ ْ ‫َ م‬
‫ فس ِددوا وق ِاربوا وأب ِشروا‬، ‫الدين أحد ِإلا غلبه‬ ِ ‫ ولن يشاد‬، ‫الدين يسر‬ ِ ‫ِإن‬
َ ْ ُّ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ‫َ ْ َ م‬
‫ واست ِعينوا ِبالغدو ِة والروح ِة وشى ٍء ِمن الدلج ِة‬،

“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani


dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah
kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan
menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal)
maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik
amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi
dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir
malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)
ْ َ ُ ُ َ ‫م‬ َ َ َ َ
َُ َ َ َ َ ْ ُّ َ ‫م‬ ‫م‬ ‫م ْ م‬ ً
‫يه الصبح أ ِو الغداة حتى‬ِ ‫ك ِثيرا كان لا َيقوم ِمن مصلاه ال ِذى يص ِلى ِف‬
َ ‫ُ ْ م َ َ ََ م َ َ َُم َ َ َْ م م‬ ََ َ َ َ ‫َْ مَ ُ ْ م‬
‫تطلع الشمس ف ِإذا طلع ِت الشمس قام وكانوا يتحدثون فيأخذون ِفى‬
َ َ ‫َ ْ َ م‬ َْ َ
.‫اه ِلُي ِة ف َيضحكون َو َيت َبُس مم‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫م‬ ْ‫أ‬
ِ ِ

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat


duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari
terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat
shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai
perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)
Berdzikir dan berdo’a

ُ‫ لَه‬،ُ‫ لَ ِإلَـهَ ِإلَّ هللاُ َو ْح ََدهُ لَ ش َِري َْك لَه‬،‫َلِل‬ ِ َّ ِ ‫ َو ْال َح ْم َُد‬،‫َلِل‬
ِ َّ ِ ‫صبَ َح ْال ُم ْل ُك‬
ْ َ ‫صبَ ْحنَا َوأ‬ ْ َ‫أ‬
‫ب أ َ ْسأَلُ َك َخي َْر َما فِ ْي َه َذا ْاليَ ْو ِم‬ ِ ِّ ‫ َر‬.‫ش ْيء ََ َِدي ُْر‬ َ ‫علَى ُك ِِّل‬ َ ‫ْال ُم ْل ُك َولَهُ ْال َح ْم َُد َو ُه َو‬
ُ‫ع ْوذ‬ ِ ِّ ‫ َر‬،ُ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن ش ِ َِّر َما ِف ْي َه َذا ْاليَ ْو ِم َوش ِ َِّر َما بَ ْع ََده‬
ُ َ‫ب أ‬ ُ َ ‫ َوأ‬،ُ‫َو َخي َْر َما بَ ْع ََده‬
‫ع َذاب فِي ْالقَب ِْر‬ َ ‫ار َو‬ ِ َّ‫ع َذاب فِي الن‬ َ ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن‬ ُ َ‫ب أ‬ ِ ِّ ‫ َر‬،‫س ْو ِء ْال ِكبَ ِر‬ ُ ‫س ِل َو‬ َ ‫ِب َك ِم َن ْال َك‬

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala
puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian.
Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon
kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai
Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari
tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan
siksaan di alam kubur.”
Pertama: Mengucapkan tasmiyah

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

َّ ‫َّللاِ تَعَالَى فِى أ َ َّو ِل ِه فَ ْليَقُ ْل بِ ْس ِم‬


ُ‫َّللاِ أ َ َّولَه‬ َّ ‫ى أ َ ْن يَ ْذ ُك َر ا ْس َم‬ َّ ‫ِإ َذا أَ َك َل أَ َح َُد ُك ْم فَ ْليَ ْذ ُك ِر ا ْس َم‬
َ ‫َّللاِ تَعَالَى فَإِ ْن نَ ِس‬
ُ‫آخ َره‬
ِ ‫َو‬

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia


menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama
Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaahi
awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan
akhirnya)’. (“HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858)

Dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫علَ ْي ِه‬ ِ َّ ‫ام أ َ ْن لَ يُ ْذ َك َر ا ْس ُم‬


َ ‫َّللا‬ َّ ‫طانَ يَ ْست َ ِحل‬
َ َ‫الطع‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ِإ َّن ال‬
“Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan
nama Allah padanya.”
Kedua: Makan dengan tangan kanan
Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah riwayat,

َّ‫ب فهليهشهربَّ بِيه ِم َّينِ ِهَّ فهِإنَّ الشيطها هن‬


َّ‫هح ُد ُكمَّ فهليهأ ُك َّل بِيه ِمينَِِّه هَّوإِ هذا هش ِر ه‬
‫ه ه‬‫أ‬ َّ
‫ل‬ ‫ك‬
‫ه‬ ‫ه‬‫أ‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ه‬ ِ‫إ‬
.‫ب بِ ِش همالَِِّه‬
َُّ ‫هَي ُك َُّل بِ ِش همالَِِّه هويهشهر‬
“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia
makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya
juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan
dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kirinya pula.”[6]

Ketiga: Tidak makan yang di hadapan orang lain (ketika


makan dalam satu nampan)
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda padanya,

َّ‫يك‬ِ‫ك وُكلَّ َِِّما يل‬


َّ ِ
‫ين‬‫م‬ِ ‫ي‬ِ‫ وُكلَّ ب‬، ‫اّلل‬ ِ
‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هََّي غُالهَُّم هس ه ه‬
َّ َّ
‫م‬
“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan
kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.”[7]
Keempat: Makan dari sisi luar (pinggir), tidak dari tengah
Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ‫ام فه ُكلُوا ِمنَّ هَّحافهته ي َِّه هو َّله هَت ُكلُوا ِمنَّ هو هس ِط ِه‬
َِّ ‫ط الط هع‬
َّ‫إِنَّ ال ههَبهك َّةه تهن ِزَُّل هو هس ه‬
“Barokah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah
makan dari pinggirnya dan jangan memulai dari tengahnya.”[8]

Kelima: Tidak makan dalam keadaan bersandar


Dari hadits Abu Juhaifah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫اله آ ُك َُّل ُمت ِكئًا‬
َّ ‫هَن فه‬
َّ‫أهما أ ه‬
“Adapun saya tidak suka makan sambil bersandar.”[9] Al Hafizh
Ibnu Hajar menyatakan bahwa bersandar di sini sifatnya umum,
tidak dikhususkan bentuk bersandar dengan sifat tertentu.[10]
[1] HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At
Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih
[2] HR. Muslim no. 2017
[3] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/521, Darul
Ma’rifah, Beirut, 1379.
[4] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah, Ibnu
‘Allan, 5/120, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah,cetakan pertama, 1424
H.
[5] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah,
5/128-129.
[6] HR. Muslim no. 2020
[7] HR. Bukhari no. 5376
[8] HR. Tirmidzi no. 1805 dan Ibnu Hibban no. 5245. Abu ‘Isa
At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[9] HR. Tirmidzi no. 1830 dan Ibnu Hibban no. 5240. Abu ‘Isa
At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[10] Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad ‘Abdurrahman bin
‘Abdirrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Alaa, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah,
Beirut, 5/454
Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫ هوإِ َّن‬، ُ‫ إِ َِّن اشته هه َّاهُ أه هكلهَّه‬، ‫ط‬


َُّّ ‫ِب – صلى هللا عليه وسلم – طه هع ًاما َّقه‬
َُّّ ِ‫اب الن‬ َّ‫هما هع ه‬
ُ‫هك ِرهه َّهُ ته هرهك َّه‬
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan
sekali pun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau
memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya
(tidak memakannya).”[1] Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan,
“Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang
telah menjelek-jelekkan makanan yang ia tidak sukai, maka seolah-
olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.”[2]
Ketujuh: Makan secara bersama-sama dan tidak makan
sendirian

Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

.َّ‫ قهالُوا نه هعم‬.» ‫ال « فهله هعل ُكمَّ تهف هَِتَّقُو هَّن‬ َِّ ‫ول‬
َّ‫ قه ه‬.‫اّلل إَِنَّ هَن ُك َُّل هو َّله نهشبه َُّع‬ َّ‫هََّي هر ُس ه‬
.» ‫اّلل هعلهي َِّه يُبه هاركَّ له ُكمَّ فِ َِّيه‬
َِّ ‫ال « فهاجته ِم ُعوا هعلهى طه هع ِام ُكمَّ هواذ ُك ُرَّوا اس هَّم‬ َّ‫قه ه‬
َّ‫اله هَت ُكلَّ هَّحّتَّ هَي هذ هَّن له ه‬
‫ك‬ َّ ‫ِف هولِ هيمةَّ فه َُّو ِض هَّع ال هع هش‬
َّ ‫اءُ فه‬ َّ‫ال أهبُو هد ُاوهَّد إِ هذا ُكن ه‬
َّ ِ ‫ت‬ َّ‫قه ه‬
.‫ب الدا َِّر‬ ِ‫ص‬
َُّ ‫اح‬ ‫ه‬
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa
kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan
sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda,
“Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah
nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.”[3] Ibnu
Baththol berkata, “Makan secara bersama-sama adalah salah
satu sebab datangnya barokah ketika makan.”[4]
Kedelapan: Tidak membiarkan suapan makanan yang terjatuh

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,

‫ان ِب َها ِم ْن أَذى َو ْليَأ ْ ُك ْل َها َولَ يَ ََد ْع َها‬ ْ ‫ت لُ ْق َمًُ أ َ َح َِد ُك ْم فَ ْليَأ ْ ُخ ْذ َها فَ ْليُ ِم‬
َ ‫ط َما َك‬ ْ َ‫ِإ َذا َوََع‬
‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫ِلل‬
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah
kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang
bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.”[5]
Kesembilan: Menjilat tangan sebelum mencuci atau mengusapnya

Lanjutan dari hadits Jabir sebelumnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ًُ‫ام ِه ْالبَ َر َك‬ َ ‫ى‬


ِ َ ‫طع‬ َ َ ‫س ْح يَ ََدهُ ِب ْال ِم ْن َِدي ِل َحتَّى يَ ْلعَقَ أ‬
ِّ ِ َ ‫صا ِبعَهُ فَإِنَّهُ لَ يَ َْد ِرى فِى أ‬ َ ‫َولَ يَ ْم‬
“Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya.
Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.”[6]

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Menjilat jari (seusai makan)


adalah sesuatu yang disyari’atkan (dianjurkan). Alasannya sebagaimana
yang disebutkan di akhir hadits, yaitu karena orang yang makan tidak
mengetahui di manakah barokah yang ada pada makanannya. Makanan
yang disajikan pada orang yang makan benar-benar ada barokahnya.
Namun tidak diketahui apakah barokahnya ada pada makanan yang
dimakan, atau pada makanan yang tersisa pada jari atau pada
mangkoknya, atau pada suapan yang terjatuh. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya seseorang memperhatikan ajaran ini agar ketika makan pun
bisa meraih barokah. Pengertian barokah pada asalnya adalah
bertambahnya dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan
dengannya.”[7]
Kesepuluh: Memuji Allah dan berdo’a seusai makan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ .‫غي ِْر َح ْول ِم ِنِّى َولَ َُ َّوة‬


‫غ ِف َر لَهُ َما تَقََد ََّم ِم ْن َذ ْن ِب ِه‬ ْ َ‫ط َعاما فَقَا َل ْال َح ْم َُد ِ ََّلِلِ الَّذِى أ‬
َ ‫ط َع َمنِى َه َذا َو َرزَ ََنِي ِه ِم ْن‬ َ ‫َم ْن أَ َك َل‬

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan:


“Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin
minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku
makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan
dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.”[9]

Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan


juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َ ُ‫ش ْر َبًَ فَ َي ْح َم ََده‬


‫علَ ْي َها‬ َّ ‫ب ال‬ َ ُ‫ع ِن ْال َع ْب َِد أَ ْن َيأ ْ ُك َل األ َ ْكلًََ فَ َي ْح َم ََده‬
َ ‫علَ ْي َها أَ ْو َي ْش َر‬ َ ‫َّللا لَ َي ْر‬
َ ‫ضى‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang
mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum”[10] An
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan
bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan
sunnah.”[11]
Kesebelas: Mendo’akan orang yang menyajikan makanan

Do’a yang bisa dibaca:

ْ َ ‫ط ِع ْم َم ْن أ‬
ِ ‫طعَ َمنِى َوأ َ ْس‬
‫ق َم ْن أ َ ْسقَانِى‬ ْ َ ‫اللَّ ُه َّم أ‬
“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah,
berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku
dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman
kepadaku][12]

Keduabelas: Mencuci tangan untuk membersihkan sisa-sisa


makanan

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ش ْى ٌء فَالَ يَلُو َم َّن ِإلَّ نَ ْف‬


ُ‫سه‬ َ َ ‫غ َم ٌر فَأ‬
َ ُ‫صابَه‬ َ ‫ات أ َ َح َُد ُك ْم َوفِى يَ َِد ِه‬
َ َ‫ِإ َذا ب‬
“Jika salah seorang dari kalian tidur dan di tangannya terdapat minyak
samin (sisa makanan) kemudian mengenainya, maka janganlah
mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”[13]
Ketiga belas: pada saat minum, dianjurkan bernafas di luar
wadah sebanyak tiga kali.

Ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim


dari Anas bin Malik, dia berkata;

‫ب ثالثا‬ ُ َّ‫هللا صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم يتنف‬


ِ ‫س في الشرا‬ ِ ‫كان رسو ُل‬

Rasulullah Saw bernafas tiga kali ketika minum.


Keempat belas: Membaca hamdalah setelah minum. Lafadznya
adalah sebagai berikut;

‫ع ْذبا فُ َراتا ِب َر ْح َم ِت ِه َولَ ْم يَ ْجعَ ْلهُ ِم ْلحا ا ُ َجاجا ِبذُنُ ْو ِبنَا‬ ِ ِ ‫ا َ ْل َح ْم َُد‬
ْ ‫هلل الَّ ِذ‬
َ ُ‫ى َجعَلَه‬
Segala puji bagi Allah yang dengan rahmat-Nya telah menjadikan
air ini segar dan menyegarkan. Dan tidak menjadikan air ini asin
dan pahit karena dosa-dosa kami.
[1] HR. Bukhari no. 5409.
[2] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 18/93
[3] HR. Abu Daud no. 3764. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan.
[4] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18/121
[5] HR. Muslim no. 2033
[6] HR. Muslim no. 2033
[7] Nailul Author, Muhammmad bin ‘Ali binn Muhammad Asy Syaukani,
Idarotu Thoba’ah Al Maniriyah, 9/34
[8] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An
Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392, 13/204-205
[9] HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan
gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
[10] HR. Muslim no. 2734
[11] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/51.
[12] HR. Muslim no. 2055.
[13] HR. Ahmad 2/344. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
َ َ َٰ َ ُ َ َ ُ ْ َ ٌ ْ َ َ َ ٌ َ َٰ َ ْ ْ‫َ ٌُ م‬
‫ام ٱلصلو ِة و ِإيتا ِٓء‬
ِ ‫َّلل و ِإق‬ ِ ‫يهم ِتجرة ولا بيع عن ِذك ِر ٱ‬ ِ ‫ِرجال لا تل ِه‬
َ َٰ َ ْ ‫م‬ ‫م‬ ْ ُ َ َ َ َ ‫م‬ َ َ َ
ْ
‫وب َوٱلأبصرم‬ ‫يه ٱلقل م‬ ‫ف‬ ‫م‬ ً ْ َ َٰ ُ
ِ ِ ‫ٱلزكو ِةۙ يخافون يوما تتقلب‬

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak


(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang” (QS An-Nuur: 37)
َ
ْ‫ك م َن ال ُّدنْ َياۖ َوأ ْحسن‬َ َ َ َ ْ َ ََ َ َ ْ َ ُ ‫َ َ َ ُ م‬ َْ َ
ِ ِ ‫آخرةۖ ولا تنس ن ِصيب‬ ِ ‫وابت ِغ َ ِفيما آتاك اَّلل الدار ال‬
‫م‬ َ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ
‫يح ُّب‬ َ ْ ‫م‬ َ
ِ ‫كما أح َسن اَّلل ِإليكۖ َولا ت ْب ِغ الف َساد ِفي الأ ْر ِضۖ ِإن اَّلل لا‬
َ‫ْال مم ْفسدين‬
ِ ِ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash : 77)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ه‬ ‫م‬ َ َ ُّ ‫م‬
ْ َ
‫الر ِح ْي ِم ف مه َو أقط مع‬
ُ ‫الرحمن‬
ِ
ُ ‫اَّلل‬
ِ ‫م‬ ‫س‬ْ ‫كل أ ْمر ذ ْي َبال لا مي ْبدأ ف ْي ِه بـب‬
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ

“Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan


‘bismillahirrahmaanirrahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.”
(HR. Nawawi, Al-adzkar, No.149.)
َ َ ‫ه‬ ْ ‫م‬
‫مك ُّل َكلاَم َلا مي ْب َدأ فيه بالحمد َّلل ف مه َو أ ْجذمم‬
َ ‫م‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ

“Setiap pembicaraan yang tidak diawali dengan ‘alhamdulillah’, maka


berkahnya terputus.” (HR. Mundziri, At-targhib Wa At-tarhib, 2;359.)
ADAB TIDUR

َّ‫هوِمن رْحهتَِِّه هج هع هَّل له ُك ُمَّ اللي هلَّ هوالنَّ هه هارَّ لِتهس ُكنُوا فِ َِّيه هولِتهَّب ته غُوا ِمن فهضلِ ِه‬
‫هوله هعل ُكمَّ تهش ُك ُرو هَّن‬
“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari
karuniaNya (pada siang hari) dan supaya kamu bersyukur”. [Al Qashahs: 73].
Tidur pada awal malam

Hadits yang bersumber dari `Aisyah


Radhiallahu ‘anha "Bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
tidur pada awal malam dan bangun
pada pengujung malam, lalu beliau
melakukan shalat". (Muttafaq `alaih)

َُّ‫َّاّللَّ– صلىَّهللاَّعليه وسلمَّ– هكا هنَّيهكهره‬ ِ ‫ول‬ ‫أهن هَّر ُس ه‬


‫يثَّبهع هد هها‬ ِ ‫الن ومَّقهبلَّالعِش ِاءَّواْل‬
َّ
‫د‬
‫ه ه ه ه ه ه‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan
ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR.
Bukhari no. 568)
Berwudhu, berbaring ke sebelah
kanan, dan berdo’a

“Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika


engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah
seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian
berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah
doa:” Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku
hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu,
kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu,
kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap
dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang
Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus” dan
hendaklah engkau jadikan doa tadi sebagai penutup dari
pembicaranmu malam itu. Maka jika engkau meninggal pada
malam itu niscaya engkau meninggal di atas fitrah”
(HR Bukhari 11/93,95 dan Muslim 2710)
َّ‫ت أهمَّ ِري إِلهي ه‬
‫ك هَّو‬ َُّ ‫ هَّو فه هوض‬،‫ك‬ ‫ت هوج ِهي إِلهي ه‬
َُّ ‫ هوهو هجه‬،‫ك‬ ‫ت نهف ِسي إِلهي ه‬ َّ ِِ‫اللهمَّ إ‬
َُّ ‫ن اهسلهم‬ ُ
، ََّ‫ك ه‬‫ك َّله همل هجَّأه هَّو َّله همن هجا منك إهلَّ إَِّلهي ه‬ َّ‫ك هرغبهَّةً هَّو هرهبهًَّة إِلهيَّ ه‬
َّ‫ت ظهه ِري إِلهي ه‬ َُّ ‫أهْلهأ‬
َّ‫ك الذي أهر هسل ه‬
‫ت‬ َّ‫ت هَّو بِنهبَِّيِ ه‬ َّ‫ك ال ِذي أهن هزل ه‬ َّ‫ت بِ ِكتهاب ه‬ َُّ ‫أ ههمن‬

“Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu,


kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya
kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan
harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau
turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus”

ِ
‫امَّقه هالَّ« ِِب ه‬ َّ‫ِبَّ– صلىَّهللاَّعليهَّوسلمَّ– إِ هذاَّأ ههر هادَّأهنَّيهنه ه‬
»َّ‫وت هَّوأهحيها‬
َُّ ‫كَّالل ُهمَّأ ُهم‬ ‫َس‬ ُّ ِ‫هكا هنَّالن‬
»َّ‫ور‬ ‫ُّش‬ ‫ن‬‫َّال‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
‫ه‬ِ ‫َّو‬،َّ‫ا‬
َّ
‫إ‬ ‫ن‬ ‫ات‬
‫ه‬ ‫هم‬
‫أ‬ َّ‫ا‬ ‫َّم‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫َّب‬ ‫اَن‬
‫ه‬ ‫ي‬‫هح‬ ‫أ‬َّ‫ى‬ ِ
‫ذ‬ ‫َّال‬
َّ ِ ِ
‫َّّلل‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫اْل‬ « َّ ‫ال‬
‫ه‬ ‫ه‬‫ق‬ َّ‫ه‬ِ ‫ وإِ هذاَّاسته ي هق هظ َِّمنَّمنه ِام‬.
ُ ُ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه ه ه‬ ‫ه‬ ُ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan:
(Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun
tidur, beliau mengucapkan: (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR.
Bukhari no. 6324)
Mengibaskan sprei tiga kali sebelum
berbaring

Dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu


bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila seorang dari
kamu akan tidur pada tempat tidurnya,
maka hendaklah mengirapkan kainnya
pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu,
karena ia tidak tahu apa yang ada di
atasnya...“ Di dalam satu riwayat dikatakan:
"tiga kali".
(Muttafaq `alaih).
Muhasabah

‫س َما‬ ُ ‫َّللا َو ْلت َ ْن‬


ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ َ ‫يَا أَي َها الَّ ِذ‬
َ َّ ‫ين آ َمنُوا ات َّقُوا‬
‫ير ِب َما‬ َ َّ ‫ت ِلغََد ۖ َواتَّقُوا‬
َ َّ ‫َّللا ۚ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللا َخ ِب‬ ْ ‫ََ ََّد َم‬
َ ُ‫ت َ ْع َمل‬
‫ون‬
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-
Hasyr: 18)
Dari Ya’isy bin Thokhfah Al Ghifariy, dari
bapaknya, ia berkata,

ْ َ‫علَى ب‬
‫ط ِنى‬ َ ‫س َح ِر‬ َّ ‫ط ِج ٌع فِى ْال َم ْس ِج َِد ِمنَ ال‬ ْ ‫فَبَ ْينَ َما أَنَا ُم‬
َ ‫ض‬
ًٌَ‫ض ْجع‬ ِ ‫ِإ َذا َر ُج ٌل يُ َح ِ ِّر ُكنِى ِب ِر ْج ِل ِه فَقَا َل « ِإ َّن َه ِذ ِه‬
‫صلى هللا‬- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ظ ْرتُ فَإِ َذا َر‬ َ َ‫ ََا َل فَن‬.» ُ‫َّللا‬
َّ ‫ض َها‬
ُ ‫يُ ْب ِغ‬
-‫عليه وسلم‬
“Ketika itu aku sedang berbaring tengkurap di
masjid karena begadang dan itu terjadi di waktu
sahur. Lalu tiba-tiba ada seseorang menggerak-
gerakkanku dengan kakinya. Ia pun berkata,
“Sesungguhnya ini adalah cara berbaring yang
dibenci oleh Allah.” Kemudian aku pandang orang
tersebut, ternyata ia adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. (HR. Abu Daud no. 5040 dan
Ibnu Majah no. 3723
Menutup pintu, jendela
dan memadamkan api dan
lampu sebelum tidur

ُ‫ام‬ ‫ع‬‫الط‬ ‫وا‬‫ر‬ُ


‫خ‬َِ ‫األَبْ وابُ وأَوكوا ْاألَ ْس ِقيةَُ و‬
ُ ْ ‫وا‬ ‫ق‬ِ‫يح إِ َذا رقَ ْد ُْت وغَل‬
ُ ِ‫ب‬‫ا‬ ‫ص‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ ‫ئ‬ ِ ‫أَط‬
‫ْف‬
ََ َ َ َْ َ َ َ َ َ َ َ
ََ‫والشراب‬
َ َ
“matikanlah lampu-lampu kalian, jika kalian hendak tidur.
Dan tutuplah pintu-pintu serta tutuplah bejana serta wadah-
wadah makan dan minum kalian” Bukhari (5624)
Dzikir sebelum tidur

Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu


ditiup dan dibacakan surat Al Ikhlas, Al
Falaq dan An Naas. Kemudian dua telapak
tangan tersebut mengusap tubuh yang
dapat dijangkau, dimulai dari kepala, wajah
dan tubuh bagian depan. Semisal
itu diulang sampai tiga kali.

Siapa yang membaca ayat Kursi sebelum


tidur, maka ia akan terus dijaga oleh Allah
dan terlindungi dari gangguan setan hingga
pagi hari
Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut
ketika tidur malam atau merasa kesepian
maka dianjurkan sekali baginya untuk
berdo’a sebagai berikut:

‫ض ِب ِه‬
َ ‫غ‬ َ ‫من‬ْ ‫ت‬ ِ ‫هللا الت َّا َّما‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫ع ْوذُ ِب َك ِل َما‬ ُ َ‫أ‬
‫ت‬ ِ ‫َو ِعقَابِ ِه َوش ِ َِّر ِعبَا َِد ِه َو ِم ْن َه َمزَ ا‬
.‫ن‬ ُ ‫اطي ِْن َوأ َ ْن يَ ْح‬
ِ ‫ض ُر ْو‬ َّ ‫ال‬
ِ َ ‫شي‬
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna dari murka-Nya,
siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-
Nya, dari godaan para syaitan dan dari
kedatangan mereka kepadaku.” [HR. Abu
Dawud no. 3893, at-Tirmidzi no. 3528 dan
lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahii-hah no. 264]

Anda mungkin juga menyukai