Anda di halaman 1dari 97

(ADAB HARIAN )

َُ ‫َو َما َخ ل ْق ُت ا ْْل ُن َوا اِل‬


‫نس إ ال ِل َي عْب دو ُِن‬ ﴾ ٥٦ ﴿

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(Q.S. Adz-dzaariyaat)
MAKNA IBADAH

،
‫هي اسم جامع لكل ما يحبه هللا ويرضاه من‬
‫األقوال واألعمال الباطنة والظاهرة‬

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau


rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah
suatu istilah yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-
Nya, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang nampak (lahir)
KEBUTUHAN QALBU TERHADAP NUTRISI

Qalbumu membutuhkan bermacam cahaya hati


(nutrisi). Allah Sang Pembuat syari’ah
menjadikan bagimu sejumlah amal, lantaran
setiap amal memiliki cahayanya (nutrisi)
tersendiri bagi qalbu. (Sayyid
HawwaMudzakiraat fi-Manazilis Shiddiqiin wa-
Rabbaniyyin)
KEBUTUHAN QALBU TERHADAP NUTRISI
Setiap “At-takaaliif-Asyar’iyyah” (kewajiban-kewajiban syar’i)
KEBUTUHAN
yang ditetapkan olehQALBU
Allah TERHADAP NUTRISImemiliki
Subhaanahu wata’alaa
berbagai hikmah-hikmah yang saling berkaitan satu sama lain,
yang keseluruhannya memiliki tujuan yang sentral, yaitu untuk
menyiapkan seorang hamba yang sholih yang dapat mengelola
bumi ini dengan benar dan mempersiapkan dirinya menjadi
Amalan-amalan
hamba yang layak ibadah yangmendapatkan
untuk disyariatkan Allah selain
curahan sebagai
rahmat dan
bentuk ta’abudiyyah
kasih sayang dan dan
Allah di dunia ketundukan seorang
negeri akhirat kelak.hamba (al-
khudhuu’), juga adalah sebagai ishlah (perbaikan) bagi jiwa
dalam membersihkannya dari bermacam kekotoran dan tipu
daya materi, dan ia pula menjadi jalan dalam mengarahkan peri
kehidupan umat manusia kearah yang lebih baik.
‫‪Dicintai Allah‬‬
‫‪Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:‬‬

‫هَّّلل‬
‫إ َّن ا قهاه َّل هم َّن هعاهدى َِّل هوليا فه هق َّد آهذن تهَُّ ِ‬
‫ب ْله ر َِّ‬
‫ب ‪ ،‬هوهما ته هق ر هبَّ إه َّل هع ب ِدى ب هش ى‬

‫ت ُأ ِحب‬
‫رب إه لَّبلن هواف َِّل هح َّّ‬
‫هزال هع ب ِدى يه ته هق َُّ‬
‫َُّ‬ ‫َُّ‬
‫ضت هعله يهَِّ ‪ ،‬هوهما يه‬ ‫َ‬
‫ههت‬ ‫َّء أه هح بَّ إه َّل ِم ا اف‬
‫ِ‬

‫ص َُّر بِهَِّ ‪ ،‬هويههدهَُّ ال َِّّ‬


‫ت‬ ‫َُّ‬
‫سهمع بِهَِّ ‪ ،‬هوبه هصه ُرهَّ ال ِذى ُ‬
‫ي ب ِ‬ ‫هس هعهَُّ ال ِذى يه‬ ‫ك َُّ‬
‫نت َ‬ ‫هَُّ ‪ ،‬فهإذها أه حبه ب تُهَُّ ُ‬

‫هعاهذن أل ِعيهذن هُ‬


‫َِّ‬ ‫هولهئن ا سته‬
‫َِّ‬ ‫عطيه ن هَُّ ‪،‬‬
‫هسأهلهن أل ِ‬
‫َِّ‬ ‫هي ِشى بِها ‪ ،‬هوإ نَّ‬
‫ت َ‬‫ش بِها هور جلههَُّ ال َِّّ‬
‫يه بطَّ َُّ‬
“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku
akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan
untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
‫‪PEMBAGIAN WAKTU SIANG DAN‬‬
‫‪MALAM‬‬

‫ههار هواب تغهآؤ ُكم‬


‫َِّ‬ ‫َو ِم َّن ءهاهيَتهَِّ همنها ُم ُكم بِل ل ي َِّل هوالن‬
‫ك ألهه َي َّ‬
‫ت ل هق و َّم‬ ‫ف هذل ه َّ‬ ‫ِمن فه ضلهَِّ إ َّن َّ‬
َّ
‫همعوهن‬ ‫يه س‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah tidurmu diwaktu malam dan
siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan”. [Ar Rum: 23]
PEMBAGIAN WAKTU SIANG DAN
MALAM
‫ك ر َّم ْحتههت هَِّش ُكهرُجوهعهنَّه َّل له ُك َُّم الل‬
ُ ‫ههووله ِمهعل ن‬
‫ي ه َّل هوالَّن ههاه َّر لته س ُكنوا فيهَِّ هولته ب ته غوا ِمن‬
َِّ‫فه ضلِه‬

“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari
karuniaNya (pada siang hari) dan supaya kamu bersyukur”. [Al Qashahs: 73].
ADAB BANGUN
‫ َوي َقوُ ُم‬، ‫ان ي َنا َ ُم ََّأو َل ال ل َّْي ِل‬ َ ‫صلىَّ هللاُ َعل َْي ِه َو َسل ََّم – َك‬ َ – َّ‫النبي‬ ََّ : ‫َو َع ْن َها‬
َِّ ‫أن‬
‫ مُت َّف ٌَق َعل َْي ِه‬. ‫صلِِّي‬
َُ ‫آ ِخ َرهُ ف َي‬

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam biasa tidur pada awal malam dan bangun
pada akhir malam, lalu shalat. (Muttafaqun ‘alaih) [HR.
Bukhari, no. 1146 dan Muslim, no. 739]

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau,


‫أه ن هرسُوهل ا للَِّّ – صلى هللاَّ عليه‬berkata
‫وسلمصلىَّاللهَّعليهَّوسل َّم– هكا هن يه َّكهرهُ الن وه َّم قه ب هل ال‬
‫هث‬ َّ ‫ع هشا ََِّّءهوا ْله ِدي‬
‫به ع هدهها‬
“Rasulullah shallallahu
An-Nasa-i ‘alaihi meriwayatkan,
dan lainnya wa sallam membenci
bahwatidur
Nabi
sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR.
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
Bukhari, no. 568)
ِّ

َ َّْ ‫ُ ال‬
َّ‫نو ُم َحتى‬ ‫يل فغلب َه‬
،
ِ ‫صلي ِم َنِ الل‬ َُ ‫قو َم ي‬
ُْ ‫أن ي‬ َْ ‫نوي‬
،
ِ ،‫ُ َو ه َُو ي‬‫فراش ه‬ َ ‫تى‬ َ ‫َمنْ أ‬
َ َّ َ ‫ص َدًَ ِ ِمنْ َربّ ِه َع َّْ َّز َو َج‬ َ ‫نوى ْ َ َو‬
،
“ .َ ‫ل‬ َ ُ ‫نو ُم َه‬
َْ ‫كان‬ َ ‫ُ َما‬
‫تبل َ َه‬
َ ِ ‫بح ك‬ َ َِ ُْ‫يص‬
ِ َ ُِ
“Barangsiapa yang naik ke atas ranjangnya sedang ia
telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam
hari, namun ia tertidur hingga waktu Shubuh, maka
ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya
itu adalah sedekah dari Rabb-nya.”
Mengusap bekas tidur di wajah

Kata Ibnu Abbas,

‫ص لى‬- ‫ل‬ َِّ َّ‫ل ال‬َ ‫يق ظَ رسو‬ ‫ست‬


ْ ‫ل ا‬
َ ‫ي‬ َ ‫حت ى إ ِذا انتص‬
‫ف الل‬
َْ
‫عن و ْج ِه َِه‬ ‫م‬ َ ‫لسي ْ َمس‬
َ ‫ح الن ْو‬ َ ‫فج‬َّْ -‫هللا عليه ْوسلم‬ َّ
ََّ ‫ي ِد َِه‬ ‫ب‬
ِ
Kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun,
kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk
yang ada di wajahnya dengan tangannya. (HR. Ahmad
2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Membaca doa ketika bangun tidur

‫ْو َر‬ ‫ي ِه الن‬ َ‫بع د ما أم ا‬


‫تنا و إل‬ ْ ‫يانا‬ْ ‫لحم د هللِ ال َِّذي‬
‫أح‬ ْ ‫ا‬
ُ ِْ
“ Segala puji bagi Allah yang menghidupkan
kami kembali setelah Dia mematikan kami,
dan hanya kepada-Nya kami akan
dibangkitkan.”
‫ش‬
Membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran

Ibnu Abbas menceritakan pengalaman beliau


ketika menginap di rumah bibinya Maimunah,

،
َ‫ر‬ ‫مقرأ الع‬
َّ ‫ي ِد ِهَ ث‬ ‫عن و ْج َِه ِهب‬ ْ ‫م‬َ ‫فجلسي ْمس ح الن ْو‬
ْ َِ َ‫ل عِ ْم َرا‬َِ ‫ن سور ِة آ‬ َّ ْ ‫ت ِم ِم‬
‫ي اتِ الخوا‬
‫اآل‬
ْ
“Beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk
yang ada di wajahnya dengan tangannya,
kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir
surat Ali Imran”. (HR. Ahmad 2201, Bukhari
183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
‫ي َِه و‬ ‫ى هللا عل‬
َّ ‫يصل‬
َ ‫كاَ النب‬
ْ ْ ِ َّ
apabila bangun malam, beliau

Gosok gigi
‫ش‬
‫ك‬
َِ ‫س وا‬
ِ ‫ص فا َه ب ِال‬ ‫و‬ ‫َي‬،‫ل‬
ِ َّْ‫م ن اللي‬ ََّ ‫سل‬
َِ ‫م إ ِذا قا م‬

Nabi Shollallahu’alaihi wassalam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.


(HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu menceritakan, “Kami diperintahkan (oleh
Rasulullah) untuk bersiwak, kemudian beliau bersabda,
‫العبد إذا قام يصلي أتا َه الملك فقام خلفه يستمع القرَآ ويدن َو‬ ‫َإ‬
Membersihkan hidung
Mَ ‫يزالزالَيستم‬
‫ع ويدنو‬ َ‫كفقا َمخلف َهيستم َعالقرََآويدن َوفالَي‬ َ ‫فالَََإالعب َدإذاَقا َميصليَأتا‬
َ ‫هالمل‬
‫حتى يضع فاه على فيه فال يقرأ آية إال كانت في جو َفالملك‬ َ
”Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak mendirikan shalat datanglah
malaikat padanya. Kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya,
mendengarkan bacaan Al-Qu’rannya,
Dari Abu Hurairah dan semakin
Radhiyallahu ‘anhu,mendekat padanya.
Tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
mulut hamba tadi. Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali
sallam
ayat bersabda,
tersebut masuk ke perut malaikat itu.” (HR. Baihaqi dalam Sunan
alKubro 1/38)
،
َ ٍ‫ثرث ال َث م َّرات‬
ِ ْ ‫ستن‬ ْ ‫ي‬ ‫كمَ ِم ْنَمن ا ِم َِهفل‬
ْ ‫يقظ أح د‬ ‫ست‬
ْ ‫إ ِذا ا‬
ْ ‫ي ِم َِه‬
ْ ‫يا‬ ‫ىخ‬ َ ‫ي تَعل‬ ‫ف َِإ ال ْيط اَ يب‬
َ ِ ْ
“Apabila kalian bangun tidur maka bersihkan
bagian dalam hidung tiga kali karena setan
bermalam di rongga hidungnya.” (HR.
Bukhari 3295 dan Muslim 238)
Mencuci kedua tangan
َّ َّ 3 kali

Dari Abu Hurairoh Radhiallahu anhu, Rasulullah


Setan membuat tiga ikatan
Shallallahu’alaihi wassalam berpesan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


َ ْ ‫م ِم‬
،
َِْْ ‫سي د َه ف يِ ا‬
‫لن ا َِء‬
bersabda, َ ْ ‫ن ن ْو ِم ِه ف ال َي ْغ ِم‬ َ ْ ، ‫يق ظَ أح دك‬
‫ست‬ْ ‫إ ِذا ا‬
َْ ‫ت‬
‫تي د َه‬ ‫ينَب ا‬ ‫ث اً فِإن ََّه اَلي ْ َد ِري أ‬
‫حت ىي ْغ ْسِله اث ال‬
ْ َّ
‫ ِر‬M ‫ض‬
ْ ‫ ي‬، ‫ ٍَد‬M ‫م ث ال ثَ ع ق‬َ ‫م إ ِذا ه َو ن ا‬ َِ ‫قافي َِة رْأ‬
َ ْ ‫ ِد ك‬M ‫س أ ح‬ ِ ‫ال َّ ْيط ا َ عل ى‬
ُ ‫عق َد‬ ِ
Apabila kalian bangun tidur maka janganlah dia
‫ان‬
ْ ‫ل‬ َّ َّ‫ظَ ف ذ ك َر ال‬M‫تي ق‬
ْ ‫اس‬ْ ََِ ‫ِإ‬M‫ ف‬، ‫ ْ َد‬M‫ا ْر ق‬MM‫ل ف‬َ ‫ل ط ِوي‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ل‬MM‫ي َك‬
ْ ‫ل‬MM‫ق َد ٍَة ع‬M
ْ M‫ل ع‬ََّ M‫ب ك‬
َ
mencelupkan tangannya ke dalam wadah, sebelum
dia mencucinya 3 kali, karena dia tidak
mengetahui dimana tangannya semalam berada.”
(HR. Bukhari dan Muslim 278).
‫ح‬
َ ‫ب‬M ‫ص‬
ْ ‫ق د َة فأ‬M
ْ M‫حلت ع‬
ََّْ ‫ان‬
ْ ‫ى‬ َّ ‫ل‬MM‫ فَِإ َْ ص‬، ‫عق د َة‬
ْ ‫حلت‬
ََّْ ‫ان‬
ْ ‫ضأ‬ َّ ‫ فِإ ََْ ت و‬، ‫عق د َة‬
ْ ‫لت‬
ََّْ ‫ح‬
َ
َّ
َ ‫سال‬ْ َ
‫ك‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ن‬
َِ ْ َّ ‫ال‬ َ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫خ‬
ِ َ ‫ح‬ ‫ب‬‫ص‬ْ ‫أ‬ َِ ‫ن ِيطاً ط ي بَِ ال َّن َف‬
‫ وإاَِل‬، ‫ْس‬ ُ

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah


seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan,
“Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada
Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu
ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir.
Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan
seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan
Muslim no. 776)
Kenapa susah bangun

Dari Ibnu Mas’ud ia pernah berkata, “Di hadapan Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang
seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang
pagi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

‫لب ال ال‬
َ ‫ذاك رج‬
‫ه‬
َِِ ‫فى أ ذن‬
ِ َ ‫ه – أ ْو َقا‬
–‫ل‬ َِ ‫َفى أ ذن ْي‬
ِ َ‫َّ ْيط ا‬

lain: di telinganya-”
“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua
telinganya -dalam riwayat
(Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 3270 dan Muslim no.
774)
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

a. Shalat Malam (Qiyamulail)

79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
Terpuji. (QS. Al-Isra)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada .16
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki
yang kami berikan.
(QS. As-Sajdah)
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: .

‫صالة ُالل ْي ُِل‬


َ ُ،‫ض ِة‬ ْ ْ‫صالةُِال َمف‬
َ ‫رو‬ َ ُِ‫أفض اُل ل صالة‬
َ ‫ب ْع َُد‬ َ
Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di
malam hari.” “
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

(HR. Muslim)
Hasan Al-Basri berkata : “Saya tidak mendapatkan sedikitpun dari ibadah yang lebih
berat dari pada shalat di tengah malam”. Kemudian ada seseorang yang bertanya
kepadanya, “mengapa wajah orang yang rajin shalat tahajjud paling bagus ?” Dia
menjawab, “Karena mereka suka menyendiri dengan Ar-Rahman (Allah SWT) lalu
Dia memberikan sebagian cahaya-Nya kepada mereka”.
Beberapa faktor yang dapat membantu bangun untuk sholat malam adalah
:
Memiliki Niat yang kuat untuk melaksanakan shalat malam
Memahami keutamaan shalat malam
Jangan terlalu banyak makan
Jangan membebani diri dengan pekerjaan-pekerjaan berat lagi banyak
Apabila memungkinkan melakukan tidur siang agar mudah bangun malam
Waktu Sholat Malam 6. Jangan berselimut

Shalat tahajud boleh dikerjakan di awal, pertengahan atau akhir malam. Ini semua
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Anas bin Malik mengatakan :
‫ص ِل يا إ ال‬
َ ‫ف الل ْي ِل م‬
ِ ‫سل َم‬ َ َُِّ‫شاء أنْ َن رى ر سو َل ا لل‬
َ ‫صل ى ا ل َُّل َعل ْيهُِ َو‬ َ ‫َمنَائ ًم كان اإ ن‬
ُ ‫شاء أنْ َن راه‬ ْ ‫رَأ‬
َ ‫ي ناه َواَُل ن‬

ُ‫أي نَاه‬
ْ ‫ال َر‬
“Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam
hari mengerjakan shalat kecuali pasti kami melihatnya. Dan tidaklah kami bangun melihat
beliau dalam keadaan tidur kecuali pasti kami melihatnya pula.” (HR. Bukhari)

Namun waktu utama untuk shalat malam adalah di akhir malam, sebagaimana
perkataan ’Aisyah radiyallahu anha ketika ditanyakan mengenai shalat malam
yang dilakukan oleh Nabi SAW.
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH
‫رج ع إ ََُل‬
ِ ‫ي‬ ُ ‫ص ِل ى‬
َ ‫ث‬ َُ ‫ف ي‬
َ ، ‫آخره‬
ِ ‫ي قو ُم‬
َ ‫ي نا م أ وله َو‬ َ ‫َك‬
َ ‫ان‬

ُِ‫ان به‬ َُ ‫ ن َو‬, ‫ ِذ‬lalu ‫ فإ َذا أذ نَُا“ ْل مَؤ‬، ‫اش ِه‬


َ di َ‫ك‬awal ْ‫فإن‬،ُmalam‫َثب‬ ِ ‫ف ُر‬

Nabi ‫ضَأ َُُو َخ َر َُج‬ ‘alaihi ‫ت َو‬ َ َ‫ا ْغت‬biasaٌ‫اجة‬


َ ‫ َوإال‬sallamُ،wa‫س َل‬ َ ‫ َُح‬tidur
shallallahu

beliau bangun di akhir malam. Kemudian beliau melaksanakan


shalat, lalu beliau kembali lagi ke tempat tidurnya. Jika terdengar
suara muadzin, barulah beliau bangun kembali. Jika memiliki
hajat, beliau mandi. Dan jika tidak, beliau berwudhu lalu segera
keluar (ke masjid)”. (HR. Bukhari)
Waktu paling utama untuk melaksanakan Sholat Malam
ٍ ‫صل ى أرب َع ر َُك َعا‬
‫ت‬ ْ ‫ان َوالَُ غ ْْي ِه َعلى‬
َ ‫ ي‬، ً‫إح َدى َُعشْرةَ ر ْك َعة‬ َ ‫ض‬َ ‫ف ر َم‬ َ ‫َما َك‬
ِ ‫ان يزي د‬

‫أرب‬
َ ‫ى‬
ُ menambah ‫صل‬
َ ‫ثي‬ ْ ‫نْ ح‬di‫سألُْ َع‬
ُ ،‫ ِل ُن‬shalat‫ ِه ن َوط و‬malam‫سن‬ ْ ‫فالَ ت‬

‫ص‬ ُ
َ ‫ثي‬ ، ‫‘ ِو ِل ُن‬alaihi ‫ ِه ن َوط‬wa‫س ِن‬
ُْ ‫ ح‬sallam ْ‫َعن‬ ‫أ ْل‬tidak‫تس‬ َُ ُ ‫ًعا‬
ُْ َ‫ال‬pernah‫ف‬

“Rasulullah ًُ
‫ثالث‬ ‫ل ى‬shallallahu
bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 raka’at. Beliau melakukan shalat
empat raka’at, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian
beliau melakukan shalat empat raka’at lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan
panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat tiga raka’at.” (HR. Bukhari; dari
‘Aisyah radiyallahu anha)
‫‪MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH‬‬

‫صويلالتةَ ْْيِر‬
‫رأل ْكر َع متقَ ِْْي نط َ‬ ‫‪Zaid bin Kholid Al Juhani mengatakan :‬‬

‫تي ل ْيُِْةَ‬
‫وسلمون‪ -‬االللل ْ‬
‫َ‬ ‫صل ىصل ُى ر ُْكالله َعت ْْيِعليه َو َُها ُد‬ ‫سطوويلِ ِْْ‬
‫لتاي ل َِّل ُ‬
‫ث‪َ -‬‬
‫تي َو َُها َُُ‬
‫دون‬ ‫صل ىى ر ْك َع ُِْْ‬
‫ث َ‬ ‫ي َخفُِيفَ ِْْ‬
‫تي ُ‬ ‫لص ل ه َمىا‪ .‬ثُُر ْك َعت َ‬
‫صل ِْْ‬ ‫قَف ْب َ‬

‫صل ى‬ ‫ث َ‬‫ق ْب ل ه َما ُ‬ ‫صل ى َْرك َعتَ ِْْي َو َُها د ُو َن الل تَ ُِْْي َ‬ ‫ق ْب َل ه َما ُ‬
‫ث َ‬ ‫الل تَ ُِْْي َ‬
‫َْرك َُعتَ ِْْي َو َُها ُ َ‬
‫دون الل تَ ُِْْي‬

‫‪“Aku‬‬ ‫‪pernah‬‬ ‫‪memperhatikan‬‬ ‫‪shalat‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪َ oleh‬عشْرةَ ر ْك َعُ‪dilakukan‬ةًُ‪.‬‬


‫‪yang‬‬
‫ت َُر فَ َذلِ َك‪َ Rasulullah‬‬
‫ثالث‬ ‫أو َ‬ ‫ق ْب ل ه َما ُ‬
‫ث ‪ْ shallallahu‬‬ ‫َ‬
‘alaihi wa sallam. Beliau pun melaksanakan 2 raka’at ringan. Kemudian setelah itu beliau
laksanakan 2 raka’at yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at
yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang
lebih ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari
sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari
sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah beliau laksanakan shalat
malam ketika itu 13 raka’at.” Ini berarti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan
witir dengan 1 raka’at.(HR. Muslim)

Beberapa keutamaan shalat malam adalah :


1. Mendapatkan Kedudukan yang Mulia
79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
(QS. Al-Isra)

Dikabulkan
Do’a .2:Dari Jabir bin ‘Abdillah ra., ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW

ْ‫سأ ل هللاَ َخ ْْيا ِمن‬ ْ ‫ الَ ي َواف ق َها ر ج ٌل م‬،ً‫سا َع ة‬


ْ َ‫سلِ ٌم ي‬ َ ‫ف الل ْي ِل ل‬
ِ ‫إ ن‬bersabda
ِ ‫أ ْم ِر الدُّنْ يا َو ْا‬
ُ ‫آلخر ِة إاُل أعْطاه‬

“Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang .ُ‫ة‬
ٍ ‫ل‬muslim ‫َك ك ل‬
ْ memohon‫ َو َذل‬، ‫إ يَّه‬
‫لي‬
kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan
kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam” (HR. Muslim)
Jalan mendekatkan diri kepada Allah

َ ‫أي قَظَُأهْله ُف‬


ِْْ ‫صل يَا ر ْك َع‬
‫ كتبا ِم َن ال‬،‫تي ََِج ْي ًعا‬ ْ ‫ي قَظَ ِمنَُالل ْي ُِل َو‬
ْ ‫ت‬ َ ‫س‬ْ ‫ َمنُِا‬SWT .3
ُْ ْ َ
.‫ت‬
ُِ ‫ين هللاَ كثيًا َوال ذاكرا‬ َ ‫ذاكر‬
ُِْ
“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka
shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita
yang banyak berdzikir kepada Allah.” (HR. Abu Dawud)
MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN IBADAH-IBADAH NAFILAH

4. Mendapatkan cinta Allah SWT Dari Ibnu Mas’ud ra., ia menuturkan pula, Rasulullah
SAW bersabda:
ُِ‫فراش ِه َواِِل فِه‬
ِ ْ‫لي ل ٍة بَر َد ٍة ِمن‬
ْ ‫ف‬ِْ ‫ق ا َُم‬ ُِْْ
َ ‫ ر ج ٌل‬:‫جلي‬ ْ َ‫أالَ إ ُن هللا‬
‫يض َح ك إ َل ر‬

‫ َما‬:ُِ‫قو ل هللا َع ز َو َج ل ل َمالَئ َكته‬


ْ ‫ي‬ ُ ‫ت َو ضَأ‬
َ ،‫ث قا َُمإ ََُل ال صالَ ِة‬
َ ‫ف‬ َ ،‫َو ِدثَر ِه‬
َ ‫ف‬
‫ َد َك َو‬bangun ْ‫ ًء َما ُ ِعن‬pada‫ َُّرب نَا ُ َر َجا‬:‫قول ْو َُن‬
ْ ‫ي‬ َ ‫ي َه َذا َعلى َما‬
َُ ‫صنَ َع؟‬
َ ‫ف‬ ُْ ‫ََح َل َع ْب ِد‬
‫ ت‬terhadap‫ قَ ْد َُأ ْعطَ ْي‬dua ُّ‫ فَُِإ ن‬:orang‫قو ُل‬
ْ ‫ي‬
َ ‫ُف‬
َ -،laki‫ َد َك‬: ْ‫ن‬Seseorang‫ع‬ ُ ‫ا‬ ‫م‬ ًُ‫شفَُقَة‬
َ yang
laki ِ ُ ِ
“Ketahuilah, sesungguhnya .ُ ُُ‫ منْ ت هُ ُِم اُ ا‬Allah‫ َجا َوأ‬tertawa‫ه َما ر‬
malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu’ dan melakukan shalat. Allah SWT
berfirman kepada para Malaikat-Nya, ‘Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?’ Mereka
menjawab, ‘Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu dan takut
dari apa yang ada di sisi-Mu pula.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya
apa yang ia harapkan dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.'” (HR. Bukhari)
5. Sifat Orang yang bertakwa dan Ahli Surga
15.Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan
mata air-mata air; (16). Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan; (17). Di dunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam; (18). Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu
pagi sebelum fajar. (QS. Ad-Dzariyat)
b. Senantiasa membaca Al-Qur ’an

Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu


mempertajam pandangan yang sudah tumpul, merupakan
pemusnah pandangan-pandangan yang sempit dan obat
bagi hati yang sedang sakit. Apabila seorang mukmin
sudah konsisten membaca Al-Qur ’an dengan tenang,
tadabbur dan khusyu’ maka akan terbukalah belenggu-
belenggu yang memborgol hatinya dan akan terpancar pula
cahaya Al-Qur ’an di dalam jiwanya. Itulah yang diserukan
Allah SWT kepada kita dalam firman-Nya :
29. Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Ash-Shad)
Dari Abdullah Bin Mas’uud Radhiyallohu anhu Tidaklah
berkata:seorang
“ hamba di
tentang dirinya kecuali dengan
-qur’an,
Al jika ia mencintai
-qur’an,
Al maka sesungguhn
mencintai Allah dan ”.
Rasulnya
Dari Abdullah Radhiyallahu anhu: “Barang siapa ingin mengetahui bahwa
dan Rasulnya, maka lihatlah, jika ia mencintai
-qur’an maka ia mencintai Allah dan
Al Rasulnya”.

c. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT

Yang dimaksud dengan dzikir adalah : Merasakan keagungan Allah SWT dalam
semua kondisi. Dzikir tersebut bisa berupa dzikir fikiran (dzihmi), hati (qolbu), lisan,
atau perbuatan (fi’il). Dzikir perbuatan yang kita maksud di sini adalah mencakup
tilawah, ibadah dan keilmiuan. Makna dzikir seperti inilah yang banyak dijelaskan oleh
Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Perintah berdzikir kepada Allah SWT secara kontinyu banyak kita temukan dalam ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW.

152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-
Back
Baqarah)
ُ
‫ َر‬:ُ ‫'إ اُل ِظله‬alaihiُ‫اَل ِظ ل‬wasallam‫ف ِظل ُِه َي ْو َُم‬ ِْ beliau ‫اهلل‬ ‫م‬
ُ ‫ه‬ bersabda ‫ل‬ ِ ٌ‫س ْب َعة‬
‫ظ‬ ‫ي‬ َ :
Abu Hurairah ُ ‫نَاه‬radliallahu ‫ي‬ َُ ‫ف فَا‬
ْ ‫ضتُْ َع‬ َ 'anhuُ ‫ َخاليا‬dariَ‫ َُرهللا‬Nabi‫ ج ٌل ذ َك‬shallallahu
"Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah (salah satunya) adalah seseorang yang berdzikir
kepada Allah hingga meneteskan air matanya. (HR. Muslim)

‫ي‬ ِ ُُّ ‫ي َرة – رضى هللا عنه – قا َل قا َل الن‬


َ «– ‫ب – صل ُى هللا عليه وسل ُم‬ ْ ‫ب ه َر‬
ِ ‫َعنْ أ‬
‫قو ل ا ل َُّل‬
‫س ِه ذ َُك ْرت ه‬ ِ ‫ف َن ْف‬
ِ ‫ فإنْ ذ َك َر ِن‬، ‫أن َم َعه إ َذا ذ َك َر ِن‬ ُِِ ‫أن ِع ْن َد ظ ِن َع ْب ِدى‬
َ ‫ َو‬، ‫ب‬ َ ‫ت َعا َل‬ َ
ٍ ْْ ‫بش‬
‫ب‬ ِ ‫رب إ َل‬ ُ َُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ ُْ ‫ َِو‬، ‫ف َمٍأل َخ ٍْْي ِمنْ ه ْم‬
َ ‫إن‬ ِ ‫ف َمٍأل ذ َك ْرت ه‬ ِ ‫ف َن ْف‬
ُِِ ‫ َوإنُْذ َك َر ِن‬، ‫سى‬ ِ
َُ ‫ق‬
‫رب‬ َ ْ‫ َوإن‬،ُ‫ق رب ت إل ْي ِه ِذرا ًعا‬
َ ‫ت‬ َ ‫ت‬
َ

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu »ًُ‫' َه َْر َولة‬alaihiُ‫ي ت ه‬ْ ‫ُ أت‬ َ wasallam ‫أتَ ِن‬
ِ َُ‫ي‬beliau،ُ ْ‫ َوإن‬bersabda‫ إل ْي ِه بَ ًعا‬:‫' ت‬Allah‫رب‬
‫شى‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ت‬ َ ‫ا‬Subhanahu‫إ َل ِذ َرا ًع‬
wa Ta'ala telah berfirman: 'Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku
akan bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya,
maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di tengah orang
banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah orang banyak yang lebih baik
daripada mereka. Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat
kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat
kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari.‘ (HR. Buhari dan Muslim)
َ ‫س َوالقَ َم َر َوأْل ِظل ةَ ل ِذ ْك ِرهِللا‬
‫ت َعا ََُل‬ َ ‫أحبُُّ ِعبادِهِللا إ ََُل هِللا ال ِذ‬
َ ‫ين ي راع ْو َن ال ش ْم‬ َ
“Hamba yang paling dicintai Allah ialah orang-orang yang menjaga matahari, bulan dan
bayang-bayang untuk mengingat Allah”. (HR. Thabrani dan Al-Hakim)

Orang yang menghendaki akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya
berupa bacaan istighfar, tahlil, shalawat, atas Rosululloh SAW dan dzikir-dzikir
ma’tsur lainnya, sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir
terus-menerus seperti tasbih, istighfar , tahlul, takbir atau hauqalah (laa haula
walaa quwwata illa billah), untuk menambah program rutin tersebut dengan
berbagai shalat, ibadah dan amalan-amalan lainnya. Kesucian dan ketinggian
jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan
sarana-sarana tazkiyah tersebut.
‫والذي نفسي بي َده لقدَ هممت أن آمر بحطب فيحطب ثم آمر بالصالة فيؤذن لها ثم آمر رجال فيؤم الناس ثم أخالف إلى‬
‫رجال فأحرق عليهم بيوتهم‬

”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan
orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka
untuk menegakkan shalat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku
memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang
yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,

ِ ‫صلِّ َِى‬
‫فى‬ َُ ‫ف ي‬
َ ‫ِص ل َُه‬ َْ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َف َسأ َل َرسُو َل ال ََِّّل‬. ‫نى إل َِى ْال َمسْ ِج َِد‬
َُ ‫أن‬
َ ‫ير ِّخ‬ َ ‫يا َ َرسُو َل ال ََِّّل ِإن َُّه َلي‬
ِ ‫ْس لِى اَِئ ٌَد ي َقوُ َُد‬
.» ْ‫ اَ َل « فَأ َِجب‬. ‫نع ْم‬ َْ ‫ص ل َُه ف َل ََّما َولىَّ َد َعاهُ ف َقا َ َل « َه ْل‬
َ ‫ ف َقا َ َل‬.» ‫تس َم ُع ال ِّن َِدا َء باِلصَّال َِة‬ َ ‫فر َّخ‬
َ ‫َبيْت ِه‬

”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi
saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah
untuk tidak shalat berjama’ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian
Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak
beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya,“Apakah kamu mendengar
adzan?” Ia menjawab,”Ya”. Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.”
[HR Muslim]

‫ا‬ ‫ِذ م ِة‬ ِ ‫الصُّ ب هحَّفه هُ ه َّو‬


‫ف‬ ‫هم ن هصل ى‬

‫ب هش ى‬
ِ ‫ن ِذ َِّمت ِه‬ ‫للُّ ِم‬ ‫ا‬ ‫للَِّّفهاله يهط لبه ن ُك ُم‬
‫يهكب هَُّفَِِّهنَ ِر هجههن ه َّم‬ َُّ ‫َّءفه ي دره ِكهَُّفه‬

“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan


Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat
Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya
dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka
jahannam.” (HR. Muslim no. 657)

َ ًَّ‫ْن َد َخ َل ْال َجن‬ َْ ‫صلىَّ ْال‬


ِ ‫بر َدي‬ َ ْ‫َمن‬
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh
dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan
Muslim no. 635)

‫ان َم ْشهُو دَا‬ َْ ‫آن ْال‬


َ ‫فج ِر َك‬ َْ ‫آن ْال‬
َ ُْ‫فجرِ ِإنَّ ر‬ َ ُْ‫َو ر‬

“Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al


Isro’: 78) (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/250, Asy Syamilah)
‫هوهصهعل نى هجااللهُب رهعلبه ينِهَِّ‬
‫هوه َسههسرهةَّل هم––‬
‫هرإضهذاهي اللَّهُىَّهعا نلهَُّهف‬‫ِ‬
‫ج–هر‪،‬ته• هرقهب اهعهلف‪:‬‬
‫ّ‬ ‫َُّ‬
‫الهنساهَِّلن• هحبّ ت–‬
‫ِ‬ ‫ههك َم‬
‫هصَّل‬
َُّ ‫تهبهط هلساهعن ياهلد ش هصمح ي‬
َّ‫س هحهح ة‬
ِ ِ ِ
‫َّهرهواهَُّ أهب َّوه َّدا ُوه َّد‬،‫َّح ي ٌَّح‬
ِ ‫ص‬ ‫ه‬ ٌ
‫ث‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫هح‬ . ‫ء‬
َّ َّ ‫سنها‬
َُّ‫هوهغ ْيَّه‬

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhuma, ia


berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu apabila
telah melakukan shalat Shubuh, beliau duduk bersila di
tempat duduknya sampai terbitnya matahari yang putih
indah sinarnya.” (HR. Abu Daud dan selainnya
sanadnya shahih) [HR. Muslim, no. 4851; Abu Daud,
no.
4850]
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa

‫ْ م‬ ‫ماُهَُّلل‬
sallam bersabda, ‫مكورهَا‬
ِ ‫مب‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ى‬
ِ ِ ‫ت‬‫م‬ ‫أل‬ ‫ك‬‫ار‬
ِ َ ‫ب‬

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi


wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang
meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa
membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi
kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr
bin Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)
Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,

َ ‫م‬ َ ‫ََ م‬ ‫َأ‬ ‫م‬ َ ‫م‬


‫ارمب وا‬
ِ ‫س ِد دوا َوق‬ َ ‫ين َح ٌد ِإال غل‬
َ ‫ف‬،‫ب ه‬ َ ‫ َول ْن ي َشاد ال ِد‬، ‫ين ي ْس ٌر‬
َ ‫ِإن ال ِد‬
‫ْش مروا‬ِ ‫َوَأب‬
ْ ْ ‫م‬
ْ ‫ َوا ْستَ ِعي نوا بِال َغ ْد َو ِة َو‬،
‫الرو َح ِة َو َش ْى ٍء ِم َن ال ُّدل َج ِة‬
“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani
dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah
kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan
menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal)
maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik
amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi
dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir
malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)
‫َ َم‬ ْ ‫تَأ َك ْم‬
ْ‫ملكن‬
َ َ ‫طثِ ِرملي ا َع ًر ْاال َجال َكاش ِهلِ ْم َن مي ل ِةاَ س فيَف يَقِإوذضْ مام َح ِمط‬
َ

‫امهشب ْمالسم م ِذس‬


َ َ‫ص َوايَللُت‬ ِ َ‫و َعممن‬
َ ‫ت‬

‫َ م‬
‫ص َو لِكىا ن فِواي ِه َي‬
َ ‫ق امي َم‬
َ ‫ى‬
َ‫ف ا يَأْل َْغمخ َدماة‬ ‫و‬ ‫ن‬‫َأ‬
َ ِ َ َ ‫ح‬ ‫ْثو‬
‫ب‬
‫م‬
•‫تَال َحصُّ د‬

. ‫ذون فِى م‬
َ ‫َحتى‬

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat


duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari
terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat
shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai
perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)
Berdzikir dan berdo’a

َ ‫ ل َ إلِـَه َ ِإل َّ هللا ُ َوحْ‘ َده ُ ل َ َش‘ ِري‬،‫ َو ْال َح ْم َُد لِ ََِّل‬،‫ك لِ ََِّل‬
،‫ْك ل‘ َُه‬ ُ ‫أصب َح ْالم ُْل‬
َْ ‫بحنا َ َو‬ َ ْ ‫أص‬
َْ
ِ ‫ك َخيْ َر َم‘‘ا‬
‫ف‬ َُ ‫أس‘أ َل‬
َْ ‫ َر ِّ ِب‬.ُ‫ك ِّ ِل َش‘يْ ء َ ََِديْ ر‬ ُ ‫لى‬َ ‫ك َول َُه ْال َح ْم َُد َوه َُو َع‬ ُ ‫ل َه ُْالم ُْل‬
َ ‫‘ذا ْالي‘ َْ‘و ِم َو‬
‫ش ِِّر َم‘‘ا‬ َ ‘‫ش ِّ ِر َما ِفيْ َه‬ َ ْ‫بك ِمن‬ َِ ُ ‫‘ َوأ َُع ْوذ‬،ُ‫يْ َه َذا ْال َْيو ِم َو َخي َْر َما ب ْ َع َده‬
‫ك ِم نْ َع‘‘ َذا ب‬ َِ ‫ب أ َُع ْوذ ُ ب‬ ِ ِّ ‫ َر‬،‫بر‬َِ ‫س لِ َوس ُْو ِء ْال ِك‬َ ‫ب َك ِم َن ْال َك‬ ِ ُ ‫ب أ َُع ْوذ‬ِ ِّ ‫ َر‬،ُ ‫ب ْ َع َده‬
‫قب ِر‬ َْ ‫ِفي النا َّ ِر َو َع َذ ا ب فيِ ْال‬

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala
puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian.
Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon
kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai
Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari
tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan
siksaan di alam kubur.”
Pertama: Mengucapkan tasmiyah

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

ِْ ‫فى ََّأولِ ِه ف َْلي َق ُْل‬


ُ ‫بس ِم اللََِّّ ََّأو َله‬ ‫لى‬
َ َ ‫ا‬ ‫تع‬
َ ََِّّ‫الل‬ ‫م‬ ْ‫اس‬ ‫ر‬
َ ُ
‫ك‬ َ
‫يذ‬ْ ‫أن‬
َْ ‫ى‬
َ ‫س‬ َ
‫ن‬ ‫ن‬ ْ ‫َإ‬‫ف‬ ‫لى‬
َ َ ‫ا‬ ‫تع‬
َ ََِّّ‫الل‬ ‫م‬ ْ‫اس‬ ‫ر‬ ُ
‫ك‬ َ
‫يذ‬ْ ‫ك مْف ْ َل‬ َ ‫إ َِذا‘ أ َك َل‬
ُ ‫أح َُد‬
ِ َ ِ ِ َ ِ
ُ ‫آخ َره‬
ِ ‫َو‬
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia
menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah
Ta’ala di awal, hendaklah ia awwalahu wamengucapkan: ‘Bismillaahi
aakhirohu (dengan nama
Allah pada
akhirnya)’. (“HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi awal Dari
no. 1858) dan
Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُْ َ ‫أن ل‬ َّ ‫يستح ل‬ َ
‫يذ َك َر اسْ ُم ال ََِّّل َعل َْي ِه‬ َْ ‫الطعا َ َم‬ َِ َ ْ ‫إن ال َّش ْيطا َن‬
َِّ
“Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama
Allah padanya.”
Kedua: Makan dengan tangan kanan
Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah

ُ
‫ش هأمهالِهحهَِّدهكويه َّم شفهه ر‬ َّ َُّ ُ ‫ إه َي هذا‬riwayat
ِ ‫ب هل‬ ِ ‫ك أهلهك‬ ,

‫هوإهذا هشر هبَّ فه ليه شهر‬ َِّ َِّ‫نه‬.‫ش همبايهلِهَِّ ِمي‬ِ َّ‫ك ل‬ َُّ ‫ليهأ‬
ُ ِ‫ب ب‬
َّ ‫بَّ بِيه ِميَِّنهَِّ فهإ َّن ال ش يطها‬
‫هن‬

“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia


makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya
juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan
dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kirinya pula.”[6]

Ketiga: Tidak makan yang di hadapan orang lain (ketika makan


dalam satu nampan)
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

َّ ‫ه‬
bersabda padanya, “Wahai anak, sebutlah nama Allah, ‫ك‬ ُ
‫يهلي‬dan‫ك‬

ُ ‫و‬dengan‫ ه‬، ‫هس َِّم ا هَّّلل‬tangan‫ي‬


َّ ‫ك َّل بيه ِمين ه‬
‫ َّل ِ َّم ا‬makanlah‫ك هو‬ ََّ ‫ه‬

‫غاله َُّم‬
kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.”[7]
Keempat: Makan dari sisi luar (pinggir), tidak dari tengah
Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َّن هو‬ َ ‫ِم َّنهحَّافه ته يهَِّهولَّه‬


‫هت ُكلُوا ِم‬
َِّ‫هسطه‬
ِ
“Barokah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan
dari pinggirnya dan jangan memulai dari tengahnya.”[8]
Kelima: Tidak makan dalam keadaan bersandar
Dari hadits Abu Juhaifah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َُّ ‫َّإن ال َب هك ةهَّ تهن‬


‫زل هو هس هطَّ الط هعاِ َّم فه ُكلوا‬ ‫هه‬
“Adapun saya tidak suka makan sambil bersandar.”[9] Al Hafizh Ibnu
Hajar menyatakan bahwa bersandar di sini sifatnya umum, tidak
dikhususkan bentuk bersandar dengan sifat tertentu.[10]
[1] HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At
Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih
[2] HR. Muslim no. 2017
‫ئا‬ ‫ك‬
ِ ‫ت‬ ‫م‬
ُ َُّ ‫أهما أه ََّهن فه الَّه آ ُك‬
‫ل‬
[3] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/521, Darul Ma’rifah,
Beirut, 1379.
[4] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah, Ibnu
‘Allan, 5/120, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah,cetakan pertama, 1424 H.
[5] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah, 5/128-
129.
[6] HR. Muslim no. 2020
[7] HR. Bukhari no. 5376
[8] HR. Tirmidzi no. 1805 dan Ibnu Hibban no. 5245. Abu ‘Isa At
Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. [9] HR.
Tirmidzi no. 1830 dan Ibnu Hibban no. 5240. Abu ‘Isa At Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[10] Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad ‘Abdurrahman bin
‫ه ه ه‬
‘Abdirrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Alaa, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah,
َُّ‫ره هَُّ تهرهك ه‬
Beirut, 5/454
‫هك ه ه‬
Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak

menyukainya َُّ
maka beliau
‫ ما عابَّ الن بّ ِ – صلى هللا‬disukaiDari Abu Hurairah, ia berkata
,

َُّ ُ َّّ‫عليه وسلم – طههعا ًما• قهط‬


‫ هوإ َّن‬، ‫إن ا شته ههاهَُّ أه هكلهه‬
َِّ ،
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan
sekali pun dan seandainya beliau memakannya dan bila tidak
menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).”[1] Ibnu
Baththol rahimahullah mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada
Allah Ta’ala. Karena jika seseorang telah menjelek-jelekkan makanan
yang ia tidak sukai, maka seolaholah dengan ucapan jeleknya itu, ia
telah menolak rizki Allah.”[2]
Ketujuh: Makan secara bersama-sama dan tidak makan
sendirian

Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa

ََّ ‫ ه‬parasahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata


‫ي‬ ,

‫ك‬ َُّ
ُ ‫ قهاه َّل « فه لههعل‬.‫شبهع‬ ‫هن ُك َُّل هولَّه نه‬
َ ‫هرسُوه َّل ا للَِّّ إ ََّن‬
‫ققههااههلَّ َّل أهب«وفهاهدا‬.‫ قهالوا نه هع َّم‬.» ‫قوهن‬ َّ َُ‫َّم ته فهت‬
‫ك ه َّمم هواذ ُكر َّوا ا‬ ُ ‫ج ُوتهه َّد ِمإ ُعهذواا هع ُكله نىهتَّطههعفَِِّا ِمهولي‬
‫ض ه َّع ال هع‬ ِ َُّ
‫و‬ ‫فه‬ َّ ‫ة‬.» َِّ‫ك َّم فيه‬ َّ ‫سه َّم ا للَِّّ هعله يهَِّ ي بهاهر‬
ُ ‫ك له‬
.‫دار‬ ‫ال‬ ‫ب‬َُّ ‫هصاح‬
ِ َّ
‫ك‬ ‫ه‬ ‫له‬ َّ
‫هن‬ ‫هذ‬ ‫ي‬
َ ‫ه‬ ‫ت‬َّّ ‫ك َّل ه َّح‬
ُ َ
‫هت‬ ‫ه‬َّ ‫ال‬ ‫فه‬ َُّ
‫ء‬ ‫هشا‬
َِّ
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa
kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-
sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian
makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian
akan diberi berkah padanya.”[3] Ibnu Baththol berkata, “Makan
secara bersama-sama adalah salah satu sebab datangnya barokah
ketika makan.”[4]
Kedelapan: Tidak membiarkan suapan makanan yang terjatuh

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,
َ ‫ان ِب َها ِمنْ َأذ ى َو ْل يَأ ْ ُك ْل َها َول‬
َ ‫أح َِد ُك ْم ف ْ َليَأ ُْخ ْذ َها ف ْ َلي ُِم ْط َما َك‬ َ ْ ‫ِإ َذا َو َع‬
َ ُ ‫ت لقُْ ًَم‬
‘‫ََيدعْ َها‬

“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah


kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang
bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.”[5]
Kesembilan: Menjilat tangan sebelum mencuci atau mengusapnya

‫ان‬ َ ‫لش‬wa
‫يط‬
Lanjutan dari hadits Jabir sebelumnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
ِ ‫ل‬
sallam bersabda,
ْ َّ ِ

‫ى َطعا َ ِم‬ ِّ ‫أ‬ ‫فى‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫يد‬


َ َْ َ ‫ل‬ ُ ‫ه‬
َّ ‫ن‬
ِ ‫َإ‬‫ف‬ ُ ‫ه‬
َ ‫ع‬‫اب‬ َ
‫ص‬ ‫أ‬ َ
‫عق‬ َ
‫ل‬ ْ ‫يل َحتىَّ ي‬
ِ ‫َول َ ي ْ َم َسحْ ي َده ُ ِب ْال ِم ْن َِد‬
َِ ِ ِ ِ
ُ‫ك‬ًَ ‫بر‬َ ‫ِه ْال‬
“Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya.
Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.”[6]

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Menjilat jari (seusai makan)


adalah sesuatu yang disyari’atkan (dianjurkan). Alasannya sebagaimana
yang disebutkan di akhir hadits, yaitu karena orang yang makan tidak
mengetahui di manakah barokah yang ada pada makanannya. Makanan
yang disajikan pada orang yang makan benar-benar ada barokahnya.
Namun tidak diketahui apakah barokahnya ada pada makanan yang
dimakan, atau pada makanan yang tersisa pada jari atau pada
mangkoknya, atau pada suapan yang terjatuh. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya seseorang memperhatikan ajaran ini agar ketika makan pun
bisa meraih barokah. Pengertian barokah pada asalnya adalah
bertambahnya dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan
dengannya.”[7]
Kesepuluh: Memuji Allah dan berdo’a seusai makan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫ ُغف َِر َل هُ َما ت َق ََّد َم ِم‬. ‫ى َول َ وَُّ ة‬
ِ ‫نى َه َذا َو َر َز َنِي ِه ِم نْ َغي ِْر َح ْو ل ِم ِّن‬ َ ْ ‫أك َل َطعا َ ما َفقا َ اَل ْل َحمْ َُد لِ ََّل ِ الذَِّى‬
ِ ‫أط َع َم‬ َ ْ‫َمن‬
‫ب ِه‬ ِ ‫نْ َذ ْن‬

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan:


“Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin
minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku
makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan
dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.”[9]

Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan


juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
َ
َْ ‫أن يَأ ْ ُك َل األ َْك ًَل َ َف‬
َ ‫يح َم َده ُ َع َل ْي َها َْأو َي ْش َر‬
َ ْ ‫ب ال َّشرْ بًَ َ َف‬
‫يح َم َد هُ َع َل ْي َها‬ َْ ‫ضى َع ن ِْال َع ْب َِد‬
َ ْ‫ِإنَّ اللََّّ َل َير‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang


mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum”[10]
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan
dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan
menjalankan sunnah.”[11]
Kesebelas: Mendo’akan orang yang menyajikan makanan

‫ى‬ َ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫ق‬
‫س‬ ‫أ‬ ْ‫ن‬ ‫م‬ ‫سق‬ ‫أ‬‫و‬َ ‫ى‬ ‫ن‬
‫م‬َ ‫ع‬َ
‫أط‬ْ ْ‫ن‬ ‫م‬ ‫م‬
ْ ‫ع‬ َ
‫أط‬ْ ‫م‬
َّ َُّ
‫الل ه‬
Do’a yang bisa dibaca:
ِ َ ِ ِ َ
َْ َْ ِ
yang memberi minuman
“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah,
berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku
dan berilah minuman kepada orang
kepadaku][12]

Keduabelas: Mencuci tangan untuk membersihkan sisa-sisa


makanan

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

mengenainya, maka janganlah


‫صاب َه ُ َشىْ ٌء فاَل‬ َ ‫أح َُد ُك ْم َو ِفى ي ََِد ِه َغ َم ٌر فَأ‬
َ ‫ت‬َ َ ‫ِإ َذا با‬
ُ‫س ه‬ َ ‫َ ي َلوُ َمنَّ ِإل َّ ن ْ َف‬
“Jika salah seorang dari kalian tidur dan di
tangannya terdapat minyak
samin (sisa makanan) kemudian
mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”[13]
Ketiga belas: pada saat minum,
dianjurkan bernafas di luar wadah
sebanyak tiga kali.

Ini berdasarkan hadis riwayat Imam


Bukhari dan Muslim dari Anas bin
Malik, dia berkata;
‫ب ثالث ا‬ َُّ
ِ ‫يتنفس في الشرا‬ ‫هللا صلىَّ هللا ُ عليه وسل ََّم‬
ِ ‫كان رسو ُل‬

Rasulullah Saw bernafas tiga kali ketika minum.


Keempat belas: Membaca hamdalah setelah minum. Lafadznya
adalah sebagai berikut;

َُ ‫يجع ْ َل ُه ِم ْل حا‬
َ ‫اجا جا ِبذ ُن ُْو ِبنا‬ ِ ِ ‫ا ْ َل َحمْ َُد‬
َُ ‫هلل ال َِّذىْ َجع َل َُه َع ْذب ا‬
َ ْ ‫فرات ا ِب َرحْ َمت ِه َول َْم‬

Segala puji bagi Allah yang dengan rahmat-Nya telah menjadikan


air ini segar dan menyegarkan. Dan tidak menjadikan air ini asin
dan pahit karena dosa-dosa kami.
HR. Bukhari no. 5409.
Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 18/93
HR. Abu Daud no. 3764. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan.
Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18/121
HR. Muslim no. 2033
HR. Muslim no. 2033
Nailul Author, Muhammmad bin ‘Ali binn Muhammad Asy Syaukani,
Idarotu Thoba’ah Al Maniriyah, 9/34
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An
Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392, 13/204-205
HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan
gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
0] HR. Muslim no. 2734
1] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/51.
2] HR. Muslim no. 2055.
3] HR. Ahmad 2/344. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
‫لن م‬ ْ ‫بي فِ ٌع ي ِه َع ٱ‬ْ َ‫ت قَ َولَال م ب‬ ْ َ‫لرز َجكا َ ٰ َولٌُ ۙ ِة ل ا مي‬
َ ٌ‫تخالمف ِهوي ِه َ•ن ْم َي ْوتَِ ًم ٰ َجا• َرتَة‬ ِ ‫ٱ‬
‫مذ ْ ِك ِر ٱل َِّل َوِإقَ ِام ٱلصُ لَ ٰ َو ِة َوِإيتَٓا ِء‬

َ ٰ ‫قلو مب َو ٱأْل ب‬
‫ْص م ر‬

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak


(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang” (QS An-Nuur: 37)
‫ك ِم َن ال ُّدن ْيَا• َوَأحْ ِس ْن ْك َما‬ َ ‫ك ا م ل ََّل الدا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ ْ َ‫س ن‬
َ َ‫صيَب‬ َ ‫َواَ ْبتَ ِغ فِي َما آتَا‬

‫م‬
‫ض ِإن ال ََّل ل ا يِحبُّ ال‬
ِۖ ْ‫ك َواَل تَبْ ِغ ْالفَ َسا َد فِي األر‬ ْ ‫َأحْ َس َن ا م ل َّل ِإ‬
َۖ ‫لي‬

‫مم ْف ِس ِدي َن‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash :
77)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫الرح ْي ِم َف‬
‫هو أقط ع‬ ِ ‫من‬ ‫ال لاَ ي ْب َدأ ِف ْي ِه ِب‬
ِ ‫ـ ِب سْ ِم ا ل َِّل الر ْح‬ ٍ ‫كلُّ َأ ْم‬
ٍ ‫ر ِذ يْ َب‬

“Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan


‘bismillahirrahmaanirrahiim ’, amalan tersebut terputus berkahnya.”
(HR. Nawawi, Al-adzkar, No.149.)

‫هو َأجْ َذ م‬
َ ‫كلُّ َك لاَ ٍم لاَ ي ْب َدأ ِفي ِه ِبالْ حمد ل َِّل َف‬

“Setiap pembicaraan yang tidak diawali dengan ‘alhamdulillah ’, maka


berkahnya terputus.” (HR. Mundziri, At-targhib Wa At-tarhib, 2;359.)
ADAB
‫م‬ ‫م‬ TIDUR‫ه‬ ‫م م‬ ‫م‬

‫م‬ ‫م‬ ‫مِه‬ ‫م م‬ ‫م‬

َِّ‫هو ِمن ر ْحهت هَِّ هج هع َّهل له ُك َُّم اللي َّهل هوالن هها هَّر لتهس ُكنوا في هَِّ هولته ب ته غوا ِمن فهض ِل ه‬
‫هوله هعل ُك َّم تهش ُكر َّه‬
‫ُون‬

“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari
karuniaNya (pada siang hari) dan supaya kamu bersyukur”. [Al Qashahs: 73].
Tidur pada awal malam

Hadits yang bersumber dari `Aisyah


Radhiallahu ‘anha "Bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
tidur pada awal malam dan bangun
pada pengujung malam, lalu beliau
melakukan shalat". (Muttafaq `alaih)

‫وسل َّم– هك َّه‬


ُّ‫ان يهك هره‬ ‫ُول ا ل ِّل – صلى هللاَّ عليهَّ وسلم‬ ‫أهن هرس ه‬
َ ‫ّوالْ ه َِّد ه‬
‫يث بهع هد هها‬ ‫الن و َّهم قه ب هل الع َّهشا ِء ه‬
َ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan
ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR.
Bukhari no. 568)
Berwudhu, berbaring ke sebelah kanan, dan berdo’a

“Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika engkau hendak menuju
pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat,
kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah doa:” Ya
Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan
wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu,
kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas
kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi
yang Engkau utus” dan hendaklah engkau jadikan doa tadi sebagai penutup dari
pembicaranmu malam itu. Maka jika engkau meninggal pada malam itu niscaya
engkau meninggal di atas fitrah”
(HR Bukhari 11/93,95 dan Muslim 2710)
‫فسي إله ي هك‪ ،‬هوهو هج َُّ‬
‫هت هو ج ِهي إله ي‬ ‫هللاُ َّم إ َّن اه سله َُّ‬
‫مت نه ِ‬
‫ك ه َّوأأهههم ْنلهأ تَُّ َُّ‬
‫ت ظه‬ ‫مري إله ي ه َّ‬ ‫أه‬ ‫َُّ‬
‫ضت‬ ‫هك‪ ،‬ه َّو فه هو‬
‫ِ‬
‫ك هر غبهالةًَّ ه َّو هر هبهةًَّ إله ي ه َّ‬
‫ك لَّه هم ل هجأه‬ ‫هبر ِكيتهاإب له يه َّكه َّ‬

‫ه َّو لَّه هم ن هجا منك إه َّل إله ي هك هَّ ‪،‬‬

‫ه َّو بنهبي ه َّ‬


‫ك الذي‬ ‫ِذيأهن هزل َّ‬
‫هت‬
‫أه رهس ل َّ‬
‫هت‬

‫‪“Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu,‬‬


‫‪kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya‬‬
‫‪kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan‬‬
‫‪kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan‬‬
‫‪cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada‬‬

‫”‪nabi yang Engkau utus‬‬ ‫اهوإهنهذاالنا سبُِّته ي هق– هظ ِم صلىن»‬ ‫هك‪ِ .‬‬
‫همنهاللها ِمهَِّ قهعليها ه َّل« اوسل َّم ْله –م َُّ‬
‫إدهذا لأِّل ههراال هد ِذأه ىن أيهه نه‬

‫احيهه ََّّما هقهنَا بهه ل ع هد« همبِا أه َِسهماهته كنهاَّالل ‪َّ،‬هُه ِ‬


‫موإلهأ‬
‫َّ»يه ُمهوالنتَُّ َُّ‬
‫شهوأ ُوهر• حَّيها‬ ‫ِ‬
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan:
(Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun
tidur, beliau mengucapkan: (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR.
Bukhari no. 6324)
Mengibaskan sprei tiga kali sebelum
berbaring

Dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu


bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila seorang dari
kamu akan tidur pada tempat tidurnya,
maka hendaklah mengirapkan kainnya
pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu,
karena ia tidak tahu apa yang ada di
atasnya...“ Di dalam satu riwayat dikatakan:
"tiga kali".
(Muttafaq `alaih).
Muhasabah

ُ َ
‫فس َما‬ٌ ْ‫ر‬
‫ين آ َمنوُ ا اتقوُ ا ال ََّّل َولتنظ ن‬ َ ‫ياَ أي َها ال َِّذ‬
‫ت لغ َدۖ َواتقوُ ا َّال َََّّۚل ِإنَّ ْال ْ َ َََّّل َخبي ْ َ ٌر ب َما‬ ْ َ ‫َ ََّد َم‬
ِ ِ َّ ِ ‫تع َملوُ َن‬
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah َْ
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-
Hasyr: 18)
Dari Ya’isy bin Thokhfah Al Ghifariy, dari bapaknya,
ia berkata,

‫الس‘‘ َح ِر َع َلى‬
َّ ‫فى ا ْل َم ْس‘‘ ِج َِد ِم َن‬ ِ ‫ُض‘‘ َط ِج ٌع‬ ْ ‫ف َب َْين َم‘‘ا أ َن‘‘ ا َ م‬
‫ض‘جْ ًَع‬
ِ ‫إن َه‘ ِذ ِه‬ « ‫ل‬
َ َ ‫ا‬ َ
‫ق‬ ‫ف‬ ‫ه‬
ِ ‫ل‬ ْ‫ج‬ ‫ر‬‫ب‬ ‫ى‬ ‫ن‬ِ ُ
‫ك‬ ‫ِّر‬ ُ
‫يح‬َ ٌ
‫ل‬ ‫ج‬
ُ ‫ر‬ َ ‫ا‬‫ذ‬َ ‫ى‬
ِ ‫ن‬ َ
‫بط‬ ْ
َِّ ِ ِِ ِ ‫ِإ‬
‫صلى هللا‬- ََِّّ‫ت فَإ َِذا َرسُو ُل الل‬ ُ ْ‫ َاَ َل ف َن َظر‬.» ُ ‫ض َها ال ََّّل‬ ُ ‫ٌي ْ ُب ِغ‬
-‫عليه وسلم‬
“Ketika itu aku sedang berbaring tengkurap di
masjid karena begadang dan itu terjadi di waktu
sahur. Lalu tiba-tiba ada seseorang
menggerakgerakkanku dengan kakinya. Ia pun
berkata, “Sesungguhnya ini adalah cara
berbaring yang dibenci oleh Allah.” Kemudian
aku pandang orang tersebut, ternyata ia adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR.
Abu Daud no. 5040 dan
Ibnu Majah no. 3723
Menutup pintu, jendela
dan memadamkan api dan
lampu sebelum tidur

‫خروا ال ط َعا َُم‬


َِ ‫َو‬ َُ‫ابيح إ َذا رق ْد ُْت َوغلقوا ا أْل ْب َوا َُب َو ْأوكوا ا أْل ْس ِقية‬
َُ ‫ص‬ َ ‫أ ط ِفئوا ال َم‬
َ‫ب‬
َ ‫َوالش َرا‬

“ matikanlah lampu-lampu kalian, jika kalian hendak tidur.


Dan tutuplah pintu-pintu serta tutuplah bejana serta wadah-
wadah makan dan minum kalian” Bukhari (5624)
Dzikir sebelum tidur
ُ
ِّ
Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu
ditiup dan dibacakan surat Al Ikhlas, Al
Falaq dan An Naas. Kemudian dua telapak
tangan tersebut mengusap tubuh yang
dapat dijangkau, dimulai dari kepala, wajah
dan tubuh bagian depan. Semisal
itu diulang sampai tiga kali.

Siapa yang membaca ayat Kursi sebelum


tidur, maka ia akan terus dijaga oleh Allah
dan terlindungi dari gangguan setan hingga
pagi hari
Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut
ketika tidur malam atau merasa kesepian
maka dianjurkan sekali baginya untuk
berdo’a sebagai berikut:

َ ‫ت منْ َغ‬
‫ضب ِه‬ ِ ‫هللا التاَّ َّما‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫أع ْوذ بكل َما‬ َُ
‫ت‬ ِ ‫َه َم َزا‬ ْ‫شر ِعباَ َِد ِه َو ِمن‬ ِ ‫َو ِعقاَب ِه ِ َ ِ َو‬
.‫ر ْون‬
ِ ُ ُ‫يحض‬ َ ْ ‫أن‬ ِ ‫الشياَ ِط‬
َْ َ ‫ين َو‬
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat ْ َّ
Allah yang sempurna dari murka-Nya,
siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-
Nya, dari godaan para syaitan dan dari
kedatangan mereka kepadaku.” [HR. Abu
Dawud no. 3893, at-Tirmidzi no. 3528 dan
lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahii-hah no. 264]

Anda mungkin juga menyukai