ض َّل لَهُ َو َم ْن ِ ِباهلل ِمن ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا و ِمن سيِّئ
ََ ْ َ
ِ ُإِ َّن احْل م َد لِلَّ ِه حَنْم ُده ونَستَعِينُه ونَسَت ْغ ِفره و َنعوذ
ُ َْ ْ َ َ ُْ ْ ُ َ ُُ ْ َ ُ ْ ْ َ ُ َ َْ
َّ أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اهلل َوأَ ْش َه ُد أ.ُي لَه ِ ِ ي
َُن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه َ ضل ْل فَالَ َهاد
ُْ
يَا أَيُّهاَ الَّ ِذيْ َن ءَ َامنُوا َّات ُقوا اهللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ َّن إِالَّ َوأَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن.
صلَّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو َشَّر األ ُُمو ِر حُمْ َدثَا ُت َها َو ُك َّل حُمْ َدثٍَة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل ٍ ِ ِ ِ
ُ َو َخْيَر اهلَْد ِي َه ْد،َاب اهلل
َ ي حُمَ َّمد ُ َفَِإ َّن َخْيَر احْلَديث كت
ضالَلٍَة يِف النَّا ِر ٍ
َ بِ ْد َعة
َ ضالَلَةٌ َو ُك َّل
Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd
Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa
Jalla kepada kita semua.
Pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunanNya untuk
kita semua.
Tapi lihatlah, Allah Azza wa Jalla yang Maha Pengasih itu tidak pernah bosan
memberikan kesempatan demi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan kembali
padaNya.
Allah Azza wa Jalla yang Maha Penyayang itu tidak pernah menutup pintu ampunanNya
yang sangat luas untuk kita semua...
Maka di pagi yang berbahagia ini, tiada kata yang pantas untuk kita lantunkan selain
takbir, tahmid dan tahlil…
Dan kita memohon kepada Allah, agar kita semua digolongkan kedalam golongan yang
akan mendapat syafa’at beliau kelak. Amiin ya rabbal ‘aalamiin
Di pagi yang cerah ini, kita…. bersama kaum muslimin lainnya di seluruh penjuru dunia
bergembira dan bersuka cita dengan sampainya umur kita dihari ini. Dimana pada hari
ini telah berkumpul dua hari raya kaum muslimin, yaitu hari ‘Iedul Adha dan hari
Jum’at. Meskipun masih dalam suasana pandemi covid 19, namun hal ini tidak
menyurutkan sama sekali semangat kita untuk menyemarakkan syi’ar Islam yang satu
ini, yaitu melaksanakan shalat ‘Iedul Adha dan kemudian nantinya akan kita lanjutkan
dengan menyembelih hewan kurban.
Hari Raya Idul Adha mengingatkan kita akan kisah tentang sebuah keluarga mulia yang
diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga
Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala
ingin menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun
sebuah peradaban yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak
hanya di dunia, namun juga di akhirat.
Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika masyarakat itu
gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di dalamnya.
Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan berbicara
tentang salah satu unsur terpenting keluarga yang bernama: Anak. Dalam kisah
keluarga Ibrahim ‘alaihissalam, sang anak itu “diperankan” oleh sosok
Isma’il ‘alaihissalam.
Inilah sosok anak teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat menjadi seorang
nabi oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang luar biasanya adalah melalui keturunan
Isma’il ‘alaihissalam inilah kemudian lahir sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang
sejarah manusia bahkan alam semesta, yaitu: Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam!
Kenapa Isma’il alaihissalam menjadi sosok anak yang teladan? Karena Allah abadikan
kisahnya dalam Al-Qur’an.
Isma’il semenjak kecilnya sudah rajin beribadah kepada Allah. Sampai suatu ketika
ayahnya yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermimpi dengan suatu mimpi yang Allah
sebutkan dalam surat As-Shaffat ayat 102:
ال يا أَب ِ
ت ال يَا ُبنَ َّي إِنِّي أ ََر ٰى فِي ال َْمنَ ِام أَنِّي أَ ْذبَ ُح َ
ك فَانظُْر َماذَا َت َر ٰى ۚ قَ َ َ َ الس ْع َي قَ َ
َفلَ َّما َبلَ َغ َم َعهُ َّ
ا ْف َعل َما ُت ْؤ َمر ۖ َستَ ِج ُدنِي إِن َشاء اللَّهُ ِمن َّ ِ
ين ()102 الصاب ِر َ َ َ ُ ْ
....
....
....
!Allahu akbar
Lalu Ibrahim pun membawa Isma’il ketempat yang jauh, untuk disembelih.
انقادا وخضعا ألمر اهلل -تعالى -قال قتادة :أسلم إبراهيم ابنه وأسلم االبن ) فلما أسلما (
نفسه ( ،وتله للجبين ) أي :صرعه على األرض .قال ابن عباس :أضجعه على جبينه على
األرض والجبهة بين الجبينين ،قالوا :فقال له ابنه الذي أراد ذبحه :يا أبت اشدد رباطي
حتى ال أضطرب ،واكفف عني ثيابك حتى ال ينتضح عليها من دمي شيء فينقص أجري
وتراه أمي فتحزن ،واشحذ شفرتك ،وأسرع مر السكين على حلقي ليكون أهون علي فإن
الموت شديد ،وإذا أتيت أمي فاقرأ عليها السالم مني ،وإن رأيت أن ترد قميصي على أمي
فافعل ،فإنه عسى أن يكون أسلى لها عني ،فقال له إبراهيم عليه السالم :نعم العون أنت يا
بني على أمر اهلل ،ففعل إبراهيم ما أمر به ابنه ،ثم أقبل عليه فقبله وقد ربطه وهو يبكي
.واالبن -أيضا -يبكي ثم إنه وضع السكين على حلقه فلم تحك السكين
ويروى أنه كان يجر الشفرة في حلقه فال تقطع ،فشحذها مرتين أو ثالثة بالحجر ،كل ذلك
.ال تستطيع
قال السدي :ضرب اهلل -تعالى -صفحة من نحاس على حلقه قالوا :فقال االبن عند ذلك
يا أبت كبني لوجهي على جبيني فإنك إذا نظرت في وجهي رحمتني وأدركتك رقة تحول:
ففعل ذلك إبراهيم ثم وضع، وإني ال أنظر إلى الشفرة فأجزع، بينك وبين أمر اهلل تعالى
أن يا إبراهيم قد صدقت الرؤيا: الشفرة على قفاه فانقلبت السكين ونودي
Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…
Kaum muslimin rahimakumullah!
Jika kita melihat potret kelakuan anak-anak dan para pemuda di zaman ini, maka kita
akan mendapati suatu pemandangan yang sangat menyedihkan, sangat-sangat jauh
dengan potret kesalihan Nabi Isma’il ‘alaihis salam.
Ada yang hobinya tawuran, ada yang kecanduan game bahkan yang parahnya ada
yang sampai hamil diluar nikah.
Wallahul musta’an.
Harus kita akui dengan jujur bahwa salah satu penyebab utama terjadinya ini semua
adalah orangtua itu sendiri yang salah dalam mendidiknya.
Tidak sedikit Orangtua yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang saling bertolak
belakang:
Ada orangtua yang menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus ditunjukkan
dengan pemberian dan pemenuhan segala keinginannya. Bahkan ada juga orangtua
yang memanjakan anak dengan segala fasilitas untuk mengangkat gengsinya sendiri
sebagai orangtua!
2. Pada sisi yang lain, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan anak-
anaknya. Atau menunjukkan kepedulian dengan melakukan kekerasan demi
kekerasan kepada anak.
Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita merenung sejenak, membuka
hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul, Nabiyullah Ibrahim
‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya nilai keluarga kita, tentang betapa
pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di dunia dan akhirat.
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar
walillahil hamd…
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang
yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)
Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita yang sejak
awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua
yang shaleh? Apakah kesibukan kita menshalehkan pribadi kita sudah menyamai
kesibukan kita mengurus rezki dan urusan dunia lainnya?
Prof. DR. Abdul Karim Bakkar, seorang pakar pembinaan anak dan keluarga
menegaskan: “Tarbiyah dan pembinaan keluarga yang kita capai itu adalah gambaran
tentang bagaimana pembinaan pribadi kita sendiri!”
Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd
Pelajaran kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin memiliki anak yang
shaleh, maka bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakannya dari Allah Azza
wa Jalla. Allah Ta’ala mengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di
dalam al-Qur’an:
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya
Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)
Mungkin banyak di antara kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang shaleh. Tapi
siapa di antara kita yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan
kelopak mata yang berderai air mata? Siapa di antara kita yang secara konsisten
menyelipkan doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?
Jika kita memang sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak shaleh, maka kita
harus berpikir dan berusaha sungguh-sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan
lebih dari saat kita bercita-cita ingin mempunyai penghasilan yang besar, lebih dari
keinginan kita untuk punya rumah tinggal impian, lebih dari keinginan kita untuk punya
kendaraan idaman kita.
Berikut ini beberapa hal yang sungguh-sungguh harus kita jalankan untuk mewujudkan
impian “anak shaleh” tersebut:
Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh
terhadap perilakunya. Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk
memberikan hanya makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada
anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang halal untuk keluarga akan dinilai sebagai
sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada keluarganya, maka
itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)
Usaha memberikan nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi
orangtua. Dan untuk itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang tantangan tersebut. Beliau bersabda:
اس َز َمانٌ الَ يُبَالِي ْال َمرْ ُء َما أَ َخ َذ ِم ْنهُ أَ ِمنَ ْال َحالَ ِل أَ ْم ِم ْن ْال َح َر ِام ْ
ِ َّيَأتِي َعلَى الن
“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa
yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari)
Apakah kita termasuk yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hadits ini? Orang yang tidak peduli dari mana mengais dan membawa pulang nafkah
untuk keluarga; apakah itu dari hasil suap, korupsi dan manipulasi seperti yang
sekarang ini sedang menjadi trend sebagian pejabat di negeri ini?! Semoga saja tidak,
karena nafkah yang tidak halal yang tumbuh menjadi daging dalam tubuh. Dan
Rasulullah telah berpesan:
“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas
untuknya.”(HR. al-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)
Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya:
Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang nyaris tak terbendung, kita
sudah tidak aneh lagi melihat anak-anak yang dibekali oleh para orangtua dengan
peralatan-peralatan komunikasi yang bisa apa saja, termasuk mengakses tayangan-
tayangan pornografi.
Di samping dampak lain seperti kecanduan game dan semacamnya yang semakin
merenggangkan hubungan komunikasi antara anak dan orangtua. Ini adalah satu
contoh kasus di mana mungkin saja kita menganggap itu sebagai bukti kasih sayang
kita kepada mereka.
Namun marilah memikirkan dengan jernih bahwa bukti cinta dan sayang kita yang
sesungguhnya kepada mereka adalah dengan berusaha menyelamatkan mereka dari
api neraka. Allah Ta’alaberfirman:
ُ النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةcيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا
“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api nerakan
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (al-Tahrim: 6)
Apakah Anda rela membiarkan anak-anak Anda terpanggang di dalam kobaran api
neraka? Apakah kita rela membiarkan anak-anak yang kita sayangi itu menjadi bahan
bakar neraka Allah?Na’udzu billah min dzalik.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Selanjutnya yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang shaleh
dan cakap:
Apakah kita sudah mengetahui semua panduan dan petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam mendidik anak?
Apakah kita sudah memahami bagaimana menghadapi karakter anak kita yang
berbeda-beda itu?
Kita tidak dilarang mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja, tapi selalu
ingat bahwa konsep pendidikan dan pembinaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah yang terbaik dan yang wajib untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak
lupa untuk meneladani jejak para sahabat Nabi dan Ahlul bait beliau secara benar, dan
tidak berlebih-lebihan.
Cobalah kita renungkan betapa banyaknya hal yang harus kita pelajari sebagai
orangtua. Karenanya sesibuk apapun urusan dunia kita, kita harus menyediakan waktu
untuk belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap. Itulah harga yang harus kita
bayar untuk menyelamatkan keluarga kita dari kobaran api neraka yang membara.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil
hamd…
Mengapa kita harus benar-benar serius merancang kehadiran anak shaleh di dalam
rumah tangga kita? Menjawab pertanyaan itu, marilah merenungkan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:
ُح يَ ْدعُو لَه َ أَوْ َولَ ٍد، أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه،اريَ ٍة
ٍ ِ صا ل َ ِم ْن:إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ِة أَ ْشيَا َء
ِ ص َدقَ ٍة َج
“Apabila seorang insan meninggal dunia, akan terputuslah seluruh amalnya kecuali dari
3 hal: dari sedekah jariyah, atau dari ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang
berdoa untuknya.”(HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani)
Sebaliknya, anak-anak yang tidak shaleh kelak akan menjadi sumber bencana bagi
kehidupan kita para orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu biLlah.
Semoga Allah jadikan kita dan anak-anak kita menjadi hamba-hamba Allah yang shalih
dan shalihah.. Amiiin
Yang pertama;
Hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing
yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh
memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun
rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada
kulit, kuku atau mulut.
Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja,
sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala
maka boleh pada semua jenis tanpa batas.
Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi bisa
diwakilkan kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya,
mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu
bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat
bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.
Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha
hingga tiga hari tasyriq setelahnya. Pembagian hewan kurban yang telah disembelih
dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan
sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Pahala yang kita peroleh sangat
bergantung pada keikhlasan niat kita dalam menunaikan ibadah kurban ini.
Di penghujung khutbah ini, marilah sejenak kita menundukkan jiwa dan hati untuk
menyampaikan doa-doa kita kepada Sang Maha mendengar, Allah Azza wa Jalla.
Semoga doa-doa itu terhantarkan ke sisi Allah Ta’ala bersama dengan ibadah kurban
yang kita tunaikan hari ini.
،الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على رسوله األمين و على آله وصحبه والتابعين
ك أَ ْنتَ ْال َغفُوْ ُر ال َر ِحيْم َ ب إِالَّ أَ ْنتَ فَا ْغفِرْ لَنا َ َم ْغفِ َرةً ِم ْن ِع ْن ِد
َ َّك َوارْ َح ْمنا َ إِن َ َْربَّنا َ ظَلَ ْمنا َ أَ ْنفُ َسنا َ ظُ ْلما ً َكثِيْراَ َوإِنَّهُ الَ يَ ْغفِ ُر ال ُّذنُو
Ya Allah, ya Rabbana, di sisa-sisa hidup kami ini, berikanlah kekuatan kepada kami
untuk selalu berbakti dan menjadi anak yang shaleh untuk ayah-bunda kami. Jika
mereka masih hidup, izinkanlah kami untuk berkhidmat dan melayani mereka dengan
sebaik-baiknya di sisa-sisa usia mereka… Jika ayah-bunda kami telah tiada, maka
izinkanlah kami untuk menjadi sisa-sisa kebaikan mereka yang terus-menerus menjadi
ladang kebaikan penerang alam kubur mereka… Ya Allah, ampuni, ampuni, ampuni
durhaka kami kepada ayah-bunda kami…
Ya Allah, ya Rabbana, berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk menjadi orangtua
yang terbaik untuk putra-putri kami… Hanya Engkau satu-satuNya yang dapat
memberikan kekuatan untuk mendidik mereka dengan sebaik-baiknya… Ya Allah,
jadikan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, yang selalu mendoakan kami saat
kami sendiri dalam kegelapan alam kubur… Ya Allah, karuniakan kepada kami anak-
anak yang mencintai al-Qur’an dan Sunnah NabiMu…
Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan
kami, kamilah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha
Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik
Pemberi yang diharap.
ُك أَ ْنتَ ْال َوهَّاب َ َربَّنا َ الَ تُ ِز ْغ قُلُوْ بَنا َ بَ ْع َد إِ ْذ هَ َد ْيتَنا َ َوهَبْ لَنا َ ِم ْن لَ ُد ْن
َ َّك َرحْ َمةً إِن
، َالَ ِم ْينcc ُد هللِ َربِّ ْال َعcصفُوْ نَ َو َسالَ ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِ ْينَ َو ْال َح ْم
ِ َك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما ي
َ ِّ ُس ْبحَانَ َرب،ارِ َّاب الن َ اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ِ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي
َ َ صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلى آلِ ِه َو
َصحْ بِ ِه أجْ َم ِع ْين َ َ َو