Anda di halaman 1dari 7

Materi Khutbah Jum’at

Waspada Tiga Dosa Lisan


Oleh: Ust. Fajar Jaganegara, S.Pd.I
Khutbah Pertama

‫ َم ْن‬،‫َع َم الِنَا‬ ِ ِ ِِ
ْ ‫ َونَعُ ْوذُ بِالله م ْن ُش ُرْو ِر أَنْ ُف س نَا َو ََيئََِا ِ أ‬،‫ب إِلَيْه‬
ِ ِ ِ ِِ ِ
ُ ‫إ َّن الْ َح ْم َد ل لَّه نَ ْح َم ُد هُ َونَ ْس تَع يْ نُهُ َونَ ْس تَ غْف ُرهُ َونَتُ ْو‬
ِ ِ ‫ض َّل لَه ومن ي‬ ِ
.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضل ْل فَ ََل َه اد‬ ْ ُ ْ َ َ ُ ِ ‫يَ ْه د هِ اللهُ فَ ََل ُم‬
.ُ‫حم داً عَبْ ُد هُ َوَر َُ ْولُه‬ َّ ‫َن ُم‬ َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،ُ‫ك لَه‬ َ ْ‫َوأَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل اللهُ َو ْح َد هُ ََل َش ِري‬
َّ‫َّكَّ َحم يدَّ َمج يدَّ اللَّ ُهمَّ بَار ْك‬ َ ‫تَّ عَلَى إبْ َراه َيمَّ َوعَلَى آلَّ إبْ َراه َيمَّ إن‬ َ ْ‫صلَّي‬
َ ‫صلَّ عَلَى ُم َح َّمدَّ َوعَلَى آلَّ ُم َح َّمدَّ َك َم ا‬ َ َّ‫اللَّ ُهم‬
.َّ‫َّكَّ َحمَّيدَّ َمج يد‬ َ ‫تَّ عَلَى إبْ َراه َيمَّ َوعَلَى آلَّ إبْ َراه َيمَّ إن‬ َ ‫عَلَى ُم َح َّمدَّ َوعَلَى آلَّ ُم َح َّمدَّ َك َما بَ َارْك‬
‫ث ِم نْ ُه َم ا ِر َج ًاَل‬ َّ َ‫اح َد ةٍ َو َخ لَ َق ِم نْ َه ا َزْو َج َه ا َوب‬ِ‫سو‬ ِ ِ َّ
َ ٍ ‫َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم ال ذ ي َخ لَ َق ُك ْم م ْن نَ ْف‬ ُ ‫ يَاأَيُّ َه ا الن‬:‫قال اللهَّتعالى‬
‫ام إِ َّن اللَّهَ َك ا َن عَلَيْ ُك ْم َرقِيبًا‬ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َك ث ًيرا َون َس اءً َواتَّ ُقوا اللَّهَ الَّذ ي تَ َس اءَلُو َن ب ه َو ْاْل َْر َح‬
‫آمنُوا اتَّ ُق وا اللَّهَ َح َّق تُ َق اتِ ِه َوََل تَ ُم وتُ َّن إََِّل َوأَنْ تُ ْم ُم ْس لِ ُم و َن‬َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَاأَيُّ َه ا ال ذ‬
ِ ِ ِ ‫ي اأَيُّه ا الَّ ِذ ين آم ن وا اتَّ ُق وا اللَّه وقُولُوا قَ وًَل َ ِد يد ا ي‬
ُ‫َع َم الَ ُك ْم َويَغْف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُط ِع اللَّهَ َوَر َُ ولَه‬ ْ ‫ص ل ْح لَ ُك ْم أ‬ ُْ ً َ ْ ََ َُ َ َ َ
‫يم ا‬ ِ
ً ‫فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوًزا عَظ‬
‫ َوُك ُّل‬،‫ َو َش ُّر ْاْل ُُم و ِر ُم ْح َد ثَاتُ َه ا‬،‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫َح َس َن الْ َه ْد ِي َه ْد‬
ِ
ْ ‫ َوأ‬،‫اب اللَّه‬
ِ ِ ِ
ُ َ‫َص َد َق الْ َحد يث ك ت‬ ْ ‫إِ َّن أ‬:َّ ‫وقال رَول الله‬
‫ض ََللَةٍ فِي النَّا ِر‬ َ ُّ‫ َوُك ل‬،ٌ‫ض ََللَة‬
ٍ ٍ
َ ‫ُم ْح َد ثَة بِ ْد عَةٌ َوُك لُّ بِ ْد عَة‬

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah


Segala puji hanya milik Allah semata, pemilik alam semesta dan jiwa-jiwa manusia, Dia
yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, dan dijadikan hidup-mati sebagai
ujian bagi manusia, untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.
Shalawat serta sala selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
salam, suri tauladan dalam menjalani kehidupan, semoga Allah anugerahkan kepada
setiap kita keistiqomahan untuk selalu meniti sunnahnya, berjalan di atas jalan
juangnya, dan meneladani setiap ajarannya.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah


Ada ungkapan bahwa mulutmu adalah harimaumu, yang bermakna bahwa setiap kita
bertanggung jawab untuk segala kalimat yang keluar dari lisan kita, dan saat ucapan-
ucapan tersebut keluar bukan sesuai porsi dan tempatnya, maka ia menjelma bagai
“Harimau”, bisa menerkam, menghancurkan diri kita sendiri.
Urusan mulut paling sering membuat suasana hubungan masyarakat, maupun antar
individu semerawut dan kusut. Karena semua orang punya mulut, tapi tidak semua
orang bisa menjaga ucapan apa yang seharunya diucapkan, dan apa yang harus
ditahan.
Mulut ini seperti pisau bermata dua, ia bisa menjadi ladang pahala tak terhingga saat
digunakan dalam kebaikan-kebaikan; membaca al-Quran, berdzikir, berdoa,
mengucapkan kalimat thoyyibah, dsb.
Tapi ia juga bisa jadi lubang kehancuran dan kebinasaan bagi pemiliknya. Yaitu, saat,
lisan tersebut digunakan untuk mengumpat, mencela, menista, menghibah,
memfitnah, berdusta, dan sederatan dosa-dosa lisannya lainnya.
Sekiranya setiap pemilik lisan sadar, dan mengimani satu ayat yang telah Allah firman
dalam al-Quran, bahwa pada setiap kita ada malaikat yang akan senantiasa mencatat
dengan begitu detail apapun yang diucapkan, maka sungguh kita akan takut untuk
berucap sembarangan.
Allah berfirman:

. ‫يب َعتِي ٌد‬ِ ِ ِ ٍ ِ ُ ‫ما ي ْل ِف‬


ٌ ‫ظ م ْن قَ ْول إََّل لَ َديْه َرق‬ َ َ
“Tidaklah seseorang melepaskan suatu ucapan melainkan di sampingnya ada
malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaf:18)
Maka urusan lisan dan ucapan ini menjadi sangat penting, ia menjadi barometer
kebaikan pada diri seseorang, pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari
memegang lidahnya seraya berkata:

‫اخ ُذو َن بِ َما نَتَ َكلَّ ُم‬َ ََ ‫ َوإِنَّا لَ ُم‬: ُ‫ال ُم َعاذ‬
َ ‫ فَ َق‬،‫ك َه َذا‬ َ ‫ف َعلَْي‬ َ َ‫وَلَّ َم يَ ْوًما بِلِ َسانِِه َوق‬
َّ ‫ يا ُم َعاذُ ُك‬:‫ال‬ َ ‫النبي صلَّى اللهُ علَْيه‬ ُّ ‫َخ َذ‬ َ‫أ‬
.‫َّاس فِي النَّا ِر َعلَى ُو ُج ِوه ِه ْم أ َْو َعلَى َمنَ ِاخ ِرِه ْم إَِلَّ َح َصائِ ُد أَلْ ِسنَتِ ِهم‬
َ ‫ب الن‬ ُّ ‫ َوَه ْل يَ ُك‬،ُ‫ك يَا ُم َعاذ‬ َ ‫ ثَ ِكلَْت‬:‫ال‬
َ ‫ك أ ُُّم‬ َ ‫بِِه؟ فَ َق‬

“Hai Muadz, tahanlah ini. Muadz bertanya: Akankah kami dihukum lantaran kata-kata
yang kami ucapkan? Jawab beliau, Sayangilah ibumu hai Muadz! Bukankah wajah
atau batang hidung manusia terjerembap di neraka hanya gara-gara lidah mereka?”.
(HR. Tirmidzi)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam telah banyak memberikan peringatan kepada kita
dalam sabdanya, bahwa lisan yang salah digunakan, banyak menghantarkan kepada
adzab dan siksaan.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mendengar Rasulallahu shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ِ ‫إِ َّن الْعْب َد لَي تَ َكلَّم بِالْ َكلِم ِة ي ْن ِزُل بِها فِي النَّا ِر أَبْع َد ما ب ْين الْم ْش ِرِق والْم ْغ ِر‬
.‫ب‬ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ ُ َ َ
“Ada orang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang membuatnya terjerumus
di neraka lebih jauh dari pada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaihi)
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Setidaknya ada tiga bentuk dosa lisan yang perlu diwaspadai bersama, agar tidak
menjerumuskan seorang muslim ke dalam neraka.
Pertama: Fitnah
Cukuplah keburukan seseorang jika sampai menghinakan saudaranya sesama muslim;
setiap muslim terhadap sesama muslim terpelihara darahnya, hartanya dan
kehormatannya.
Lidah manusia memang tidak bertulang, tapi luka yang ia timbulkan bisa lebih dahsyat
dari tebasan pedang, sakit yang ia beri bisa lebih perih dari tusukan belati. Maka
hendaknya setiap kita berhati-hati.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata, aku mendengar Rasulallah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ال فِي مَِم ِن ما لَي‬
َ ‫ََ َكنَهُ اللَّهُ في َرْد َغة الْ َخبَال َوه َي َع‬
‫ص َارةُ ْأه ِل النَّار‬ ْ ‫س فيه أ‬
َ ْ َ ْ ُ َ َ‫َم ْن ق‬
“Barangsiapa menggunjing seorang mukmin tentang sesuatu yang tidak sesuai fakta,
maka Allah menempatkannya di kubangan cairan pembakaran badan penghuni
neraka”. (HR. Abu Daud dan al-Mudziri)
Dalam hadis lainnya, dari Sahal bin Muadz meriwayatkan dari ayahnya radhiyallahu
‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ َ‫يد بِِه َشْي نَهُ َحبَ َسهُ اللهُ َعلَى ِج ْس ِر َج َهن ََّم َحتَّى يَ ْخُر َج ِم َّما ق‬ ٍ ِ
‫ال‬ ُ ‫َم ْن َرَمى ُم ْسل ًما بِ َش ْيء يُِر‬
“Barangsiapa menuduh seorang muslim tentang suatu hal dengan maksud mencoreng
namanya, maka Allah akan menahannya di atas jembatan neraka Jahanam hingga ia
terbebas dari apa yang ia tuduhkan.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Lisan yang rusak dan jahat adalah penyebab rusaknya hubungan di antara kaum
muslimin, lisan yang tajam terhadap sesama adalah pangkal dari kusutnya rajutan
ukhuwah islamiyah. Saling merendahkan, mencela dan menghina menimbulkan
permusuhan di antara kaum muslimin.
Padahal Allah memerintahkan setiap orang beriman untuk menjauhi prasangka buruk,
sekedar prasangka buruk telah Allah larang, apalagi lebih dari itu. Allah berfirman:

‫ض الظَّ ئِن إِثْ ٌم‬ ِ ِ ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا‬


َ ‫اجتَنبُوا َكث ًيرا م َن الظَّ ئِن إِ َّن بَ ْع‬
ْ َ َ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian
prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Allah juga memerintahkan setiap orang beriman untuk melakukan validasi berita
sebelum mempercayai sebuah berita atau kabar, artinya meneliti kabar sebelum
disebar, agar tidak mudah termakan isu-isu yang boleh jadi memang dihembuskan
untuk merusak dan memecah belah.
Allah Ta’ala berfirman:

‫صبِ ُحوا َعلَى َما فَ َعلْتُ ْم نَ ِاد ِمْي َن‬ ٍ ِ ِ


ْ ُ‫ين َآمنُوا إِ ْن َجاءَ ُك ْم فَاَ ٌق بِنَ بٍَإ فَتَ بَ يَّنُوا أَ ْن تُصيبُوا قَ ْوًما بِ َج َهالَة فَت‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
“Hai orang-orang beriman, jika ada orang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu kekeliruan
kepada suatu kaum akibat ketidak tahuan yang membuatmu menyesal atas
perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat:6)

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah


Kedua: Dusta
Tersebarnya dusta dan kebohongan serta masifnya kabar hoax di era digital ini,
disebabkan kita latah dan mudah menebar informasi tanpa koreksi. Yang tanpa kita
sadari, kita ikut andil dalam mata rantai penyebaran dusta di tengah umat.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ث بِ ُك ِئل َما ََ ِم َع‬ ِ ِ ِ


َ ‫َك َفى بِالْ َم ْرء َكذبًا أَ ْن يُ َح ئد‬
“Cukuplah seseorang berbohong ketika ia menceritakan setiap berita yang
didengarnya”.(HR.Muslim)
Artinya, seorang muslim hanya akan membicarakan hal-hal yang mendatangkan
manfaat dan mashalat. Bukan perkataan sia-sia dan tidak berfaidah.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa seorang mukmin mukallaf harus bisa
menjaga lisannya dari setiap ucapan, kecuali perkataan yang jelas ada mashlahat di
dalamnya. Memilih berbicara atau diam ditinjau dari maslahatnya, karena betapa
banyak perkataan yang mubah membawa pada keharaman. (Imam Nawawi, al-
Adzkar: 2/713-714)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda memperingati konsekunsi dari sebuah
dusta:
ِ ِ َّ ‫ب يَ ْه ِدى إِلَى الْ ُف ُجوِر َوإِ َّن الْ ُف ُج َور يَ ْه ِدى إِلَى النَّا ِر َوَما يََز ُال‬ ِ ِ ‫وإِيَّا ُكم والْ َك ِذ‬
‫ب‬
َ ‫ب َويَتَ َحَّرى الْ َكذ‬
ُ ‫الر ُج ُل يَكْذ‬ َ ‫ب فَإ َّن الْ َكذ‬ َ َْ َ
ِ ِ
‫ب عْن َد اللَّه َك َّذابا‬
َ َ‫َحتَّى يُكْت‬
“Dan jauhilah oleh kalian dari berdusta; sesungguhnya dusta mengantarkan pada
kemaksiatan, dan keburukan menghantarkan kepada neraka. Jika seseorang senantiasa
berdusta dan selalu berdusta, hingga kelak Allah akan menuliskan statusnya sebagai seorang
pendusta.” ((HR.Muslim)
Di tengah arus informasi yang begitu deras dewasa ini, kedustaan begitu mudah dilakukan,
sampai sesuatu yang seharusnya dinilai sebagai kebenaran menjadi samar untuk dikenali
karena banyaknya kedustaan yang melingkupinya.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah


Ketiga: Suka Mencela

Lisan yang suka mencela adalah dosa yang lazim dilakukan manusia. Imam Dzahabi
dalam kitabnya al-Kabair menjadikan dosa suka mencela dalam daftar panjang dosa-
dosa besar yang harus kita hindari.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam melarang mencela:
“Janganlah kalian mencela seorangpun.” (HR. Abu Daud)
Sahabat Jabir bin Sulaim yang meriwayatkan hadist ini berkata, “Maka setelah itu aku
tidak pernah mencela seorang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, dan seekor
kambing.” (HR. Abu Dadu, dishahihkan oleh al-Albani)
Larangan ini bersifat umum, larangan mencela kepada siapapun dan apapun, dan
demikianlah seharusnya seorang mukmin menjaga lisannya. Terlebih kepada seorang
muslim.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memberikan peringatan cukup keras soal yang
satu ini. Rasulullah bersabda:

‫وق َوقِتَالُهُ ُك ْفٌر‬


ٌ ‫اب الْ ُم ْسلِِم فُ ُس‬ ِ
ُ َ‫َب‬
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran.”
(HR.Muslim)
Karakter seorang muslim adalah yang menjaga lisannya. Inilah akhlak yang harus
dilazimi bagi setiap muslim; menjaga lisan dari celaan dan hinaan. Rasulullah
shalallahu ‘alihi wa salam bersabda:

َّ‫المؤم َُّن بالطَّعَّانَّ َوََّل اللَّعَّانَّ َوََّل ال َفاحشَّ َوََّل البَذيء‬


ْ ‫س‬ ََّ ‫لَْي‬
“Seorang mukmin bekanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak
melaknat, dan bukan pula yang keji perilakunya, dan bukan orang yang kotor lisannya.” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad.)

Inilah ketiga dosa lisan yang harus bersama-sama kita hindari. Semoga Allah memberi kita
taufiq untuk meninggalkan dosa-dosa ini.

‫ََتَغْ ِفُر‬ ِ ِ ِ ِ ِِِ ِ ِ ِ ِ


ْ ‫ َوأ‬،‫ َوأَقُ ْو ُل قَ ْولي َه َذا‬،‫ َونَ َف َعني َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فْيه م َن ْاْليَا ِ َوال ئذ ْك ِر الْ َحكْي ِم‬،‫بَ َارَك اللهُ لي َولَ ُك ْم في الْ ُق ْرآن الْ َك ِريِْم‬
َّ ‫اَتَ ْغ ِفُرْوهُ إِنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْوُر‬
.‫الرِحْي ُم‬ ِِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫اللهَ الْ َعظْي َم لي َولَ ُك ْم َول َسائ ِر الْ ُم ْسلمْي َن؛ ف‬
Khutbah Kedua

‫َص َحابهَّ َوَم َّْن اقْ تَ َفى‬


ْ ‫صطََفي َو َعلَى آلهَّ َوأ‬
ْ ‫الم‬
ُ َّ‫السلََُّم َعلَى النَّبي‬
َّ ‫لََّةُ و‬
َّ ‫الص‬
َّ ‫الح ْم َُّد للهَّ َوَك َفى و‬
َ
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menyebutkan bahwa kelak pada hari kiamat ada
golongan manusia yang bangkrut. Pahala yang ia kumpulkan di hidupnya lenyap,
dosaya bertambah berlipat-lipat, dan akhir dari nasibnya tragis.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

،ٍ‫ص ََلة‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ إِ َّن الْم ْفل‬:‫ال‬ ِ ِ ِ‫ الْم ْفل‬:‫أَتَ ْدرو َن ما الْم ْفلِس؟ قَالُوا‬
َ ‫س م ْن أ َُّمتي يَأْتي يَ ْوَم الْقيَ َامة ب‬ َ ُ َ ‫ فَ َق‬،‫اع‬
َ َ‫س فينَا َم ْن ََل د ْرَه َم لَهُ َوََل َمت‬ ُ ُ ُ ُ َ ُ
،‫ فَيُ ْعطَى َه َذا ِم ْن َح َسنَاتِِه‬،‫ب َه َذا‬ َ ‫ضَر‬َ ‫ َو‬،‫ك َد َم َه َذا‬
َ ‫ َو ََ َف‬،‫ال َه َذا‬
َ ‫ َوأَ َك َل َم‬،‫ف َه َذا‬ َ ‫ َوقَ َذ‬،‫ َويَأْتِي قَ ْد َشتَ َم َه َذا‬،ٍ‫ َوَزَكاة‬،‫َو ِصيَ ٍام‬
‫ ثَُّم ُُر ََِ فِي النَّا ِر‬،‫ت َعلَْي ِه‬
ْ ‫اه ْم فَطُِر َح‬
ِ ِ ِ
ُ َ‫ضى َما َعلَْيه أُخ َذ م ْن َخطَاي‬ َ ‫ت َح َسنَاتُهُ قَ ْب َل أَ ْن يُ ْق‬
ِ ِِ ِ
ْ َ‫ فَإِ ْن فَني‬،‫َوَه َذا م ْن َح َسنَاته‬
“Tahukah kalian siapakah orang bangkrut itu?” Mereka menjawab : Orang bangkrut
di antara kami ialah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda sama sekali.
Beliau menjelaskan : “Sesungguhnya orang bangkrut di antara umatku ialah orang
yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa dan zakat; namun ia
memaki orang ini dan menuduh orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan
darahnya dan memukul orang itu. Akhirnya ia harus membayar hak si fulan dari
pahala kebaikannya, dan hak si fulan dari pahala kebaikannya pula. Jika kebaikannya
telah ludes sebelum kewajibannya terbayar, maka dosa kesalahan mereka dikurangi
untuk kemudian dibebankan kepadanya lalu dirinya dicampakkan ke neraka.” (HR.
Muslim)
Alangkah ruginya, mereka yang lelah dalam ibadah, tapi karena lisanya tidak terjaga,
justru menjadi penyebab hangusnya pahala. Betapa sengsaranya mereka yang
seharusnya segera mencicipi surga berkat amalnya, namun justru karena ucapannya
menjadi penyebab ia dilempar ke neraka. Na’udzibillah min dzalik.

‫ َوبَا ِرْك َعلَى‬،‫َّك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬ ِ ِ


َ ‫ إِن‬،‫ َو َعلَى ِآل إِبْ َراه َيم‬،‫ت َعلَى إِبْ َراه َيم‬َ ‫صلَّْي‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫ َك َما‬،‫ َو َعلَى آل ُم َح َّمد‬،‫ص ِئل َعلَى ُم َح َّمد‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫َّك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬ ِ ِ
َ ‫ إِن‬،‫ َو َعلَى ِآل إِبْ َراه َيم‬،‫ت َعلَى إِبْ َراه َيم‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫ َك َما بَ َارْك‬،‫ َو َعلَى آل ُم َح َّمد‬،‫ُم َح َّمد‬
ِ ‫ا ِ اْلَحي ِاء ِمْن هم واْْلَمو‬
ِ ‫ا ِ إِنَّك َ ِميع قَ ِريب م ِجيب الدَّعو‬ ِ ‫ا ِ والْمسلِ ِمين والْمسلِم‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ِ ‫ا‬ََ ُ ْ ُ ٌ ْ ٌ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ َْ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ َ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر ل ْل ُم َْمنْي َن َوالْ ُم َْمن‬
ِ ‫ا‬ ِ
ْ ‫اج‬ َ ‫َويَاقَاض َي الْ َح‬
‫ت َولِيُّ َها َوَم ْوََل َها‬ ِ ِ
َ ْ‫اللَّ ُه َّم آ ِ نُ ُف ْو ََنَا تَ ْق َو َاها َوَزئك َها أَن‬
َ ‫ت َخْي ُر َم ْن َزَّك‬
َ ْ‫اها أَن‬
ِ ِ ِ َ‫ وأ‬،‫ وأَصلِح لَنا دنْيانَا الَّتِي فِيها معاشنا‬،‫اللَّه َّم أَصلِح لَنا ِدينِنا الَّ ِذي هو عِصمةُ أَم ِرنَا‬
ُ ‫صل ْح لَنَا آخَرتَنَا الَّتي إِلَْي َها َم َع‬
،‫ادنَا‬ ْ َ َُ َ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َُ َ َ ْ ْ ُ
ِ ِ ِ ِ
‫احةً لَنَا م ْن ُك ِئل َشئٍر‬ ْ ‫ َو‬،‫اج َع ِل الْ َحيَا َة ِزيَ َادةً لَنَا في ُك ِئل َخْي ٍر‬
َ ‫اج َع ِل الْ َم ْو‬
َ ‫ ِ فيه َر‬ ْ ‫َو‬
‫اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َربَّنَا آتنَا في الدُّنْيَا َح َسنَةً َوفي ْاْلخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ‬
‫اب النَّار‬

Anda mungkin juga menyukai