Anda di halaman 1dari 8

TELADAN NABI MULIA DALAM BERTOLERANSI

JUMAT, 28 Jumadil Awal 1444 H / 23 Desember 2022 M

Oleh Alif Jumai Rajab, Lc.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

ِ ِ ‫ نَبِيِنَا وحبِيبِنَا مـح َّم ٍد وعلَى آلِِه و‬، ‫ف األَنْبِي ِاء والـمرسلِْي‬
ِ ‫الس ََلم علَى أَ ْشر‬ ِ ‫ب‬ ِ ِ
َ ْ ‫ص ْحبِه أَ ْج َـمع‬
‫ْي‬ ََ ََ َ ُ ْ ََ َ ْ َ ُْ َ َ َ َ ُ َّ ‫الص ََلةُ َو‬
َّ ‫ َو‬، ‫ْي‬
َ ْ ‫العالَـم‬
َ ‫ـح ْم ُد هلل َر‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ان إِ ََل يـوِم‬
‫الديْ ِن‬ ٍ ‫ ومن تَبِعهم ِبِِحس‬،
َْ َ ْ ْ َُ ْ ََ
‫اَّللَ َح َّق تُـ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْـتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬
َّ ‫ين َآمنُوا اتَّـ ُقوا‬ ِ َّ
َ ‫ََي أَيـُّ َها الذ‬
‫اَّللَ الَّ ِذي‬ َّ َ‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِمْنـ َها َزْو َج َها َوب‬
َّ ‫ث ِمْنـ ُه َما ِر َج ااَل َكثِ اريا َونِ َساءا َواتَّـ ُقوا‬ ِ‫سو‬ ِ ِ َّ
َ ٍ ‫َّاس اتَّـ ُقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن نَـ ْف‬
ُ ‫ََي أَيـُّ َها الن‬
‫اَّللَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيباا‬
َّ ‫تَ َساءَلُو َن بِِه َو ْاأل َْر َح َام إِ َّن‬

َّ ‫صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َويَـ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َوَم ْن يُ ِط ِع‬


‫اَّللَ َوَر ُسولَهُ فَـ َق ْد فَ َاز فَـ ْوازا‬ ْ ُ‫يدا ي‬
ِ َّ ‫ين َآمنُوا اتَّـ ُقوا‬
‫اَّللَ َوقُولُوا قَـ ْواَل َسد ا‬
ِ َّ
َ ‫ََي أَيـُّ َها الذ‬
‫َع ِظ ايما‬

ٌ‫صلَّى هللا َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو َشَّر األُُموِر ُُْم َد ََث ُُتَا َوُك َّل ُُْم َدثٍَةِ بِ ْد َعة‬ ٍ ِ ِ ِ ْ ‫أ ََّما بـع ُد فَِإ َّن أَص َد َق‬
ُ ‫ َو َخ ْ َري اهلَْد ِي َه ْد‬،َ‫اب هللا‬
َ ‫ي ُُمَ َّمد‬ ُ َ‫اْلَديث كت‬ ْ َْ
‫ضَلَلٍَة ِِف النَّار‬ ٍ
َ ‫َوُك َّل بِ ْد َعة‬
َ ‫ضَلَلَةٌ َوُك َّل‬
ِ ‫ أُو ِصي ُكم ونَـ ْف ِسي بِتـ ْقوى‬،‫أيها الناس رمحكم هللا‬
‫اَّلل فَـ َق ْد فَ َاز املتَّـ ُق ْو َن‬
ُ ََ َ َْ ْ ْ
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah
anugerahkan pada kita sekalian. Dari nikmat kesehatan, waktu luang, terlebih lagi dua nikmat yang
besar yang Allah tanamkan di dalam hati kita masing-masing yaitu nikmat iman dan islam. Mereka
yang memiliki kedua nikmat ini tertancap dengan kokoh di hatinya, niscaya mereka pulalah orang-
orang yang banyak meramaikan masjid-masjid Allah, mereka pulalah orang-orang yang terhindar
dari sifat-sifat kemunafikan.

Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444


Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi
besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarganya, para sahabat, para
tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Sesungguhnya Allah telah mengatur Islam ini dengan paket yang lengkap, di dalam Islam
ada masalah aqidah yang berkenaan dengan keimanan, di dalam Islam diajarkan tentang ibadah
bagaimana seharusnya umat Islam beribadah kepada Allah, di dalam Islam diajarkan tentang
mu’amalah bagaimana seharusnya batasan umat Islam dalam bermu’amalah baik itu kepada umat
Islam itu sendiri atau kepada non-Muslim, bahkan di dalam Islam diajarakan tentang konsep
akhlak bagaimana seharusnya seorang muslim dalam mengambil sikap dalam segala hal.

Dan ketika berbicara keimanan, hal yang akan dibicarakan pula berkenaan dengan konsep
toleransi. Bagaimana seharusnya umat Islam bersikap dalam masalah perbedaan dan keadilan yang
akan diuji pada diri seorang muslim ketika bertepatan tanggal 25 Desember nanti.

Konsep toleransi telah banyak diajarkan oleh para ulama kita, bahkan jauh sebelum itu
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan toleransi yang baik untuk ummatnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Sesungguhnya agama kita terbangun di atas rasa toleransi dan menghilangkan kesusahan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫ت ِِب ْْلَنِْي ِفيَ ِة‬


‫الس ْم َح ِة‬ ِ
ُ ْ‫بُعث‬
Artinya: “Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran.” (HR. Ahmad)

Adapun di antara bentuk toleransi yang dijarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
kepada ummatnya, antara lain;

1. Bagaimana sikap toleransi Nabi kepada kafir Quraisy yang mengajak nabi untuk
mengibadahi Rabb mereka sehari.

Tatkala Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan
Umayyah bin Khalaf menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menawarkan pada
beliau,

Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444


“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian
(muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama
kita. Apabila ada sebagian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan
agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik
dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425)

Itulah prinsip toleransi yang digelontorkan oleh kafir Quraisy di masa silam, hingga Allah
pun menurunkan ayat:

‫ َو ََل أَنت ُ ْم‬.‫عبَدت ُّ ْم‬ َ ‫ َو ََل أَنت ُ ْم‬. َ‫ ََل أ َ ْعبُ ُد َما ت َ ْعبُدُون‬. َ‫قُ ْل يَا أَيُّ َها ْال َكا ِف ُرون‬
َ ‫ َو ََل أَنَا‬.ُ‫عا ِبدُونَ َما أ َ ْعبُد‬
َ ‫عا ِب ٌد ما‬
‫ِين‬
ِ ‫يد‬ َ ‫ لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل‬.ُ‫عا ِبدُونَ َما أ َ ْعبُد‬َ
Terjemahnya: “Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-
orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu
dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun ayat 1-6)

Jangan heran, konsep toleransi seperti ini seakan terjadi di zaman kita. Mereka
mengucapkan selamat hari raya kepada kita dengan tawaran agar kita mengucapkan selamat natal
di perayaan mereka.

Namun bagaimanakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyikapi toleransi seperti itu?
Tentu seperti prinsip yang diajarkan dalam ayat, lakum diinukum wa liya diin, bagi kalian agama
kalian, bagi kami agama kami.

Sudahlah, biarkan mereka beribadah dan berhari raya, tanpa kita mengganggu dan turut
serta dalam perayaan mereka. Tanpa ada kata ucap selamat, tanpa hadiri undangan atau melakukan
bentuk tolong menolong lainnya dalam menyelesaikan ibadah mereka. Inilah konsep tolerasi yang
diajarkan oleh nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Juga sifat ‘ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri acara
yang di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa, karena perayaan
tersebut berarti merayakan kelahiran Nabi Isa yang dianggap sebagai anak Tuhan. Sedangkan kita
diperintahkan oleh Allah Ta’ala yang berfirman untuk menjauhi acara maksiat lebih-lebih acara
Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444
kekufuran, Allah berfirman:

‫ور َوإِذَا َم ُّروا بِالل ْغ ِو َم ُّروا ِك َرا ًما‬ ُّ َ‫َوالذِينَ ََل يَ ْش َهدُون‬
َ ‫الز‬
“Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az-zuur, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon: 72).

Yang dimaksud menghadiri acara az-zuur adalah acara yang mengandung maksiat.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

2. Nabi memerintahkan kita untuk tetap menjalin hubungan kekerabatan pada orang tua
ataupun saudara yang non-muslim.

Allah Ta’ala berfirman,

‫اح ْب ُه َما ِفي ال ُّد ْنيَا َم ْع ُروفًا‬


ِ ‫ص‬َ ‫ْس لَ َك ِب ِه ِع ْل ٌم فَال ت ُ ِط ْع ُه َما َو‬
َ ‫على أ َ ْن ت ُ ْش ِر َك ِبي َما لَي‬ َ ‫َو ِإ ْن َجا َه َد‬
َ ‫اك‬
Terjemahnya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Seorang anak ketika dipaksa berlaku kesyirikan, diperintahkan oleh Allah untuk tidak
menaatinya. Namun di sisi lain, sang anak tetap disuruh berbuat baik kepada orang tuanya.

Kita bekaca pada kisah Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, tatkala ia berkata,
“Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci
Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik
dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah
ayat,

ِ ‫ع ِن الذِينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِى ال ِد‬


‫ِّين‬ َ ُ‫َلَ يَ ْن َها ُك ُم َّللا‬
Terjemahnya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah ayat 8) (lihat : HR. Bukhari no.
5978).

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

3. Nabi melarang kita untuk mengganggu atau menyakiti ahli Dzimmah.


Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444
Terdapat beberapa riwayat hadis yang melarang keras menyakiti non-Muslim dan
mengambil semua barang miliknya. Di antaranya hadis riwayat Imam Abu Daud, bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

‫س فَأ َََن َح ِجي ُجهُ يَـ ْوَم‬ ِ ‫َخ َذ ِمْنهُ َشْيـئاا بِغَ ِْري ِط‬
ٍ ‫يب نَـ ْف‬ ِِ
َ ‫صهُ أ َْو َكلََّفهُ فَـ ْو َق طَاقَته أ َْو أ‬
ِ
َ ‫أَََل َم ْن ظَلَ َم ُم َعاه ادا أَ ِو انْـتَـ َق‬
‫الْ ِقيَ َام ِة‬
Artinya: “Ketahuilah, bahwa siapa yang menzalimi seorang mu’ahad (non-Muslim yang
berkomitmen untuk hidup damai dengan umat Muslim), merendahkannya, membebaninya di atas
kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan
bertikainya pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud).

Dalam hadis lain riwayat Imam Thabrani disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa
sallam pernah bersabda;

ِ ِ ِِ
َ‫اِن فَـ َق ْد آذَى هللا‬
ْ ‫ َوَم ْن آ َذ‬،‫اِن‬
ْ ‫َم ْن آ َذى ذمياا فَـ َق ْد آ َذ‬
Artinya:“Barangsiapa menyakiti seorang zimmi (non Muslim yang tidak memerangi umat
Muslim), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang telah menyakitiku,
maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.” (HR. Thabrani).

Berdasarkan dua hadis ini, maka umat muslim tidak boleh menyakiti non Muslim dalam
bentuk apapun, baik dengan perkataan, perbuatan, tindakan, kebijakan, termasuk mengganggu
hewan peliharaannya. Keharaman mengganggu milik non-Muslim sama seperti keharaman
mengganggu milik orang Muslim lainnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

4. Nabi membolehkan kita memberikan hadiah kepada non-muslim.

Di antara bentuk toleransi lainnya yang diajarkan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, ialah bolehnya memberi dan menerima hadiah dari non-muslim. Dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
“Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan
ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,
“Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit
Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444
pun di akhirat.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan
beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku
diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian
seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku
tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka
engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut
kepada saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).
Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khattab masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada
saudaranya yang non muslim.
Jamaah sekalian, inilah bentuk toleransi yang diajarkan baginda nabi shallallahu alaihi wa
sallam, maka adakah toleransi yang lebih indah dari toleransi nabi? Adakah toleransi yang bisa
menjaga jiwa keimanan kita, melebihi toleransi yang diajarkan nabi? Sesungguhnya tidak ada, dan
inilah jalan terbaik tersebut.

ِ ‫ أَقُـو ُل قَـوِِل ه َذا وأ‬،‫اْلِكْم ِة‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫اب و‬ِ ِ


ْ َ َ ْ ْ َ ْ ‫السنَّة َونَـ َف َع ِِن َوإِ ََّي ُك ْم ِبَا في ِه َما م َن الع ْل ِم َو‬
َ‫َستَـ ْغف ُر هللا‬ َ َ‫َِب َرَك هللاُ ِِل َولَ ُك ْم ِِف الكت‬
.‫الرِحْي ُم‬
َّ ‫ إِنَّهُ ُه َو الغَ ُف ْوُر‬،‫ِِل َولَ ُك ْم‬
KHUTBAH KEDUA

‫ َوأَ ْش َه ُد‬، ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن َلَْ إِلَهَ إََِّلْ هللاُ تَـ ْع ِظْي َما لِ َشأْنِِه‬، ‫ َوالْ ُّشك ُْر لَهُ َعلَ ْى تَـ ْوفِْي ِق ِه َو ْامتِنَاْنِِه‬، ‫اْلَ ْم ُد هللِ َعلَ ْى إِ ْح َساْنِِه‬
ْ

‫خوانِِه‬ِ ِِ ْ ‫صلَّى هللا َعلِْي ِه و َعلَى آلِِه وأ‬ ِِ ْ ‫َن ُُم َّم َدا عب ُده ورسولُه الْ َّداْ ِعي إِ ََل ِر‬
ُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ َّ ‫أ‬
َ ‫َص َحاْبه َوإ‬ َ ْ َ ُ َ ‫ض َواْنه‬ ْ ْ
ِ ‫ أُو ِصي ُكم ونَـ ْف ِسي بِتـ ْقوى‬،‫أيها الناس رمحكم هللا‬
‫اَّلل فَـ َق ْد فَ َاز املتَّـ ُق ْو َن‬
ُ ََ َ َْ ْ ْ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Kemudian di antara contoh lainnya dari bentuk toleransi yang diajarkan nabi kepada
ummatnya, ialah larangan mengolok agama-agama lainnya atau pun mencela Tuhan orang non-
muslim.

Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444


Seperti kita ketahui bahwa kita tidak boleh mencela Tuhan orang non-muslim karena akan
muncul kemungkaran lebih besar yaitu mereka malah mencela Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫عد ًْوا بِغَي ِْر ِع ْلم‬ ُ َ‫َّللا فَي‬


َ َ‫سبُّوا َّللا‬ ِ ‫ُون‬ ِ ‫سبُّوا الذِينَ يَ ْدعُونَ ِم ْن د‬
ُ َ ‫َو ََل ت‬
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan” (QS. Al An’am ayat 108).

Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam I’lamul Muwaaqi’in menjelaskan ayat ini bahwa,
“Allah melarang kita mencela tuhan-tuhan orang musyrik dengan pencelaan yang keras atau
sampai merendah-rendahkan (secara terang-terangan) karena hal ini akan membuat mereka akan
membalas dengan mencela Allah. Tentu termasuk maslahat besar bila kita tidak mencela tuhan
orang kafir agar tidak berdampak celaan bagi Allah (sesembahan kita). Jadi hal ini adalah
peringatan tegas agar tidak berbuat seperti itu, supaya tidak menimbulkan dampak negatif yang
lebih parah.”

Jadi perlu diperhatikan jamaah sekalian, bahwa kemungkaran tidaklah dibalas dengan
kemungkaran yang semisal. Jika Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dicela, bukan berarti
kita boleh mencela Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Karena mencela Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah suatu kekafiran, demikian pula dengan mencela Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.

Semoga Allah senantiasa memberi taufik pada kita pada kebenaran. Hanya Allah yang memberi
petunjuk dan hidayah.

ِ‫ٱَّلل وملَـٰۤ ِٕى َكتهۥ يصلُّو َن علَى ٱلنَّبِ ِِّۚی يـٰۤأَيـُّها ٱلَّ ِذين ءامن ۟وا صلُّ ۟وا علَ ۡي ِه وسلِم ۟وا تَ ۡسل‬
‫يما‬
‫ا‬ ُ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ََّ ‫إِ َّن‬
‫ َوَِب ِرْك َعلَى ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى‬. ‫ت َعلَى إِبْـَر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل إِبْـَر ِاهْي َم‬
َ ‫صلَّْي‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِل َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى آل ُُمَ َّمد َك َما‬
‫محْي ٌد ََِمْي ٌد‬
َِ ‫َّك‬
َ ‫ْي إِن‬ ِ ‫ِف‬،ِ ‫ِآل ُُمَ َّم ٍد َكما ِبرْكت علَى إِبـر ِاهيم وعلَى ِآل إِبـر ِاهيم‬
َ ‫العالَم‬
َ َ ْ َْ َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ
‫ب‬ ِ
ِ ‫َي ََِسيع قَ ِري‬،‫ات‬ ِ ِ ‫ات اْأل‬ ِ ‫اَللَّه َّم ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِمْي والْمسلِم‬
ِ َ‫ والْم ْؤِمنِْي والْم ْؤِمن‬،‫ات‬
ُ ‫ب َُمْي‬
ٌ ْ ٌ ْ َ ‫َحيَاء مْنـ ُه ْم َواْأل َْم َو‬
ْ ُ َ َْ ُ َ َ ْ ُ َ َْ ْ ُ ْ ُ
ِ ‫الدعو‬
‫ات‬ ََ

Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444


‫ربـَّنَا ظَلَمنَا أَنْـ ُفسنَا وإِ ْن ََل تَـ ْغ ِفر لَنَا وتَـر َمحْنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن ْ ِ‬
‫اْلَاس ِر َ‬
‫ين‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ْ َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫اب‬ ‫َّك أَنْ َ‬
‫ت الْ َوَّه ُ‬ ‫ب لَنَا ِم ْن لَ ُدنْ َ‬
‫ك َر ْمحَةا إِن َ‬ ‫ِ‬
‫َربـَّنَا ََل تُِز ْغ قُـلُوبَـنَا بَـ ْع َد إ ْذ َه َديْـتَـنَا َوَه ْ‬
‫الرِحْي ُم‬ ‫ربـَّنا تَـ َقبَّل ِمنَّا وقِيامنا وسائِر أ ِ‬
‫اب َّ‬ ‫َّك أَنْ َ‬
‫ت التـ ََّّو ُ‬ ‫ب َعلَْيـنَا إن َ‬
‫َعمالنَا َوتُ ْ‬
‫َ َ ََ َ َ َ َ‬ ‫ََ‬

‫وف َرِح ٌيم‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ربـَّنَا ا ْغ ِفر لَنَا وِِِلخوانِنَا الَّ ِذين سبـ ُق َ ِ ِ ِ‬
‫ين َآمنُوا َربـَّنَا إِن َ‬
‫َّك َرءُ ٌ‬ ‫ِ‬
‫وَن ِبِْلميَان َوََل ََْت َع ْل ِف قُـلُوبِنَا غ اَل للَّذ َ‬ ‫َ ََ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َ‬
‫ب ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْي وأ َْهلِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫اللَّ ُه َّم أ َِعَّز ِْ‬
‫ْي‬ ‫َعداءَ َك ََي َع ِز ٌيز ََي قَـ َّه ٌار ََي َر َّ َ‬
‫العالَم َ‬ ‫ك الْ َك َفَرَة َو املُ ْش ِرك َ‬
‫ْي َوأ َ‬ ‫اِل ْس ََل َم َو املُ ْسلم ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َربـَّنَا آتِنَا ِِف ُّ‬
‫الدنْـيَا َح َسنَةا َوِِف ْاْلخَرِة َح َسنَةا َوقنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّا ِر‬
‫ِ‬ ‫ص ُفو َن وس ََلم علَى الْمرسلِْي و ْ ِ ِ‬
‫ك ر ِب الْعَِّزِة ع َّما ي ِ‬
‫اْلَ ْم ُد ََّّلل َر ِب الْ َعالَم َ‬
‫ْي‬ ‫َ َ ٌ َ ُْ َ َ َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫ُسْب َحا َن َرب َ َ‬

‫‪Departemen Dakwah DPD WI Makassar © 1444‬‬

Anda mungkin juga menyukai