Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH 7

Khutbah Idul Fitri: Pembentukan Jati Diri Pasca-Ramadhan


Khutbah I

ُ‫لله أ َ ْك َب هر‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫ ا‬،‫لله أ َ ْكبَ هر‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫ ا‬،‫لله أ َ ْكبَ هر‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر ا‬
ُ َ ‫ا‬.
ُ‫ َوهَزَ َم‬،‫ع اُز هج ْندَهه‬ َ َ ‫ َوأ‬،‫ع ْبدَهه‬ َ ‫ص َُر‬ َ َ‫ َون‬،‫صدَقَُ َو ْعدَهه‬ َ ُ،‫للاه َوحْ دَهه‬ ُ ‫لا‬ ُ ِ‫لَ إِلهَُ إ‬ُ ،ً‫ص ْيال‬ ِ َ ‫لله أ َ ْكبَ هُر َكبِي ًْرا َوا ْل َح ْم ُدهُِللُِ َكثِي ًْرا َوسه ْب َحانَُ للاُِ به ْك َر ُة ً َوأ‬
ُ َ‫ا‬
‫لل ا ْل َح ْم ُده‬
ُِ ‫لله أ َ ْك َب هُر َو‬
ُ َ ‫ ا‬،‫للاه أ َ ْك َب هر‬ ُ ُ‫ لَُ ِإل َُه ِإلا‬، َ‫الديْنَُ َولَ ُْو ك َِر َُه ا ْلكَاف هِر ْون‬
ُ ‫للاه َو‬ ِ ‫للاه َولَُ نَ ْعبه ُده ِإلاُ ِإياا ُهه هم ْخل‬
ِ ‫ِصيْنَُ لَ ُهه‬ ُ ُ‫ لَُ ِإل َُه ِإلا‬،‫اب َو ْحدَهه‬ َُ َ‫اْألَحْز‬.
‫علَى ت َْوفِ ْي ِق ُِه‬َ ‫نَ ْح َمدهُهه‬. ‫اس‬ ُْ ‫ام َو َج َع َلنَا َخي َُْر أ ه امةُ أ ه ْخ ِر َج‬
ُ ِ ‫ت ل ِل ان‬ ُِ َ‫ام َوا ْل ِقي‬
ُِ َ‫الصي‬ِ ‫لى‬ َُ ‫ع‬ َ َ ‫ضانَُ َوأ‬
َ َ ‫عانَنُا‬ َ ‫ش ْه ُِر َر َم‬َ ‫ام‬ ُِ ‫ي َوفاقَنَاُِ ِإلتْ َم‬ ُْ ‫ا َ ْل َح ْم ُدهُِللُِ الا ِذ‬
‫صالَُ ُة ه‬ ‫ه‬
‫ َوال ا‬. َُ‫ع ْبدهُهه َو َرسه ْول ُهه خَات َ هُم النابِيِيْن‬ َ ‫ن هم َح امدًا‬ َ َ
ُ‫ َوأ ْش َه ُده أ ا‬،‫ق ال همبِ ْينه‬ ْ ْ ْ َ
ُ‫للاه َوحْ دَُهه لَُ ش َِريْكَُ ل ُهه ال َملِكهُ ال َح ه‬ُ ‫ل‬ ‫ا‬ ُ ِ‫ن لَُ إِلهَُ إ‬ ُْ ‫ َوأ َ ْش َه ُده أ‬. ‫َو ِهدَايَتِ ُِه‬
َ
‫ أ َ اما بَ ْع ُده‬، َ‫الديْن‬
ِ ‫سانُ إِلَى يَ ْو ُِم‬ ُْ ‫ص ْحبِ ُِه َوالتاابِ ِعيْنَُ َو َم‬
َ ‫ن تَبِعَ هه ُْم بِإِ ْح‬ َ ‫علَى آ ِل ُِه َو‬ َ ‫سيِ ِدنَا هم َح امدُ َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫سالَ هُم‬
‫ َوال ا‬:
َُ‫عتِ ُِه لَ َعلاكه ُْم ت ه ْر َح هم ْون‬ َ ‫علَى‬
َ ‫طا‬ ُّ ‫ َوأ َ هح‬،ُ َ‫للا فَقَدُْ فَازَُ ا ْل همتاقه ْون‬
َ ‫سكه ُْم‬ ُِ ‫ي ِبت َ ْق َوى‬ ِ ‫ أ ه ْو‬،‫للا‬
ُْ ‫ص ْيكه ُْم َونَ ْف ِس‬ ِ َ‫فَ َيا ِع َبا ُد‬
Allahu Akbar, wa lillahilh hamd
Dengan bersyukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya pagi hari yang berbahagia
ini kita menyambut kedatangan hari yang agung, hari raya fitri, hari raya kemuliaan dan kesucian.
Dengan rasa haru dan penuh ikhlas, kita semua melepas bulan Ramadhan, bulan yang luhur dan
mulia yang dipenuhi dengan ampunan dan karunia. Kita bertakbir, mengagungkan Allah SWT dan
menyucikan-Nya dengan bertasbih, menyucikan dari segala sesuatu yang tidak layak pada-Nya.
Takbir, tahlil dan tahmid silih berganti, berkumandang di angkasa raya diucapkan dengan lisan
yang fasih dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Rona dan wajah setiap Muslim
menampakkan kebahagiaan yang cemerlang dan ketulusan yang mendalam, jauh sampai ke lubuk
hati. Melukiskan kesan yang kuat dan mengakar ke dalam jiwa yang suci. Semua itu merupakan
perwujudan dari pernyataan syukur kita ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-
Nya, terutama karunia yang paling agung berupa petunjuk dan hidayah-Nya. Hidayah itu
membibing kita meniti cahaya yang terang benderang, menuju kehidupan yang sukses, lahir dan
bathin. Kita bersyukur telah dapat melaksanakan ibadah shiyam sebulan penuh dengan ketabahan
dan keikhlasan.

‫ش ْه َُر فَ ْليَ ه‬
‫ص ْم ُهه‬ ‫ش ِه ُدَ مِ ْنكه هُم ال ا‬ ُِ َ‫اس َوبَيِنَاتُ ِمنَُ ا ْل ههدَىُ َوا ْلفه ْرق‬
ُْ ‫ان فَ َم‬
َ ‫ن‬ ُ ِ ‫ن ههدًى لِلنا‬ َُ ‫ضانَُ الاذِي أ ه ْن ِز‬
ُ‫ل فِي ُِه ا ْلقه ْرآ ه‬ َ ‫ش ْه هُر َر َم‬
َ

Artinya:ُ “(Beberapaُ hariُ yangُ ditentukanُ ituُ ialah)ُ bulanُ Ramadhan,ُ bulanُ yangُ diُ dalamnyaُ
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu. (Al-Baqarah [2]: 185)
Pagi ini, kita merayakan Idul Fitri, hari raya kesucian yang dinantikan kehadirannya oleh setiap
insan yang beriman, dengan demikian kita kembali kepada fitrah, yaitu kemurnian dan kesucian.
Kembali kepada kemurnian dan kesucian berarti kita kembali kepada suasana yang bersih telepas
dari dosa dan kesalahan. Setiap orang yang melaksanakan puasa Ramadhan sesuai denga petunjuk
al-Qur’anُ danُ al-Sunnah akan terlepas dosa dan kesalahannya sehingga menjadi suci kembali,
seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Kesucian yang telah kita peroleh dengan susah
payah itu hendaklah terus dipertahankan sampai bulan-bulan berikutnya dengan meingkatkan iman
dan takwa kita serta bertaqarub kepada-Nya dengan tunduk dan patuh.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Puasa Ramadhan yang baru saja kita jalani membentuk setiap diri umat Islam agar memiliki
kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan dapat meningkatkan potensi kesucian
rohaninya. Ibadah shiyam dapat membentu jati diri Muslim yang pari purna dengan meningkatkan
iman dan takwa kepada Allah SWT. Iman dan takwa itu dibuktikan dengan senantiasa berpegang
teguh kepa petunjuk-Nya, melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dengan mempertahankan kelestarian iman dan taqwa, kita meniti jalan yang lurus untuk mencapai
keridhaan Allah SWT, keridhaan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman.
Menuju keridhaan yang agung dan luhur itu harus ditempuh dengan melaksankan ibadah dan amal
shaleh secaraُikhlasُdanُjujur,ُsesuaiُdenganُikrarُkitaُyangُselaluُkitaُucapkanُdalamُdo’aُiftitahُ
yangُdibacaُpadaُsaatُawalُmelaksanakanُshalat.ُ“Sesungguhnyaُshalatku,ُibadahku,ُhidupُdanُ
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada
Allah) (QS. al-An’amُ:ُ162-163).
Pembentukan jati diri dalam ibadah shiyam merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
kehidupan seorang mukmin, karena dengan jati diri itulah kita akan bersikap istiqomah dalam
menjalani ajaran agama. Ibadah shiyam yang kita laksanakan, harus mampu membentuk jati diri
setiap Muslim dan meningkatkan kualitasnya dari tahapan yang paling rendah menuju tahapan
yang paling tinggi.

Kaum Muslimin, para jamaah yang kami muliakan,

Pembentukan jati diri itu, menuju perubahan pada yang lebih sempurna, sebagaimana yang
dicontohkan oleh kehidupan para sahabat Nabi dan Tabiin generasi awal. Perubahan yang sangat
mendasar menuju jati diri yang sempurna misalnya kita bisa mengambil contoh dar peristiwa
berikut ini:
Pada suatu saat Rasulullah Muhammad SAW menerima tamu, seorang pria dari kalangan musyrik
Arab jahiliyah. Nabi menerima tamu itu sebagaimana layaknya beliau menerima tamu yang lain,
dihormati selayaknya dan dipersilahkan duduk di ruang yang telah disediakan. Nabi SAW
menyuguhkan kepada tamu itu segelas air susu murni. Demikianlah kebiasaan dan kebangaan
orang-orang Arab pada waktu itu, mereka sangat berbahagia sekali apabila dapat menyuguhkan
pada tamunya air susu murni yang mereka perah dari kambing atau unta.
Setalah disuguhi segelas air susu, tamu itu meminumnya sampai habis. Kemudian Nabi
menyediakan gelas yang keduanya, itupun diminum sampai habis lalu Nabi menyediakan gelas
yang ketiga itupun diminum sampai habis. Hal itu terus berlangsung sampai tujuh gelas. Pertemuan
itu kemudian berlalu begitu saja, tidak ada hal yang perlu dicatat, pria Arab jahiliyah kembali ke
rumahnya dan Nabi pun melaksanakan aktivitas dakwahnya sebagaimana biasa.
Kira-kira beberapa bulan setelah itu, pria Arab jahiliyah tadi masuk Islam, sebagai seorang mualaf
dia merasa ketinggalan dengan para sahabat lain, karena itu dia terus mempelajari agama dengan
sungguh-sungguh dan mengamalkannya dengan baik. Dalam jangka waktu tidak begitu lama pria
mualaf itu telah menjadi seorang Muslim yang sangat baik. Setelah menjadi pria Muslim yang baik
dia mengujungi rumah Nabi kembali. Nabi menerima tamu mualaf ini, langsung teringat dengan
kunjungan yang pertama dulu, kemudian Nabi menyediakan segelas air susu, sebagaimana dulu
menyediakannya. Pria mualaf itu kemudian minum segelas air susu yang disediakan oleh Nabi
sebagaimana dulu ia meminumnya.
Ketika Nabi akan menyediakan gelas yang kedua, tiba-tibaُpriaُmualafُituُmengatakan,ُ“Wahaiُ
Rasulullahُcukupُuntukku,ُcukupُuntukkuُdenganُsegelasُsusuُitu.”ُNabiُSAWُmengomentariُ
sikap pria mualaf yang telah berubah drastis dari kebiasaan jahiliyahnya dan menggantinya dengan
jati diri seorang Muslim, beliau mengatakan:

ُ َ‫س ْبعَ ُِة أ َ ْمع‬


‫اء‬ َ ‫ن يَ ْش َربهُ فِي ِمعًى َواحِ دُ َوا ْلكَاف هُِر يَ ْش َربهُ فِي‬
ُ‫ا ْل همؤْ مِ ه‬

Seorang mukmin cukup meminum dengan satu gelas, sedangkan orang kafir baru puas minum
dengan tujuh gelas. (HR. Muslim. No Hadis: 3843)

Dari contoh itu kita bisa melihat secara langsung betapa besarnya perubahan sikap dan jati diri dari
seorang jahiliyah menjadi seorang mukmin. Pola hidup yang tadinya dipenuhi dengan kerakusan
digantinya dengan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam pola makan, dalam pola berpakaian dan
bertingkah laku. Manusia mukmin yang melaksanakan ibadah Ramadhan juga diarahkan agar
melakukan perubahan yang besar dalam membentuk jati dirinya, dari manusia yang berkualitas
rendah menjadi berkualitas tinggi menuju kesempurnaan sesuai dengan ajaran Islam. Puasa
Ramadhan pada hakikatnya dapat membentuk jati diri seseorang menjadi pribadi yang berkualitas
dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Salah satu
jati diri manusia mukmin adalah berpola hidup sederhana dan dapat mengendalikan nafsunya
sehingga tidak terjerembab dalam lembah kehinaan dan kehancuran.
Ada tiga macam nafsu yang sering menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan yaitu nafsu dari
dorongan perut, libido seksual, dan hawa nafsu yang menyesatkan. Nabi SAW sangat
mengkhawatirkan umatnya terjerembab dalam tiga macam nafsu yang menghancurkan itu,
sehingga beliau bersabda:

‫ت ا ْل َه َوى‬
ُِ ‫ض اال‬
ِ ‫وجكه ُْم َو هم‬ ُ ‫ت ا ْلغ‬
ِ ‫َي ِ فِي بهطهونِكه ُْم َوفه هر‬ َ ‫ن ِم اما أ َ ْخشَى‬
َ ‫علَ ْيكه ُْم‬
ُِ ‫ش َه َوا‬ ُ‫ِإ ا‬

Artinya:ُ“Sesungguhnyaُakuُmengkhawatiriُkamuُsekalianُterjerembabُdalamُkeinginanُhawaُ
nafsu dari dorongan perutmu, dorongan seksualmu dan hawa nafsu yang menyesatkan. (HR.
Ahmad. No Hadis:18951).
Dalam kehidupan modern yang kita jalani sekarang, di mana sikap hidup materialisme,
konsumtivisme, dan hedonisme, terus menggerogoti masyarkat kita, kita jumpai betapa
banyakanya orang yang telah terjerembab dalam lembah kenistaan dan kehinaan. Ada sebagian
dari masyarakat yang terjerembab ke dalam hawa nafsu perutnya sehingga ia menjadi budak
perutnya sendiri, maka ia pun makan secara berlebihan, minum secara berlebihan, sehingga
hidupnya hanya memenuhi dorongan perutnya. Orang seperti ini tergolong dalam kelompok
manusia yang paling buruk dari umat Nabi Muhammad SAW.
Kalau orang pertama tadi menjadi budak perutnya sendiri, sehingga ia terjerembab dalam kehinaan
dan kehancuran, sedangkan kelompok kedua banyak orang yang menjadi budak dari dorongan
libidonya sehingga ia menjadi budak nafsu seksualnya. Keadaan seperti ini lebih membahayakan
lagi, karena akan menimbulkan kerusakan dan kehinaan yang lebih parah. Banyak keluarga dan
masyarakat yang hancur karena menjadi budak libido dan nafsu seksualnya. Akibat
memperturutkan nafsu seksual banyak menyebabkan manusia bergelimang dengan dosa, seperti;
perselingkuhan, perzinahan, dan timbulnya deviasi seksual yang mengerikan.
Kalau orang kedua tadi menjadi budak dari dorongan seksualnya sendiri, maka kelompok yang
ketiga, adalah manusia-manusia yang diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri, keadaan ini jauh
lebih berbahaya lagi, karena memperturutkan hawa nafsu akan mencampakkan pelakunya menuju
kehancuran yang sangat menakutkan. Bahkan terkadang hanya berapa detik saja orang tidak bisa
mengendalikan hawa nafusnya ia telah terjerumus dalam kerusakan dan kehancurn dan
penyesalan yang sangat berat selama-lamanya di dunia dan akhirat Karena itu Nabi menyatakan:
“Musuhmuُyangُpalingُberbahayaُadalahُhawaُnafsumuُyangُberadaُdiُantaraُkeduaُlambungmuُ
sendiri”ُ(Ihya’ُUlumuddin).
Al-Qur’anُ memperingatkanُ orang-orang yang terjerembab dalam kemauan hawa nafsu yang
menyesatkan, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ahqaf: 20.
ُِ ‫اب ا ْل هه‬
ُ‫ون ِب َمُا كه ْنت ه ْم‬ َُ َ‫عذ‬ َ َُ‫ط ِي َباتِكه ُْم فِي َح َياتِكه همُ الدُّ ْن َيا َوا ْست َْمت َ ْعت ه ُْم ِب َها فَا ْل َي ْو َُم تهجْزَ ْون‬
َ ‫ار أَذْ َه ْبت ه ُْم‬ َ ‫ضُ الاذِينَُ َكف هَروا‬
ُِ ‫علَى النا‬ ‫َو َي ْو َمُ يه ْع َر ه‬
َُ‫ق َوبِ َما كه ْنت ه ُْم ت َ ْفسهقهون‬ ْ َ
ُ ِ ‫ت َ ْست َ ْكبِ هرونَُ فِي ْاأل ْر‬
ُِ ‫ض بِغَي ُِْر ال َح‬
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan):
"Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu
telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang
menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu
telah fasik".
Berbagai kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat, karena manusia meuruti hawa nafsunya
sendiri. Ibadah puasa Ramadhan yang telah kita jalani dapat melatih dan melindungi diri kita agar
tidak terjerembab dalam kubangan hawa nafsu, sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan
demikian puasa dapat membentuk jati diri yang paripurna, menjadi manusia Muslim yang beriman
dan bertakwa.

Allahu Akbar, wa lillahil hamd


Hadirin dan hadirat yang mulia,
Kembali kepada fitrah yang suci dan bersih itulah yang sesungguhnya kita jalani sekarang ini. Hari
yangُ amatُ berbahagiaُ iniُ dinamakanُ ‘Idulُ Fitri’,ُ yaituُ kesucianُ danُ keutuhan yang telah kita
peroleh kembali setelah kita melakukan puasa Ramadhan sebulan penuh. Karena itu hari ini adalah
hari kemenangan dan kejayaan bagi kita semua, karena kita telah berusaha meningkatkan iman
dan taqwa kita kepada Allah SWT, ucapan yang paling tepat kita ikrarkan pada hari ini adalah
suatuُdo’a:

َُ‫الل هه اُم ا ْج َع ْلنَا ِمنَُ ا ْل َعآئِ ِديْنَُ َوا ْلفَآئ ِِزيْنَُ َوا ْل َم ْقب ْهو ِليْن‬

“Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah yang
memperolehُsuksesُdanُkemenanganُsertaُditerimaُamalُibadahnyaُolehُAllahُSwt”.
Dengan kembali kepada fitrah, kita akan mencapai kebahagiaan dan kesuksesan lahir batin yang
selalu kita harapkan. Sesuai dengan petunjuk Ilahi, marilah kita bertakbir mengagungkan asma
Allah atas segala petunjuk-Nya dan marilah kita bersyukur atas segala rahmat dan karunia-Nya.
Semoga kita semua senantiasa dapat mengikuti petunjuk Allah dan senantiasa memperoleh
rahmat-Nya. Amiin.

‫ع ْن ُهه‬ َ ‫ض َوت ََولاى‬َُ ‫ن أَع َْر‬ ُْ ‫س ِعيْدُ َو َم‬ َ ‫فََ ه َُهو‬ َ ‫ع ُهه‬ َ ‫طا‬َ َ‫ن أ‬
ُْ ‫ فَ َم‬،ُ ‫ع ِت ِه‬ َ ‫علَى‬
َ ‫طا‬ َ ‫ َوأ َ هحثُّكه ُْم‬،ِ‫س ِع ْيد‬
‫للا فِي هذَا ْال ِع ْي ُِد ال ا‬ُِ ‫ي ِبت َ ْق َوى‬ ُْ ‫ص ْيكه ُْم َونَ ْف ِس‬ِ ‫للا أ ه ْو‬
ُِ َ‫ِع َبا ُد‬
ُِ ‫ت َوا ْل همؤْ ِمنِيْنَُ َوا ْل همؤْ ِمنَا‬
‫ت‬ ُِ ‫سآئ ُِِر ا ْل هم ْس ِل ِميْنَُ َوا ْل هم ْس ِل َما‬ ُْ ‫للا ا ْل َعظِ ي َُْم ِل‬
َ ‫ي َولَكه ُْم َو ِل‬ َُ ‫ي هذَا َوأ َ ْست َ ْغف هُِر‬ ُ‫ أَقه ْو ه‬.‫ل ا ْلبَ ِع ْي ُِد‬
ُْ ‫ل قَ ْو ِل‬ ُِ َ‫ضال‬ ‫فَ هه َُو فِي ال ا‬،
ْ
‫فَا ْست َ ْغف هِر ْو ُهه إِنا ُهه ه َُهو الغَفه ْو هُر ا‬.
‫الرحِ ْي هُم‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫س ِل ْمُ‬
‫ل َو َ‬ ‫ص ُِ‬ ‫ل َرسه ْولَ ُهه َر ْح َم ُةً ِل ْلعَالَمِ يْنَُ ‪.‬الل هه اُم َ‬ ‫الرحِ ْي هم‪ ،‬أ َ ْر َ‬
‫س َُ‬ ‫ن ا‬ ‫الر ْحم هُ‬ ‫ب ا ْلعَالَ ِميْنَُ لَُ إِل ُهَ إِ ُ‬
‫لا ه َُهو ا‬ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر ‪.‬ا َ ْل َح ْم ُدهُِللُِ َر ُِ‬
‫للاه أ َ ْكبَ هُر ُ‬
‫للاه أ َ ْكبَ هُر ُ‬
‫ُ‬
‫ن ت َ ِب َع هه ُْم‬ ‫ص َحا َب ُِة َوالتاا ِب ِعيْنَُ َو َم ُْ‬ ‫ال‬ ‫ُ‬
‫ْع‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ج‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫ْ‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ْنَُ‬ ‫ي‬ ‫د‬‫ش‬ ‫ا‬‫الر‬ ‫َاءُِ‬ ‫ف‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫خ‬‫ه‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ُ‬
‫ض‬ ‫ار‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫الل‬ ‫ْنَُ‬‫ي‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫َ‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫ل‬‫أ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫علَ َ ِ ِ ه َ ا َ َ‬
‫و‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫د‬‫ي‬ ‫س‬ ‫ى‬
‫ا‬ ‫ا ِِ َ َ َِ ِ‬ ‫ها ْ َ َ ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫ِِ َ ْ َ ِِ ْ َِ‬ ‫َ‬
‫الدي ُِ‬
‫ْن‬ ‫سانُ ِإلَى يَ ْو ُِم ِ‬ ‫ح‬
‫ْ‬
‫ِِ َ‬ ‫إ‬ ‫ب‬ ‫‪.‬‬
‫ت َوا ْل همؤْ ِمنِيْنَُ‬ ‫ص ْو ًحا ‪.‬اَلل هه اُم ا ْغف ُِْر ِل ْل هم ْس ِل ِميْنَُ َوا ْل هم ْس ِل َما ُِ‬
‫سانًا ذَاك ًِرا َوت َْوبَ ُةً نَ ه‬ ‫صا ِدقًا َوقَ ْلبًا خَا ِشعًا َو ِل َ‬ ‫الل هه اُم إِناا نَ ْسأَلهكَُ إِ ْي َمانًا كَا ِمالًُ َويَ ِق ْينًا َ‬
‫ار ا ْل هم ْسلِمِ يْنَُ‬
‫ل إِ ْند ْهوُنِ ْي ِسياا َو ِديَ َُ‬ ‫الر ِعيا ُةَ َوا ْجعَ ُْ‬ ‫ِح ا‬ ‫ع َواتِ‪ ،‬الل هه اُم أ َ ْ‬
‫صل ُِ‬ ‫ْب الدا َ‬‫س ِمي ُْع قَ ِريْبُ هم ِجي هُ‬ ‫ت إِناكَُ َ‬ ‫َوا ْل همؤْ ِمنَا ُِ‬
‫ت اْألَحْيا َ ُِء ِم ْن هه ُْم َواْأل َ ْم َوا ُِ‬
‫اب الناار‬ ‫عذَ َُ‬ ‫سنَةًُ َوقِنَا َ‬ ‫سنَةًُ َوفِي ْاْلخِ َر ُِة َح َ‬ ‫‪.‬آ ِمنَةًُ َرخِ ياةًُ ‪َ .‬ربانَا آتِنَا فِي الدُّ ْن َيا َح َ‬
‫ان‬‫س ُِ‬ ‫اإلحْ َ‬ ‫ل َو ْ ِ‬ ‫ّللا يَأ ْ هم هُر ِبا ْل َعدْ ُِ‬
‫ن اَُ‬ ‫ظ َه َُر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬
‫طنَُ ‪ِ .‬إ اُ‬ ‫ش َما َ‬ ‫ن َو َجانِبهوا ا ْلف ََواحِ َُ‬ ‫ِر َوا ْل َعلَ ُِ‬
‫ي ِبت َ ْق َوى للاُِ فِي الس ُِ‬ ‫ص ْيكه ُْم َونَ ْف ِس ُْ‬ ‫ِعبَا ُدَ للاُِ أ ه ْو ِ‬
‫للاه أ َ ْكبَ هُر َُوللُِ ا ْل َح ْم ُده‬
‫ي ِ يَ ِعظه هك ُْم لَعَلا هك ُْم تَذَ اك هرونَ ‪َ ،‬ولَ ِذ ْك هُر للاُِ أ َ ْكبَ هر‪ُ ،‬‬ ‫ن ا ْلفَ ْحشَاءُِ َوا ْل هم ْنك َُِر َوا ْلبَ ْغ ُ‬‫ع ُِ‬‫‪َ .‬وإِيت َاءُِ ذِي ا ْلقه ْربَى َويَ ْن َهى َ‬

‫‪Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, Rais Syuriyah PBNU‬‬

Anda mungkin juga menyukai